Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Begitu tiba di rumah, Suparman langsung menaruh keranjang bambunya di teras dan segera masuk ke dalam untuk membuat kopi panas bagi dirinya dan Viola, serta air putih untuk Jaenab.
Suparman tidak tertarik untuk terlibat dalam masalah jual beli jamur liar, karena dia hanya mencari jamur untuk membantu Jaenab.
Sebelum keluar memberikan minuman kepada Jaenab dan Viola, Suparman mampir ke kamar mandi untuk mengecek nomor togel yang ada di kolor saktinya karena tadi belum sempat dia lihat saat berada di air terjun.
" Huff, lumayan bisa mendapatkan tiga angka lagi," batin Suparman saat melihat angka 941 muncul di tengah gambar bendera Singapura.
Suparman tidak menyangka bahwa kolor saktinya bisa mengeluarkan cahaya dan menunjukkan angka togel hanya dengan disiram air kebahagiaan dari sawah para wanita.
Suparman tadinya berpikir bahwa semalam itu hanya kebetulan, saat kolor saktinya memberikan nomor togel setelah mendapatkan siraman air kebahagiaan dari sawah Mona.
Namun kini dia yang mendapatkan nomor togel lagi, setelah kolor saktinya terkena siraman air kebahagiaan dari sawah Jaenab, Suparman semakin bersemangat. Suparman sangat yakin dengan kesaktian kolor warisan leluhurnya akan sangat mudah bagi dirinya untuk menjadi pria kaya raya.
Setelah mencatat nomor togel yang muncul dari cahaya kolor tersebut, Suparman segera kembali ke dapur. Dia mengambil kopi dan air putih yang telah disiapkannya, lalu membawanya ke teras rumah tempat Jaenab dan Viola sedang menunggu.
" Jaenab, vio. Ini minumnya." ucap Suparman sambil meletakan dua gelas kopi dan satu air putih di hadapan viola dan Jaenab.
" Terima kasih Man." balas keduanya dengan kompak.
Jaenab yang sudah kelelahan sehabis mencari jamur dan sawahnya dicangkul oleh Suparman, langsung meminum habis air putih yang di bawa Suparman.
" Man, aku minat nomor rekening kamu, tadi nona viola membayar jamur dengan transfer." ucap Jaenab sambil tersenyum manis.
Walaupun dia memiliki uang tunai yang Suparman berikan, namun Jaenab tau jika Suparman pasti tidak mau viola mengetahui bahwa dia memiliki pemberian uang dari Suparman. Untuk itu Jaenab meminta nomor rekening milik Suparman.
" Tidak usah Jaenab, untuk kamu saja semuanya, kamu gunakan sebagai modal buat jualan dan jangan berpikir untuk mencari jamur lagi dihutan." balas Suparman dengan santai.
" Hufffftttt, kalau begitu terima kasih Man? Aku juga sudah bilang sama nona viola kalau tidak mencari jamur lagi, ya sudah kalau begitu aku pulang dulu ya?" ucap Jaenab sambil mengangkat keranjang bambu ke punggungnya lalu berjalan meninggalkan rumah Suparman.
Setelah Jaenab meninggalkan rumah Suparman, viola langsung mengajak Suparman untuk masuk kedalam rumah, Suparman hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan viola sambil membawa dua gelas kopi yang masih penuh.
Begitu mereka berada diruang tamu, viola tanpa membuang waktu langsung duduk di pangkuan Suparman.
" Bukankah aku harus jaya terlebih dahulu sebelum kamu mau denganku, kenapa kamu sekarang justru seperti sangat tidak sabar untuk menjadi istriku." ucap Suparman sambil menyalakan sebatang rokok.
" Hehe.. benarkah itu, Man? Kamu harus sukses dulu jika ingin menjadikanku istrimu, tapi untuk menjadi kekasih, sepertinya tidak masalah kalau kita mulai dari sekarang," balas Viola sambil mengambil sebungkus rokok mentol dari tasnya dan menyalakan satu batang.
" Apa kamu tidak malu menjadi kekasih seorang duda sepertiku?" tanya Suparman sambil menyeruput kopinya dengan penuh penghayatan.
Suparman tidak menyangka Viola akan menyatakan cinta kepadanya, dia merasa seperti sedang bermimpi di siang bolong. Gadis secantik Viola memberikan isyarat untuk menjadi kekasihnya.
