"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asal usul Elvano
Devan memencet pasword apartement nya kemudian membawa tubuh Zafira masuk ke dalam kamarnya, merebahkan tubuh itu diatas ranjang king size miliknya.
Devan menyelimuti tubuh Zafira kemudian dia melangkah pergi namun pergelangan tangannya diraih oleh Zafira membuat Devan berhenti dan menatap mata Zafira.
Ada air mata yang menggenang dipelupuk mata cantik itu seperti mengisyaratkan permohonan minta tolong "tuan tolong aku" Devan hanya diam tidak bergeming sama sekali.
"Aku mohon" Zafira berkata sekali lagi dengan tubuh yang mengeliat bagai ulat yang sedang kepanasan "panas" ucap Zafira dengan lirih "biadap, mereka memberi Zafira obat laknat itu" gumam batin Devan.
Devan menutup kedia matanya dan mengepalkan tangan menahan emosi "Zaf tenanglah" Zafira tidak memperdulikan ucapan Devan, dia masih menggeliat bagaikan ulat yang sedang kepanasan.
Devan sangat kasihan dengan Zafira saat ini hingga dia melihat Zafira yang menangis sambil memberikan kenikmatan pada tubuhnya sendiri.
Devan menutup kedua matanya dia berjalan mendekati pintu kamarnya hingga langkahnya terhenti ketika mendengar Zafira lagi - lagi memohon padanya "Dev aku mohon tolong aku hiks hiks" Devan terdiam sambil menutup mata dan mencengkeram pegangan pintu kamarnya.
Devan berbalik badan kemudian berjalan ke arah ranjang sambil melepas kaos yang sedang dia pakai, mendekati Zafira yang berada di atas ranjangnya.
Devan berada di atas tubuh Zafira, mencium bibir Zafira dengan ganas begitupun dengan Zafira yang membalas ciuman ganas itu dengan tak kalah ganas juga.
Malam itu mereka melakukan bergumulan panas itu hingga jam menunjukkan pukul 4 pagi, tanpa mereka sadari ada sepasang mata dan telinga yang tudak sengaja mendengarkan aktivitas mereka.
Devan mengacak rambutnya dengan lelah, sementara Edwin melihat itu semua "apa kau sudah mengingat semuanya Dev ?" Edwin bertanya seraya membuka ponselnya.
Ucapan Edwin membuat Devan tersadar dari fikirannya yang mengarah pada kejadian lima tahun yang lalu "Ed jika memang Elvano adalah anakku kenapa Zafira tidak mengatakanya padaku ?" Edwin tertawa mengejek Devan.
"kau pasti tidak akan mau mengakuinya bodoh" Edwin berkata demikian "Zafira pasti menganggap semua itu karna kesalahanya bukan kesalahanmu jadi dia tidak akan memberitahumu tentang anak itu" Edwin melanjutkan kalimatnya kemudian dia berdiri.
"Gisella memberitahuku bahwa ada pasien yang harus ku tangani" Edwin berkata sambil berjalan keluar dari ruang kerja Devan namun sebelum dia membuka pintu itu, dia membalikkan badan seraya berkata "Sebaiknya kau mencari tahu tentang anak Zafira, jika memang itu anakmu maka nikahi dia" Devan hanya diam menatap Edwin.
Devan mengambil ponselnya kemudian mendial nomor seseorang "cari informasi kehidupan wanita itu selama lima tahun ini" Devan memberi perintah kepada anak buahnya setelah dia mengirimkan foto Zafira kepada nomor lelaki yang berada disebrang telfon.
Devan melihat jam yang berada dipergelangan tangan kirinya, kemudian dia bangkit dan berjalan meninggalkan ruang kerja CEO itu untuk menuju life yang berada disebrang pintu ruang kerjanya.
Pintu life terbuka dan Devan berjalan masuk ke dalam, hingga life itu mengarah turun ke lantai 5. Zafira terkejut sekilas saat di dalam life ada Devan yang berdiri sambil memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana, Zafira mau tidak mau berjalan ke dalam life berdiri disana tampa menyapa Devan.
"Kau ingin pulang ?" tanya Devan kemudian Zafira memutar tubuhnya melihat Devan yang bersandar di dinding belakang life "Iya pak" ucap Zafira sambil mengangguk.
"Bagaimana kabar Elvano ?" Zafira megeryitkan dahi bingung, mengapa Devan mempertanyakan anaknya itu "Baik pak" hanya itu jawaban Zafira kemudian dia membalikan tubuh lagi menghadap pintu life.
"boleh aku bertamu ke apartementmu ?" Zafira terdiam sebentar kemudian melihat Devan yang sudah berada disampingnya "untuk bertemu kakakku ?" Zafira balik bertanya kepada Devan, Devan menggelengkan kepalanya "Untuk bertemu dengan Elvano, aku merindukannya" jawaban Devan membuat Zafira menegang dan terdiam.