Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Saudara
Malam ini baik Gyan maupun Achel sulit untuk memejamkan mata. Gyan masih betah duduk di sofa dengan alkohol kalengan yang menemani.
"Tugas lu udah selesai, Gy."
Harusnya dia bahagia, tapi hatinya merasakan hal berbeda. Dunianya yang sedikit berwarna harus kembali ke semula. Untuk kesekian kalinya alkohol itu masuk ke tenggorokan.
Di kamar yang berbeda pun seorang gadis merasakan kegundahan yang luar biasa. Dia tidak mau pindah karena sudah sangat bergantung pada lelaki yang dulunya menjadi musuh bebuyutan. Namun, menolak pun dia tak bisa. Ketika sang opa sudah bersabda, tak boleh ada penolakan.
Diraihnya ponsel yang ada di atas kasur. Ingin rasanya dia mengirimkan pesan kepada lelaki yang enggan untuk dia tinggalkan. Namun, dia takut jika lelaki itu akan murka karena sekarang sudah masuk jadwal tidur.
Semua barang sudah dimasukkan ke dalam tas. Esok pagi orang tuanya akan menjemput Achel kembali.
"Apa setelah ini kita akan sulit untuk bertemu?"
Achel merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang sudah lima bulan dia tiduri. Kasur yang menjadi saksi atas segala kesedihan juga kebahagiaan yang dia rasakan.
Achel sudah keluar dari kamar. Dilihatnya Gyan belum ada di ruang makan. Diketuknya pintu kamar Gyan. Wajah sangat segar terlihat begitu jelas.
"Udah siap?" Achel mengangguk.
"Gua hubung--" Achel meraih tangan Gyan. Lelaki itupun mendadak diam. Terlebih Achel menatapnya begitu dalam.
"Apa Achel masih boleh main ke apartment ini?" tanyanya dengan nada yang mengandung kesedihan. Namun, Gyan meresponnya dengan seulas senyum.
"Datanglah sesuka hati lu, Chel. Kodenya enggak akan gua ganti."
Hati Achel malah sedih mendengar jawaban dari Gyan. Matanya mulai berembun. Gyan yang melihat perubahan wajah Achel mulai menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan gadis tersebut. Diusapnya pipi putih Achel dengan lembut.
"Cengeng!"
Tangis Achel pun pecah dan itu membuat Gyan terkejut. Segera dia memeluk tubuh gadis itu sembari mengusap lembut rambut Achel yang panjang.
Perlahan tangan Achel mulai membalas pelukan Gyan. Mereka sangat menikmati pelukan tersebut. Hingga ponsel Achel bergetar dan nama sang mami tertera di sana.
"Mami jemput sekarang ya."
"Em."
Gyan menghapus jejak air mata yang tertinggal di wajah Achel. Menatap gadis cantik itu dengan begitu Lamat.
"Belajar yang benar. Buat orang tua juga keluarga bangga. Dan jangan ulangi kesalahan yang sama lagi. Paham?" Achel pun mengangguk. Tangan Gyan kembali mengusap ujung kepala Achel.
"Jangan pernah tinggalin Achel. Hanya Kak Gy yang Achel punya di negara ini." Kalimat Achel membuat Gyan sedikit tersenyum. Dia pun mulai menganggukkan kepala.
Suara bel berbunyi dan Gyan segera membukakan pintu. Orang tua Achel serta sang Wawa sudah menjemput sang putri mahkota.
"Makasih ya, Mbul. Udah jagain Achel." Gyan hanya menganggukkan kepala atas ucapan dari mami Reyn.
Reyn dan Regara membawa Achel pergi. Sedangkan Erzan masih berada di apartment Gyan.
"Tulis semua pengeluaran Achel selama lima bulan berada di sini," ucap Erzan sembari menyodorkan secarik kertas.
"Biar langsung gua transfer." Gyan malah berdecih mendengar kalimat yang keluar dari bibir Erzan.
"Gua serius, Mbul."
Gyan menatap Erzan dengan begitu serius. Raut tidak suka akan ucapan Erzan terlihat sangat jelas.
"Kalau gua mau minta ganti, udah dari awal gua ngasih list panjang ke kalian," bebernya dengan nada tegas.
"Lagipula biaya hidup Achel lima bulan di sini enggak akan buat gua miskin," lanjutnya dengan penuh penekanan.
Erzan terdiam. Namun, ada sebuah tanda tanya besar dalam benaknya. Sejak kapan manusia penuh perhitungan macam Gyan bisa menjelma jadi seorang donatur? Erzan mulai menelisik wajah Gyan.
"Jangan bilang tanpa pamrih lu ini karena lu suka sama keponakan gua." Gyan terhenyak mendengar ucapan spontan Erzan.
"Inget Gy, lu dan Achel itu SAUDARA."
...**** BERSAMBUNG ****...
Aku akan buat kalian muak dengan cerita Gyan karena aku akan tetap melanjutkan cerita ini walaupun kalian sudah tak mau meninggalkan komentar. Bahkan sudah bosan dan tak melanjutkan membaca cerita ini.
masih bertanya" dalam hati
adegan agak dewasa
hehehee
lanjut trus Thor
semangat
semangat kak doble up nx💪