NovelToon NovelToon
The End: Urban Legend Jepang

The End: Urban Legend Jepang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:288
Nilai: 5
Nama Author: SkyMoon

Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.

Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.

Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?

maka lihat, lakukan dan tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kuchisake onna

Di malam yang sepi mereka bertiga berjalan beriringan, sebenarnya dari persimpangan menuju rumahnya Ichi tidak terlalu jauh hanya melewati beberapa rumah dan mereka sampai.

"Senpai apakah benar ramalan Tsuji ura lebih akurat? Dia mengatakan seseorang akan membawa ku pada kematian, dan saat kita memainkan kokkuri-san dia juga meramalkan kematianku."

Jujur saja Hikori mulai ketakutan sekarang, demi apapun di dunia ini dia masih belum mau mati, dia masih muda dia tidak ingin meninggalkan ibunya. Pokonya dia belum siap mati.

"Jangan percaya pada apapun apalagi makhluk halus seperti itu Hikori. Ini kan hanya untuk kesenangan dan aku tidak pernah mendengar cerita seseorang mati karena hantu. Kematian hanya ada di tangan Kami-sama ingat itu."

Benar juga apa yang dikatakan Yasuhiro tapi kenapa hatinya masih gelisah. Apa benar tidak ada hantu yang bisa membunuh. Tapi kan ini adalah takdir yang diberi tahu oleh hantu dan takdir berada ditangan Kami-sama.

"Tapi inikan ramalan bukan hantu yang akan membunuhku tapi takdir kematian yang dia beritahukan kepadaku."

Yasuhiro menghela nafas panjang. "Dan apakah hantu bisa tahu takdir kita? Jika takdir berada di tangan Kami-sama bukannya para roh itu adalah makhluk yang terbuang dan tidak pernah bertemu dengan Kami-sama."

Hikori hanya mengangguk pelan, Ichi masih terdiam seribu bahasa tidak tahu apa yang harus dia katakan untuk menenangkan. Sedangkan dia sendiri pun ketakutan. Beberapa detik keadaan hening hanya suara langkah kaki mereka saja yang terdengar malam itu.

Tepat saat mereka berbelok langkah mereka tiba-tiba terhenti. Padahal hanya beberapa langkah lagi menuju rumah Ichi. Dihadapan mereka berdiri seorang perempuan berambut panjang. Menggunakan masker tatapannya lurus menatap ke arah mereka.

Pertanyaan hanya satu wanita mana yang berkeluyuran di malam hari sendiri. Perasaan Hikori sudah tidak enak, dia yakin dihadapannya sekarang bukan seorang wanita.

"Sedang apa kau?" Tanya Yasuhiro ketus.

Hikori masih membatu, Ichi pun tak kalah ketakutan mereka berdiri di belakang Yasuhiro saling bergandengan tangan.

"Watashi kirei?" Mereka melotot terdiam mematung. Yasuhiro mundur selangkah dia memegang tangan Ichi dan Hikori. Tangan mereka becek karena keringat, Hikori tidak tahu siapa wanita itu tapi merasakan tangan Yasuhiro yang sedikit gemetar menandakan dia ketakutan. Hikori tahu jika dia merupakan hantu.

"Ya," jawab lirih Yasuhiro.

Wanita itu membuka maskernya memperlihatkan mulut yang robek sampai kedua telinganya. Dia tersenyum memperlihatkan giginya yang penuh dengan darah.

Mereka semakin terkejut ketakutan, mata mereka melotot tak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Hikori hampir saja pingsan tapi cepat tersadar karena remasan tangan Yasuhiro.

"Lumayan," Yasuhiro bicara dengan terbata-bata tidak ada keberanian dan sifat sok pemberani Yasuhiro. Semuanya ketakutan karena dia bukanlah hantu sembarangan.

Tanpa aba-aba Yasuhiro menarik mereka dan berlari sekencang mungkin menuju perempatan tadi. Tapi mereka tak berani berakhir dia berlari tak tentu arah di ikuti oleh Ichi, dan Hikori.

"Ikut aku!" Ichi memimpin di depan menuju rumahnya dengan cara memutarnya. Saat berbelok yang padahal mereka tinggal melewati satu rumah lagi. Mereka terhenti dengan nafas yang terengah-engah.

Wanita itu aja di sana, di ujung jalan sana masih dengan wajah yang sama dia berhadapan dengan mereka. Matanya melotot menatap tajam ke arah mereka.

Tanpa ba-bi-bu lagi Hikori menarik kedua temannya mereka berlari dengan sekuat tenaga hingga sampai lah mereka di depan rumah Hikori. Walaupun menuju rumahnya mereka harus berlari memutar hingga tangan dan kaki mereka bergetar.

Hikori membuka pagarnya tergesa-gesa, dia menggedor dan meneriakkan ibunya dengan keras.

Tak lama nyonya Kazoi membuka pintu terkejut dengan mereka bertiga yang berkeringat dan nafas yang tak beraturan.

