Mantan Asisten CEO yang meninggal tiba-tiba bangun di tubuh menantu lemah dan mengetahui semua rahasia kelam keluarga besar Aruna.
Dia yang dibunuh oleh CEO Aruna group akhirnya memutuskan untuk memulai pembalasan dendamnya.
Dimulai dengan misi mengambil kembali posisi putri tunggal keluarga Jayata dan menyingkirkan putri palsu yang licik.
Apakah dia berhasil, atau justru berakhir mati untuk yang ke_2 kalinya?
Yuk,, baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kekesalan pada Hani
Acara amal berlangsung selama 2 jam lamanya, sampai akhirnya tiba waktunya di mana semua orang akan melelang karya-karya pasien yang akan dibeli oleh para donatur sesuai dengan jumlah donasi mereka.
Yang pertama dipamerkan ialah karya lukisan anak-anak yang menderita kanker, lukisan abstrak, lukisan pemandangan, dan berbagai-bagai lainnya dipamerkan di depan membuat semua orang merasa terpukau dengan kehebatan anak-anak penderita kanker yang masih bisa menuangkan ide kreatif mereka di atas sebuah kanvas.
Seorang anak penderita kanker yang duduk di kursi roda kemudian maju ke depan, ia memegang sebuah surat dan membacakan isinya bagi semua orang, "kami tinggal 24 jam di rumah sakit, tetapi dengan dukungan dari para dokter dan perawat, kami bisa melihat dunia yang indah dan menuangkannya di atas kanvas. Tolong jangan melihat dari goresan-goresan kecil yang mungkin kami buat dengan tangan gemetar karena tak mampu lagi mengendalikan saraf-saraf kami akibat sel kanker yang menguasai. Tetapi lihatlah dari hati kami yang begitu besar dan tulus menggerakkan kuas di atas kanvas untuk menyentuh hati semua orang baik yang ada di dunia ini. Dari kami anak-anak penderita kanker," ucap sang anak diikuti tepuk tangan meriah dari semua orang.
Pembawa acara amal kemudian berkata, "Pidato yang sangat menyentuh hati dari sala satu anak penderita kanker, Arizal. Lukisan ini akan di lelang satu per satu dan setiap yang ingin menjadi donatur bisa mengangkat papan angka yang sebelumnya telah di bagikan."
Seorang pria kemudian maju ke depan, dia bertugas mengangkat lukisan yang di lelang hari itu.
"1 juta," ucap seorang pria yang duduk di kursi baris ke-5.
"1 juta, satu kali!" Sang pembawa acara menghitung, "2 kali!"
"5 juta!" Dedi mengangkat papan di tangannya.
"5 juta, satu kali! Dua kali! Tiga kali!"
Prok prok prok...
Orang-orang bertepuk tangan setelah lukisan itu terbeli.
Lukisan-lukisan berikutnya kemudian terus di lelang hingga akhirnya seluruh lukisan milik anak-anak penderita kanker selesai dilelang dengan mencapai donasi 467 juta rupiah.
Dedi tersenyum melihat daftar donasi yang kemudian di perlihatkan di proyektor, namanya menempati urutan ke-2 setelah Presdir Jayata.
Dari tempat duduknya, Hani memperhatikan Dedi yang tampak tersenyum senang, 'Dia selalu menghabiskan uang bukan untuk benar-benar berdonasi, tetapi menggunakan acara amal untuk meningkatkan pamor keluarganya dan menggaet hati orang-orang yang menurutnya memiliki kekuatan besar untuk diajak bekerja sama,' kata Hani dalam hati yang jelas menebak dengan pasti bahwa kali ini Dedi mengincar perhatian dari presdir Jayata.
Hani tidak akan menghentikannya, di hanya diam dengan tenang dan sesekali memberikan bantuan donasi untuk anak-anak, Dia menghabiskan 100 juta lebih untuk donasi kali itu.
Setelah pelelangan selesai dan seluruh donasi terkumpul yang mencapai 15 miliar, maka pihak rumah sakit tersenyum senang menyajikan makanan dan minuman untuk semua orang.