" Buat apa aku malu? Menurutku kamu lumayan tampan dan baik, soal harta kita bisa mencarinya bersama," balas Viola sambil menyeruput kopi dengan penuh penghayatan.
" Lagian kalau aku malu menjadi kekasihmu, aku tidak akan mungkin memberikan ciuman pertamaku padamu." lanjut viola sambil memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Suparman.
" Huff, sebenarnya aku ingin bersantai dan menikmati hidup sebagai duda, namun karena ada wanita cantik yang ingin bersamaku, sepertinya aku harus mulai bekerja keras untuk segera kaya dan bisa menjadikannya istriku," ujar Suparman dengan senyum yang berarti.
" Aku yakin tidak lama lagi kamu akan sukses, Man," kata Viola sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Suparman.
Suasana romantis di ruang tamu antara Suparman dan viola langsung terjadi, keduanya saling meluapkan perasaan masing-masing, Suparman tidak menyangka kalau viola akan begitu berani memancing dirinya dengan menyodorkan buah mangga yang miliknya.
Suparman dengan senang hati tentu saja langsung menikmati buah mangga yang disuguhkan oleh viola untuknya.
" Man, sampai disini saja ya? Aku harus pulang terlebih dahulu karena hari sudah menjelang gelap." pinta viola sambil merapikan pakaiannya.
Viola hanya bisa tersenyum saat melihat kedua buah mangga miliknya kini penuh dengan bercak merah akibat ulah Suparman.
" Aku kira kamu akan menyerahkan mahkota milikmu sekarang." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.
" Jangan harap, meski kita sudah sepakat menjadi sepasang kekasih, aku tak akan membiarkanmu melangkah sejauh itu. Kecuali kamu sudah punya usaha dan uang sebanyak satu triliun untuk menjamin masa depanku, baru aku akan pertimbangkan untuk memberikan mahkotaku padamu," balas Viola sambil tersenyum manis.
" Aku yakin itu tak akan lama lagi, dan saat aku sudah memiliki apa yang kamu inginkan, aku akan menagih janjimu," sahut Suparman.
Suparman sangat percaya diri bisa memenuhi syarat Viola dalam waktu singkat. Jika dulu mungkin dia akan mundur alon-alon, namun kini dia memiliki kolor sakti yang memudahkan dirinya mendapatkan kekayaan.
" Deal..!! Aku berikan kamu waktu satu tahun untuk memenuhi syarat yang aku inginkan, jika dalam waktu satu tahun kamu tidak sanggup memiliki usaha dan tabungan sebanyak satu triliun, maka jangan harap bisa menjadi suamiku." ucap viola sambil mengulurkan tangannya.
" Deal..!! Tidak perlu waktu satu tahun, dalam satu bulan kedepan aku pasti sudah dapat memenuhi syarat yang kamu katakan." balas Suparman dengan penuh percaya diri.
" Baiklah, aku pulang sekarang ya? Hari sudah mulai gelap." ucap viola sambil mengecup bibir Suparman.
Suparman hanya tersenyum melihat tingkah laku Viola yang konyol. Setelah mengantarkan Viola ke mobilnya, ia kembali ke rumah untuk membersihkan diri.
Setelah berpakaian, Suparman mengambil ponselnya dan mentransfer tiga puluh lima juta rupiah—hasil kemenangannya semalam—ke akun judi online miliknya.
Menyadari bahwa hanya tinggal setengah jam lagi sebelum pengumuman nomor Singapore, ia segera memasang taruhan pada nomor 941 sebesar tiga puluh lima juta rupiah.
' jika kali ini tembus aku akan mendapatkan dua belas milyar dua ratus lima puluh juta, masih sangat jauh untuk memenuhi syarat dari viola, tetapi aku sangat yakin kalau tidak lama lagi bisa memenuhi syarat dari viola.' gumam Suparman sambil meletakan ponselnya keatas ranjang.
Setelah selesai memasang nomor togel, Suparman langsung beranjak ke kamar sebelah yang merupakan kamar almarhum orang tuanya, disana dia langsung mengambil koper besar dari bawah kolong ranjang yang dia bawa dari kediaman keluarga Saputra.
Hampir satu jam Suparman menghitung jumlah uang hasil curiannya, setelah selesai menghitung uang didalam koper besar itu diapun tersenyum lebar.