Tak ingin bertanya terlebih dahulu dia membiarkan mereka masuk dan buru-buru mengunci pintunya.

Mereka terduduk di ruang tamu tak beraturan, bahkan Yasuhiro merebahkan dirinya di lantai bahkan untuk duduk pun dia rasanya tak sanggup.

Nyonya Kazoi keluar dari dapur membawa nampan dengan tiga gelas air dingin untuk mereka. Dia meletakkannya di atas meja, dan langsung saja diteguk habis oleh mereka bertiga.

"Ada apa dengan kalian, kenapa tengah malam berlarian? Bukannya kamu akan menginap di rumah Ichi?"

"Kita bertemu hantu," Hikori mulai tentang, Ichi masih terduduk lemas, sedangkan Yasuhiro terduduk meringkuk memeluk kedua kakinya.

"Hantu? Kenapa kalian bisa bertemu hantu?"

"Kita kan ingin membeli makanan tapi saat kita akan pulang ke rumah kita melihat perempuan dan mulutnya robek penuh darah."

Bohong tentu saja. Tidak mungkin Hikori menceritakan semua kebenarannya. Ibunya terkejut bukan main dia melotot karena anaknya mengatakan wanita bermulut robek.

"Kalian bertemu dengan kuchisake onna?"

"Yah, kaa-san demi apapun dia sangat menyeramkan saat kita kabur dan kita bertemu lagi dia melotot penuh amarah. Kami ketakutan kaa-san."

Ibunya terdiam sejenak, dia memejamkan matanya seperti sedang berpikir.

"Kalian pergilah ke kamar kunci pintu dan jendela, tutup tirainya jangan pernah membuka pintu. Besok kita ke kuil untuk pembersihan."

Ibunya berdiri membereskan gelas-gelas bekas mereka minum. "Ayo cepat tunggu apalagi ke kamar sekarang. Ingat Hikori jangan pernah membuka pintu sampai pagi datang."

Hikori hanya mengangguk berjalan ke lantai dua menuju kamarnya di ikuti Ichi dan Yasuhiro. Dia menjalani perintah ibunya untuk mengunci pintu dan jendela dia juga menutup tirai yang biasanya selalu terbuka. Hikori selalu membuka tirainya saat tertidur dia merasa tenang bila tidurnya di dampingi cahaya bulan.

Hikori menggelar dua futon untuk Ichi dan Yasuhiro sedangkan dirinya akan tidur di atas ranjang. Mereka masih terdiam, merebahkan diri karena kelelahan dan ketakutan. Hikori melirik jam dinding yang menunjukan pukul 00.47 rasanya malam ini sangat melelahkan dan panjang padahal saat mereka bermain Tsuji ura dan berakhir bertemu kuchisake onna hanya kurang dari 30 menit.

"Hikori buka pintunya."

Suara ketukan pintu terdengar pelan, suaranya mirip ibunya mereka saling menatap satu sama lain. Bukannya ibunya bilang jangan membuka pintu sebelum pagi datang.

Mereka bertiga terduduk kebingungan, suara ketukan pintu terhenti. Terdengar suara telpon berdering di luar.

"Moshi-moshi."

"Ah, Urayashi-san."

"Ichi?"

"Ah, dia ada di sini."

"Baik, tidak apa-apa."

"Baik."

Mereka terlihat lega. "Itu ibumu Hiko," ucap Yasuhiro.

Ketukan pintu kembali terdengar. "Ichi-san ibumu menelpon."

Ichi menelan ludah pasalnya suara ibunya Hikori kini terdengar lebih berat. Saat Ichi akan beranjak Hikori merentangkan tangannya sebagai tanda untuk berhenti.

"Itu bukan ibuku! Kami hanya memiliki satu telpon rumah yang masih menggunakan kabel, dan itu berada di lantai satu."

Seolah mendengar perkataan Hikori sosok yang entah siapa yang berada di luar kamar, mengetuk kuat seakan ingin mendobraknya. Detak jantung mereka berdebar tak karuan mereka membatu menatap ke arah pintu.

Suara dobrakan, teriakan wanita yang memekakkan telinga, kadang disertai dengan bunyi kuku panjang yang mencakar pintu kayu itu. Yasuhiro dan Ichi melonjak pindah ke kasur Hikori, mereka menutup telinganya ketakutan. Saking takutnya Yasuhiro dengan gayanya yang selalu petatang peteteng menangis sesegukan.

Dia berkata dengan lirih yang terdengar sangat memilukan. "Tolong siapapun yang berada di luar tolong hentikan, kami salah kami tidak akan mengulanginya lagi."

Anehnya setelah berkata demikian semua yang mereka dengar lenyap begitu saja. Mereka saling tatap tanpa mengatakannya mereka tahu isi pikiran masing-masing.

"Apakah sudah berakhir?"

To be continued

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!