Pada saat inilah, orang-orang biasanya akan saling berbincang satu sama lain, tentu saja banyak diantara mereka ingin akrab dengan presdir Jayata dan berharap memiliki kesempatan untuk berbicara dengan pria itu.
Saat itu, presdir jayata berdiri, melihat ke arah sekeliling untuk mencari keberadaan Hani karena sebelumnya dia mendapatkan informasi dari asistennya bahwa Hani berada di tempat itu.
Beberapa saat kemudian, tetapan Sang presiden terhenti pada seorang perempuan yang tampak bercakap-cakap dengan salah seorang pengusaha tambang.
Presdir Jayata pun berjalan untuk menghampiri Hani, di bawah langkah sang presdir, semua mata tertuju pada presdir Jayata, karena mereka penasaran kemana pria tua dengan selang infus di tangannya itu berjalan.
Ketika itu juga, Dedi berada tak jauh dari Hani, jadi hatinya tersentak kaget saat berpikir presdir Jayata berjalan untuk menghampirinya setelah presdir melihat bagaimana dia menjadi orang dengan donasi terbanyak setelah sang presdir.
"Selamat, presdir Jayata berjalan kemari," ucap teman Dedi yang berdiri di samping Dedi, sebelumnya dia pikir presdir Jayata tidak akan tertarik meskipun Dedi mendonasikan begitu banyak uang, namun sekarang dia mengakui trik yang dijalankan Dedi benar-benar berhasil.
"Bukankah sudah kubilang aku pasti berhasil? Setelah malam ini akan ada banyak kerjasama kami dengan keluarga Jayata," kata Dedi penuh kesombongan.
"Jangan lupa untuk mengajakku dalam kerjasama kalian, kau tahu aku selalu mendukungmu bukan," ucap sang teman dijawab anggukan pelan Dedi.
"Jangan khawatir, aku tidak akan melupakanmu," ucap Dedi penuh kepercayaan diri melangkah untuk menghampiri Sang presdir.
"Tuan pres...." Kata-kata Dedi berhenti seketika ia melihat presdir Jayata melewatinya begitu saja, bahkan berpura-pura tidak mendengar sapaan darinya.
Tangan Dedi melayang di udara sebab sebelumnya dia mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Sang presiden, tetapi kemudian ketika presdir melewatinya, tangan itu melayang di udara dengan pandangan Dedi mengikuti Sang presdir yang menjauh darinya.
Orang-orang yang melihat hal itu pun menahan tawa mereka, bahkan Teman Dedi juga ikut menahan tawanya sambil melenggang menghampiri Dedi dan merangkul Dedi.
"Sepertinya tidak kali ini, tapi mungkin lain kali bisa berhasil," ucap sang teman membuat Dedi sangat kesal, dia menggertakkan giginya di bawah tatapan konyol orang-orang.
"Siapa yang lebih penting untuk ia temui dibanding aku?" Dia di bener-bener kesal sambil menatap tuan Jayata yang menjauh.
"Sepertinya bos batubara itu," komentar sang teman sambil memperhatikan arah tatapan tuan Jayata yang terarah pada seorang pria dan perempuan yang sedang berbincang-bincang.
Tentu saja mereka tidak akan pernah menduga bahwa yang akan ditemui oleh presdir Jayata adalah Hani, sebab Hani hanyalah seorang pebisnis kecil yang bahkan tidak dikenali oleh orang-orang di sana.
Melihat Hani sedang bersama dengan pebisnis batubara berbincang-bincang, dan memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan perhatian presdir Jayata, maka Dedi menjadi semakin kesal, dia mengepal kuat tangannya, 'perempuan itu,,, padahal sebelumnya dia hanya menantu tidak berguna dari keluarga kami, namun sekarang bagaimana bisa dia berada di sini? Bahkan dengan keberuntungan untuk berdekatan dengan presdir Jayata saja sudah membuat ku kesal,' ucap Dedi dalam hati penuh amarah terhadap Hani.
lanjut Thor....