" Aku tidak menyangka ternyata hasil curianku mencapai lima milyar, ini hanya uang tunai saja belum termasuk emas batangan yang aku sembunyikan di air terjun, tetapi bagaimana agar aku bisa menggunakan uang ini tanpa ada yang curiga." gumam Suparman sambil memasukan kembali uang kedalam koper.
" Kenapa aku tidak berjudi saja ke kasino, kalau aku mendapatkan uang banyak dari kasino, pasti warga desa tidak akan mencurigai darimana uang ini berasal. Kebetulan keluarga Saputra juga memiliki kasino yang paling besar di kota ini. Sepertinya aku sudah ditakdirkan untuk menguras harta keluarga Saputra." ucap Suparman sambil tersenyum lebar setelah mendapatkan solusi bagaimana dia harus memanfaatkan uang hasil curiannya.
Setelah menaruh koper di bawah ranjang, Suparman segera kembali ke kamarnya. Tanpa membuang waktu, dia mengambil kantong plastik yang berisi uang hasil judi capjieki.
" Dengan modal lima puluh juta, seharusnya cukup untuk mengeruk keuntungan dari kasino milik keluarga Saputra," gumam Suparman sambil tersenyum penuh arti.
Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam ketika Suparman meninggalkan rumah menuju warung Mona. Dia berniat mengajak Sarmin dan Jarot menemaninya ke kasino.
Sesampainya di warung Mona, suasana masih sepi, belum ada pemuda atau bapak-bapak yang biasa berkumpul merumuskan nomor togel.
" Mona, satu mie rebus jadi satu mangkok, esteh satu, dan rokok dua tiga empat satu bungkus," pesan Suparman sambil duduk di bangku yang kosong.
" Siap Man, ditunggu sebentar ya?" balas Mona sambil tersenyum manis.
Sambil menunggu pesanannya datang, Suparman terlebih dahulu menelpon Sarmin dan Jarot untuk datang ke warung Mona. Begitu dia menyelesaikan panggilan televonnya, Mona datang membawakan pesanannya.
" Kamu mau kemana Man? Kok tadi aku dengar kamu mengajak Sarmin dan Jarot?" tanya Mona sambil meletakan pesanan Suparman dimeja.
" Aku mau mengajak mereka untuk menghasilkan uang, bukannya Sarmin sebentar lagi butuh uang banyak untuk menikahimu." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.
" Masih lama Man, dia saja baru melamar malam Minggu, paling satu bulan lagi kami baru menikah." sahut Mona sambil tersenyum manis.
" Tapi tetap harus mengumpulkan modal dari sekarang kan?" balas Suparman sambil menikmati mie rebus dihadapannya dengan sangat lahap.
" Man, sebelum aku dilamar oleh Sarmin, apa kita bisa mengulang seperti semalam? Aku sangat ingin kamu mencangkul sawahku untuk yang terakhir kalinya." bisik Mona dengan perlahan.
Suparman hanya mengangguk sambil terus menikmati mie rebus dihadapannya, Mona langsung tersenyum lebar melihat suparman menganggukan kepalanya, Mona langsung masuk saat dia melihat dua motor yang menuju warungnya.
Begitu dua motor itu tiba di warung Mona, Jarot langsung menghampiri Suparman sedang Sarmin langsung menuju ke arah Mona yang sedang bermain ponsel di dalam warung.
" Ada apa Man? Kenapa kamu meminta kami untuk secepatnya kesini." tanya Jarot dengan wajah serius.
" Aku ingin mengajak kalian kekasino terbesar di kota kita, aku ingin kalian menemaniku berjudi disana." balas Suparman sambil tersenyum lebar.
" Tapi aku sedang tidak punya modal Man? Apalagi si Sarmin itu yang sebentar lagi mau menikah. Lihat saja itu nempel terus kaya prangko." sahut Jarot sambil tersenyum mengejek ke arah Sarmin.
" Kalian tidak perlu bawa uang, kalian cukup menemaniku, nanti saat aku menang kalian aku beri komisi." balas Suparman.
" Kalau begitu cocok Man? Kapan kita berangkat?" tanya Jarot dengan penuh semangat.
" Sekarang saja, biar nanti pulangnya tidak kemalaman, sebentar aku bayar mie dan rokok dulu." balas Suparman sambil bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Mona yang sedang asik mengobrol dengan Sarmin.