NovelToon NovelToon
Golden Hands Arm

Golden Hands Arm

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sarunai

Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Han yang sudah mendapatkan banyak uang dari lelang malam itu berniat pulang bersama Klara setelah semua acara selesai. Namun, saat mereka berjalan menuju parkiran, langkah mereka terhenti. Di sana, berdiri Zek bersama beberapa anak buahnya, menghadang jalan mereka.

Zek, yang tak bisa bicara karena pita suaranya lumpuh, mengangkat ponsel dan memperlihatkan tulisan di layarnya kepada Han.

Han hanya tersenyum santai. "Kenapa aku harus menuruti perkataan mu... Ehh, salah .maaf ,maksudnya perketikanmu  sekarang kan kau tidak bisa berbicara.. hahaha" Han yang tidak bisa menahan ketawanya sehingga menarik perhatian orang lain.

Klara, yang berdiri di samping Han, tampak bingung. Dia baru sadar, mengapa Zek bertingkah seperti orang yang tidak bisa bicara.

Wajah Zek memerah karena marah. Dengan isyarat tangan, dia memerintahkan lima pengawalnya untuk maju menyerang.

Klara panik. "Han... kita pergi saja, oke?" bisiknya cemas. tapi Han hanya menepuk punggung tangannya pelan, memberi isyarat agar Klara tenang.

Lima pria kekar itu melangkah maju. Salah satunya, yang paling tinggi, menepuk telapak tangannya keras.

"hanya seorang bocah rupanya." Katanya dengan nada meremehkan.

Han menghembuskan napas pelan. "Kalian sendiri yang memulai, jadi jangan salahkan aku bertindak diluar batas"

"besar juga omonganmu bocah. tapi percuma, jika omongan tidak sesuai dengan kemampuan, maka bersiaplah untuk mati." kata salah satu Pengawal Zek bersiap menyerang.

Wuss!!

pukulan keras itu mengarah ke wajah Han. Namun, dalam satu gerakan ringan, Han memiringkan kepalanya, menghindari pukulan itu seakan tahu arah serangan bahkan sebelum tangan lawan bergerak penuh. Dengan siku, ia menghantam perut lawan keras-keras. Pria itu terlipat, jatuh mengerang.

Orang yang sempat meremehkan Han terlihat terkejut, dan ia baru sadar bahwa anak muda itu tidak sesederhana kelihatannya.

Dua lawan berikutnya menyerbu bersamaan, dari kanan dan kiri. Han memutar tubuhnya, menangkap salah satu lengan mereka, dan dengan lincah menariknya ke depan. Pukulan lawan satunya justru mendarat tepat di wajah temannya sendiri.

Dug!

Keduanya jatuh menahan sakit.

Pria yang sempat meremehkan Han mencabut belati dari pinggangnya, mengayunkannya dengan cepat. Han melangkah ke samping, menendang lutut lawan dengan keras.

Brak!

Pria itu terjatuh menabrak tiang yang terbuat dari beton, meninggalkan jejak retakan dengan tulang punggung yang patah.

Lawan terakhir mencoba menyerang Han dari belakang, tapi Han tanpa menoleh menangkap pergelangan tangan pria itu, memelintirnya, lalu menghantamkan tubuhnya ke dinding mobil.

Dum!

bodi mobil itu penyok, begitu Han melepaskannya. pria itu terjatuh ke tanah kehilangan kesadaran.

Dalam kurang dari satu menit, semua pengawal Zek tumbang.

Klara yang sempat khawatir dengan Han menjadi terkejut luar biasa. Pengawal-pengawal itu semuanya berada di tingkat Gold Puncak, tapi bisa dikalahkan oleh Han semudah itu?

Sementara itu, Zek yang tadinya tampak puas, kini wajahnya memucat. Matanya melebar, tubuhnya gemetar. Dia tak menyangka Han memiliki kekuatan sebesar ini.

Han berjalan mendekati Zek, lalu menepuk pundaknya pelan. Dengan suara lembut namun dingin, Han berbisik, "kalau kau ingin sembuh, datanglah padaku dengan niat baik. aku mungkin bisa memulihkan pita suaramu."

Han menggenggam tangan Klara dan menariknya pergi.

“Ayo pulang.”

Klara memandang Han penuh keheranan, masih berusaha mencerna apa yang terjadi, tapi akhirnya mengangguk pelan dan mengikuti langkahnya.

Zek berdiri kaku di parkiran, matanya masih menatap punggung Han yang memasuki mobil. Meski tak bisa bicara, pikirannya berkecamuk. tentang perkataan Han barusan.

Padahal Zek sempat pergi ke rumah sakit untuk memeriksa pita suaranya — tapi dokter mengatakan tak menemukan masalah apa pun. Tak ada luka, tak ada penyumbatan.

Namun sekarang, melihat Han yang begitu mudah mengalahkan pengawal-pengawalnya, Zek hanya bisa menggertakkan gigi, diam menatap mobil mereka yang menjauh.

Di dalam mobil, suasana terlihat hening. Han memegang kemudi dengan tenang, matanya fokus menatap jalanan malam yang mulai sepi.

Di sebelahnya, Klara terlihat gelisah, kedua tangannya menggenggam erat sabuk pengaman mobil. pada Akhirnya dia tak tahan dan membuka suara.

“Han… sebenarnya… apa tingkat kultivasimu? Tidak mungkin kan kamu berada di tingkat gold? Para pengawal Zek itu semua ada di gold puncak, tapi kamu dengan mudah mengalahkan mereka secepat itu…”

Han menghela napas pendek. Dia tahu cepat atau lambat pertanyaan ini akan muncul, tapi ia tak mungkin berkata jujur.

