“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”
Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”
Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”
Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.
“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Hati
"Sip dah," keluh gue. "Gue siap."
"Gak masalah, kan kalau gue latih Ailsa di ring sebelah?"
" Iya, santai aja. Siapa tahu dia dapat inspirasi." Gue naikan alis sambil senyum jail.
Dia gigit bibir bawahnya, terus senyum. Pingko lihat bolak-balik antara kita dan batuk kecil.
"Oke deh. Gue cabut dulu. Ada klien sekarang, kita ketemu lagi sejam lagi."
"Oke." Ailsa berdiri. "Gue harus pesan beberapa barang dulu, ganti baju, terus balik lagi ke sini."
"Sampai nanti." Pingko pun jalan keluar.
"Eh, hampir lupa. Gue mau cerita soal riset yang gue lakuin. Gue nemu beberapa resep yang kayaknya cocok buat lo. Gue mau masak satu malam ini. Kalau lo mau datang aja dan Lo bisa nyobain."
"Jadi lo ngajak gue dinner nih?" Gue senyum.
"Gue cuma ngajak lo nyobain salmon. Gue udah bilang, gue gak bakal jalan sama lo sebelum lo bilang kenapa lo benci keluarga gue."
"Ya, gue juga gak bakal jalan sama lo sebelum lo jelasin kenapa lo sampai pingsan waktu itu di gym gue."
Apa sih yang gue lakuin ini?
"Jadi ya udah, kan kita cuma makan salmon aja, bro."
"Oke." Gue berdiri. "Latihan gue bakal lama, jadi gue mampir kalau udah selesai ya?"
"Siap. Dan kalau lo butuh partner latihan, tinggal panggil aja."
Gue geleng pelan. "Santai dikit, jagoan. Gue gak bakal masuk ring sama lo!"
"Lo takut sama gue ya, Nauru?"
Dia gak tahu saja.
Dia benar-benar bikin gue takut.
Cara dia bikin gue keras.
Cara dia bikin gue pingin cium dia.
Semuanya.
Dia keluar dari ruangan, dan HP gue bunyi. Nama adik gue, Lily, muncul di layar.
...☎️...
"Hey,"
Gue ngomong sambil jalan ke ruang ganti buat ganti baju latihan. Gue dekat banget sama Lily, dan kita sering ngobrol beberapa kali seminggu. Keluarga gue terima kabar soal pertarungan ini lebih cepat dari yang gue bayangin, walaupun nyokap gak bisa nahan tangis pas dengar.
Kita sudah bahas soal itu pas makan malam, terus gue menelepon Lily dan ceritain semuanya lagi. Tapi mereka mengerti keputusan gue, dan walaupun mereka nggak terlalu senang, mereka tetap bakal dukung gue.
^^^"Hai! Gue baru aja beli majalahnya. Gila, Ru, lo ada di cover majalah, men! Teman sekamar gue semua pada kagum."^^^
"Ya udah, lihat aja nanti mereka masih kagum nggak setelah melihat pertarungan gue."
^^^"Lo tuh Nauru The Rabbit Boy! Nggak ada yang latihan sekeras lo."^^^
"Ya, karena itu doang yang bisa gue lakuin, kan?"
Gue ambil tas olahraga dari loker, taruh di bangku.
^^^"Eh, kak Octa nulis artikelnya keren banget. Bagus. Gue bangga sama lo."^^^
"Makasih. Kuliah lo gimana? Kimia masih sulit, nggak?"
Soalnya beberapa malam lalu dia menelepon sambil nangis gara-gara pelajarannya susah banget.
^^^"Iya, gue benci banget. Tapi kuliahnya seru. Gue nggak sabar lo datang lagi ke sini."^^^
"Iya, gue bakal ke sana abis pertarungan ini. Sekarang gue harus fokus sama kerjaan gue."
^^^"Oke. Ada lagi yang mau lo ceritain?"^^^
"Maksud lo?"
^^^"Nyokap bilang kayaknya ada sesuatu antara lo sama Ailsa Batari."^^^
Gue jelas gagal menyembunyikan itu dengan baik. Dan padahal nggak ada apa-apa, sumpah.
Gue tahu gue bisa ngomong apa saja ke Lily, soalnya dia tuh sudah kayak nyokap gue sendiri. Mereka nggak pernah nge-judge. Walaupun mereka nggak suka sama cewek-cewek yang pernah gue pacari dulu, mereka tetap dukung gue. Tapi Ailsa beda. Jadi gue nggak heran mereka ngebet banget sama dia. Mereka pasti suka.
Siapa sih yang nggak suka Ailsa?
Ya... kecuali keluarganya dan kakaknya yang bego itu. Sial, semua orang suka sama dia.
"Nggak ada apa-apa kok."
Tapi gue sendiri nggak yakin sama omongan gue. Dia langsung jerit, gue sampai harus jauhin HP dari kuping.
^^^"Tapi… sebenarnya, Lo pingin, kan?"^^^
"Gue juga nggak tahu. Bakal aneh banget nggak sih? Kalau gue duduk di meja makan bareng keluarganya lagi, setelah semua yang mereka lakuin?"
^^^"Itu semua salahnya Caspian. Dia memang brengsek. Tapi itu nggak berarti Ailsa nggak baik. Gue suka sama dia. Nyokapnya juga baik banget."^^^
"Tapi sekarang bukan waktunya. Gue harus fokus buat pertarungan ini. Nggak mau diganggu."
^^^"Ya, lo nggak selalu bisa milih kapan seseorang muncul di hidup lo dan bikin lo jatuh hati, tahu."^^^
"Nggak ada yang bisa bikin gue jatuh hati."
Bahkan gue sendiri nggak percaya sama kata-kata yang baru saja gue ucapkan.
Soalnya Ailsa Batari, jelas-jelas sudah bikin gue jatuh hati.
