Sepuluh tahun setelah dunia porak-poranda akibat perang nuklir, para penyintas hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Monster hasil mutasi berkeliaran, kelaparan menjadi musuh sehari-hari, dan manusia yang seharusnya saling membantu justru menjadi ancaman paling mematikan.
Di tengah kekacauan itu, sekelompok pejuang mencoba bertahan, menggenggam harapan tipis di dunia yang nyaris mati. Dalam upaya mereka untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi global ini, tentunya dengan satu pertanyaan yang masih menggema.
"Benarkah dunia ini hancur karena nuklir? Atau karena busuknya hati manusia itu sendiri?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chubby Lion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata baru
Kael memegang gagang pintu dan membukanya perlahan, membiarkan sinar matahari mengenai setiap bagian daru anggita tubuhnya.
"hfttt" Kael menghirup nafas dalam-dalam dan memhembuskannya.
Ia memejamkan matanya sejenak, dan mulai melangkah keluar dari ruangannya. dengan langkah santai ia segera menuju kamar mandi umum sembari membawa handuk dan pakaian.
Ia mengantri sejenak, tak perlu waktu lama, ia akhirnya mandi dan bersiap untuk mengawali hari ini lebih jauh.
Kael kembali ke ruangannya untuk mengambil sekantong uang yang ia miliki. Ia segera kembali berjalan keluar ruangan, saat melewati sebauh cermin ia baru sadar, ada yang berubah dari fisiknya.
"..."
Kael menatap cermin tersebut cukup lama dan sedikit keheranan, "Aku bertambah tinggi, dan otot?"gumamnya heran melihat perkembangan fisiknya yang cukup signifikan dalam sehari.
Kael dengan cepat sadar, "ini pasti efek dari jantung mutasi tadi malam, jadi jantung ini memperkuat fisik dan kemampuan radiant ya"
"Menarik, apa yang terjadi ya jika aku mengkonsumsi semua jantung mutasi di Gorgon saat itu?"
"Hnmm....kurasa itu hanya akan berkembang pada batas tertentu, semakin sering seseorang mengkonsumsi obat, semakin lemah efek penyembuhannya"gumam Kael.
Setelah memeriksa dirinya dicermin, Kael kembali melangkah pergi, "Kai kemana ya? aku tidak melihatnya" Kael mulai menelusuri daerah sekitar Radovile.
Berkeliling dan berharap bisa menemukan sesuatu yang bagus, hari ini Kael juga berencana untuk membeli sebuah senjata.
"Setidaknya, aku sarung tangan yang lebih bagus"
Kael berjalan menuju pasar, kondisi pasar ramai seperti biasanya. Kael melihat beberapa Radiant, sedang berkumpul di bawah arahan seorang komandan.
Kael menghentikan langkahnya sejenak, ia mencoba untuk menguping pembicaraan mereka.
Kael, keluar dari pasar dan melangkah tidak jauh dari pasar. Ia duduk ditepi sebuah kedai tua, dan menguping pembicaraan mereka.
“Wilayah Gorgon akan menjadi perluasan dari markas Radovile, kalian yang terpilih akan membantu memperluas wilayah ini dan melakukan pembangunan,” seru sang komandan. Para prajurit menjawab dengan sorakan penuh semangat.
Kael sedikit terpesona dan kagum aka. semangat para Radiant. itu memotivasi dirinya untuk lebih berkontribusi.
"Huh... apa yang kupikirkan, menguping pembicaraan mereka? mereka akan sibuk untuk membangun Radovile, aku juga harus sibuk untuk mengembangkan dirimu"ucapnya beranjak pergi.
Setelah kembali dan berkeliling sebentar diarea pasar, ia akhirnya menemukan sebuah toko senjata kecil di sudut Radovile.
Kael melangkah masuk ke toko senjata tersebut, bau logam yang kuat segera menyambut Kael.
Di belakang meja kayu, seorang pria bertubuh kekar dengan rambut abu-abu sedang mengamati beberapa pedang yang belum selesai ditempa nya.
Tanpa mengangkat kepalanya seorang penjual merespon pada Kael "Mau sampai kapan berdiri disana? aku tau kau ada disitu pelanggan, apa yang kau cari?"
"Kami punya segalanya, dari pedang hingga bahkan busur."
Kael melihat-lihat rak senjata, pedang, tombak, kapak, cambuk, busur dan banyak lagi lainnya, termampang jelas dengan design yang mengkilap.
"Aku butuh semacam senjata jarak dekat."