“Aku… berada di tingkat Master Pembangunan,” jawabnya pelan, seolah itu bukan hal besar.

Klara refleks menutup mulut dengan kedua tangannya, matanya membelalak.

“Ka-kamu… Master Pembangunan?! Itu setara… setara dengan ayahku seorang Patriark keluarga Subyo!” katanya setengah berbisik, seolah takut ada yang mendengar.

Han hanya tersenyum tipis, kembali memfokuskan matanya ke jalan.

Setelah 30 menit berkendara, mereka akhirnya tiba di vila Han. Mobil berhenti di halaman, mesin dimatikan, dan Han turun lebih dulu.

“Ayo masuk,” ajaknya singkat.

Klara memandangnya ragu.

“Ngapain? Ini udah malam, Han…”

Han menoleh setengah, senyumnya samar.

“Katanya kamu ingin menerobos?”

Klara membeku di tempat, wajahnya merah.

“Kamu serius…? Han, aku masih tidak percaya jika kamu bisa bantu aku. Bahkan kalau kamu punya pil itu, bukankah itu barang yang sangat berharga…?”

Han mengangkat bahu santai. “Kalau kamu tidak menginginkannya, kamu boleh pulang.”

Tanpa menunggu jawaban, Han berjalan masuk ke dalam vila, meninggalkan Klara yang berdiri terpaku di halaman.

Klara menggigit bibirnya pelan, hatinya berdebar. "Apa aku harus ikut...? Tapi jika ini benar... ini kesempatan besar..."

Setelah ragu beberapa detik, dia akhirnya menarik napas panjang dan melangkah cepat, mengikuti Han masuk ke dalam vila.

Saat mereka sudah masuk ke dalam vila, Han membawa Klara ke sebuah kamar yang ada di lantai bawah.

Han duduk santai di sebuah kursi yang ada, sementara Klara masih ragu berdiri di dekat pintu.

“Han…” panggil Klara pelan. “A-apakah aku boleh minta—”

Belum selesai Klara bicara, Han sudah memotong sambil mengulurkan sesuatu.

“Ini. telan saja. Aku akan membantu proses penerobosannya.”

Di tangan Han ada sebuah pil kecil, sebesar biji kacang, berwarna hijau berkilauan. Klara bengong memandanginya — dari pil itu memancar energi yang begitu pekat, seolah memanggil seluruh sel di tubuhnya.

sekarang dia percaya, bahwa Han benar-benar bisa membantunya.

Dengan ragu-ragu, Klara mengambil pil itu, setelah meminta persetujuan dari Han ia pun menelannya perlahan.

begitu masuk kedalam mulut Klara, Pil itu langsung mencair dan mulai menyebar kedalam perut menuntunnya masuk ke pusar.

"cepat bersila dan alirkan energi itu ke penghalangmu" perintah Han.

Tanpa membuang waktu Klara langsung duduk bersila di lantai Kamar, Han sendiri ikut duduk di belakang dan meletakkan sebelah tangannya ke punggung Klara.

Boom!!

Boom!!

Setelah satu jam lebih aura kuat meledak dari tubuh Klara, tapi untung Han sudah memasang formasi pertahanan di sekeliling kamar, sehingga tak ada guncangan yang bocor keluar.

Klara merasakan aliran energi mengalir deras ke seluruh tubuhnya, menghancurkan penghalang di dantian-nya, memecahkan batas kultivasi yang selama ini menahannya.

Dia membuka mata perlahan, napasnya terengah-engah, wajahnya berkeringat, tapi matanya bersinar penuh kegembiraan.

"aku... aku berhasil... Gold Pembukaan!" batinnya berseru senang.

Dia melihat Han yang berdiri di dekat jendela, memperhatikannya dengan senyuman tipis.

“Selamat. Kamu berhasil menerobos hingga tingkat Gold Pembukaan,” kata Han pelan.

Tanpa pikir panjang, Klara berdiri, matanya berbinar, lalu memeluk Han erat sambil menangis.

“Makasih, Han… hik… hik… kamu udah bantuin aku… aku harus bagaimana agar bisa balas kebaikanmu…?” katanya dengan suara bergetar.

Han hanya terkekeh, mengusap pelan air mata di pipinya.

“Sudahlah. Kamu orang baik dan telah banyak membantuku, jadi tidak ada salahnya aku balik bantu.”

Tiba-tiba Klara memegang tangan Han yang sedang mengusap pipinya. Dengan wajah memerah, dia berjinjit pelan, lalu mengecup bibir Han.

Han terkejut, matanya membesar, tapi perlahan dia ikut mengimbangi ciuman singkat itu.

Beberapa detik kemudian, Klara tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Wajahnya langsung merah padam, dia mundur cepat, melompat ke kasur, dan menyembunyikan wajahnya dengan bantal.

"ba-bagaimana bisa aku bertindak agresif seperti itu..." Gumamnya pelan dari balik bantal

Han yang berdiri kikuk di dekat tempat tidur hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bisa-bisanya ia dicium oleh wanita cantik.

1
Iwan Brando
kenapa sdh selesai outhor ceitanya
Sarunai: lanjutannya nanti malam ya☺
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
thor tawaran terakhir kan 2T kok turun jadi 1T sih lupa ya thor apa dah ngantuk ya, kopi mana kopi
Sarunai: wah.. baru sadar😅
total 1 replies
Kama
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Gato MianMian
Kayaknya harus kasih bintang lima deh buat cerita ini!
Sarunai: terimakasih ☺
tunggu kelanjutannya 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!