"Senjata yang ringan, bukan pedang atau dipegang, kurasa itu seperti suatu knuckle atau gauntlet"
"Ah, jarang melihat seseorang menggunakan senjata semacam itu dizaman ini. apa kau seorang biksu? kau tidak terlihat demikian"
"Lihat ini." ucap pria tua berjenggot tersebut sembari mengambil sebuah knuckle besi dari rak "Knuckle ini terbuat dari baja murni, ujungnya runcing untuk pukulan mematikan, setiap pukulan akan menusuk musuhmu"
"Ini cukup tahan lama, sayangnya aku tidak punya banyak pilihan untuk senjata semacam ini, tapi ini cukup sempurna untuk bertarung jarak dekat."
Kael mengambil knuckle itu dan memeriksanya "Terlihat bagus, apa ini bisa digunakan untuk melawan mutasi tingkat 3 atau keatasnya?"
"Jangan meremehkan senjata ini, sekali pukulan, kau bisa menjatuhkan seekor mutant kelas 3" cap nya, "tentunya ini teknik marketing S3"gumam pria tua tersebut dalam. hati.
"Berapa harganya?"tanya Kael.
"Seratus lima puluh koin."
"Seratus lima puluh? Itu harga yang terlalu mahal untuk sesuatu seperti ini!"
"Aishh, baja murni tidak mudah ditemukan, anak muda"
"Apa lagi dizaman kita sekarang ini dan knuckle ini dibuat khusus untuk Radiant seperti kau, jangan anggap remeh kualitasnya." (lagi-lagi marketing S3)
"Tetap saja, aku tidak bisa menghabiskan sebanyak itu hanya untuk satu senjata."
"Bagaimana kalau seratus koin? Itu harga yang lebih masuk akal."tanya Kael
"Seratus? Itu bahkan tidak cukup untuk bahan bakunya."
"hnmm, nampaknya aku perlu pergi ketoko lain saja"gumam Kael
Terkejut mendengar itu, pak tua menahannya.
"Aish, baiklah-baiklah anak muda, kau gigih juga. Bagaimana kalau seratus dua puluh koin? Itu harga diskon untukmu."
"Seratus lima belas, dan aku akan memastikan untuk merekomendasikan tokomu pada teman-temanku." tawar Kael
"Kau pandai bicara, ya? Baiklah, seratus lima belas"ucap penjual
Kael menyerahkan koinnya, lalu menggenggam knuckle itu dengan rasa puas. Ia merasa usahanya dalam tawar-menawar tak sia-sia.
"Hummm, ajaran ibu tidak sia-sia"gumam Kael.
"....."
"Andai ibu masih ada"gumam Kael sembari menggenggam knuckle baru itu.
Kini Kael merasa percaya diri bahwa senjata ini akan meningkatkan kemampuannya.
"Lain kali, jika ingin senjata yang lebih baik, kamu bisa memesannya oke dan membawa materialnya" teriak pria tua itu.
Kael mengangguk dan melangkah pergi. Saat keluar dari toko, Kael bertemu dengan Komandan Revar, salah satu petinggi Radovile yang gagah.
“Kael, wah dirimu nampak lebih kuat,” sapa Revar dengan santai. “Kau terlihat lebih tinggi sedikit."
"Oh komandan, mungkin perasaan komandan saja"balas Kael.
Revar kemudian menyerahkan sebuah kunci kepadanya. "Kau sekarang punya ruang apartemen sendiri. Tidak perlu lagi berbagi dengan Kai"
"Aku sudah memberitahu Kai, jadi tak perlu khawatir kau bisa lansung pindah ke ruangan baru mu” ujar Revar.
"Oh benarkah?"ucap Kael menerima kunci itu dengan antusias. "Ya"
"Komandan, ada yang ingin kutanyakan"
"Jika seseorang ingin menyelesaikan misi-misi atau bekerja disini apakah mereka harus menjadi angkatan militer Radovile?"tanya Kael.
Revar menjawab "Tidak, menjadi bagian dari anggota militer Radovile memang akan menerima banyak misi dan hadiah khusus"
"Namun aku mengerti, banyak radiant yang menghindari untuk ikatan atau kontrak semacam itu"
Komandan Revar menujuk kearah kanan, "Terus saja kekanan dari sini, tak jauh daru lapangan, nanti akan ada sebuah papan misi disana"
"Kamu bisa mengambil itu dan melaporkannya pada komandan manapun diradovile."
Kael mengangguk dan sedikit membungkuk "terimakasih komandan", lalu Kael segera melangkah pergi menuju papan misi meninggalkan komandan Revar.
Sesampainya dipapan misi yang tidak jauh dari pasar, beberapa orang juga terlihat sedang membaca papan misi.
Papan misinya cukup lebar dan dapat menampung cukup banyak orang bersamaan sembari mencari misi.
Kael menatap papan tersebut, papan tersebut hampir penuh dengan kertas misi, terdapat banyak sekali misi yang tersedia disana.
"Baiklah, dari mana aku harus memulai"gumam Kael.