Radiant Dawn
Bintang-739 atau yang kerap disebut dengan planet Biru 02, planet ini adalah tempat kami, para manusia untuk tinggal saat ini.
Ini bukanlah planet pertama kami, ini adalah yang ke dua, setelah Bumi.
"Apa yang terjadi pada Bumi?"
Bumi telah tiada, akibat dari ulah perbuatan manusia. Sebuah perang tiada akhir membawa kehancuran total bagi planet yang begitu Indah.
Pada akhirnya, manusia yang tersisa, pergi dari Bumi, meninggalkan Bumi dalam kesendirian.
Beberapa tahun manusia terus mencari dan terus mencari, manusia membawa secercah harapan kecil, harapan akan menemukan tempat yang pantas untuk bertahan hidup menggantikan Bumi.
Semua jerih payah dan usaha tidaklah berujung sia sia, saat itulah manusia menemukan suatu planet yang kemudian diberi julukan si Biru 02, pengganti dari Bumi.
Tahun demi tahun, manusia mulai membangun ulang peradaban, membangun kembali berbagai hal yang dulu telah ada. Kini semuanya terulang kembali dari awal. Tahun demi tahun manusia lewati, hingga akhirnya kini ditahun ke 2000, kehidupan sudah hampir kembali seperti semula.
Dengan banyaknya negara, sistem pemerintahan, politik, infrastuktur dan teknologi yang hampir menyerupai Bumi.
Para manusia berharap bisa hidup dengan tenang, namun ternyata itu semua adalah impian bodoh, karena semuanya, terulang kembali dari sekarang!.
Tahun 2001 - Medan perang, Central of Blue.
Ribuan pasukan tentara berkumpul, mengangkat senjata mereka, bersiap untuk perang yang siap terjadi.
rakus? itulah manusia, kehancuran? itulah sebabnya.
"Jendral! beri kami perintah!"
"Nampaknya menunggu adalah keputusan yang tidak tepat Jenderal!"
"Sampai kapan kita akan menunggu, ayo lakukan rencana penyergapan, menunggu surat damai? kurasa ini sudah cukup lama Jendral, mereka pasti tidak akan ingin menerima permintaan damai."
"Kita hanya kalah jika terus menunggu!"teriak salah satu tentara pada sang Jenderal.
"Nampaknya negosiasi antar negara tidak berujung pada keberhasilan"
"SEMUANYA!! ANGKAT SENJATA KALIAN!"
"BERSIAPLAH UNTUK PERANG, BERSIAPLAH UNTUK MENERJANG, DAN BERSIAPLAH UNTUK BERKORBAN DEMI DUNIA!"
"HIDUP KITA SEDARI AWAL MEMANG UNTUK MENJAGA KEDAMAIAN DUNIA, HARI INI KITA AKAN BERJUANG HABIS-HABISAN!"
"BERTARUNGLAH DEMI PERDAMAIAN, DAN MATILAH DENGAN TERHORMAT, HANYA KITALAH, PARA PRAJURIT YANG DAPAT MENENTUKAN NASIB DARI DUNIA!"
"MAJU!!!"teriak Jenderal kepada para pasukan tentaranya, bersiap untuk memulai serangan balik.
"SIAP, PERINTAH DITERIMA!"tegas para tentara.
"Jenderal!! lihat langitnya!!"teriak seorang tentara.
Semua terpaku kearah langit, tidak ada yang menduganya, sebuah nuklir dengan kecepatan tinggi, bergerak kearah mereka. Dalam hitungan detik, ledakan besar terjadi, dentuman keras terdengar.
Burung-burung beterbangan keluar, mencari tempat yang lebih tenang.
"Nampaknya kita akan kalah, bagaimana mungkin lokasi kita telah diketahui oleh musuh? ini adalah rencana mereka sedari awal" gumam salah satu tentara.
"Sudah kuduga, menunggu adalah keputusan yang buruk"
"Bersabar artinya siap untuk menderita"
sebagian besar pasukan tentara habis terbakar oleh ledakan dalam sekejap, beberapa yang beruntung dapat bertahan, namun kehilangan sebagian besar anggota tubuh mereka.
menatap kearah langit, bola hitam yang terlihat bukan hanya satu, setelah satu awan jamur muncul, puluhan ledakan lainnya menyusul dalam kurun waktu yang dekat.
dan inilah bagaimana semuanya dimulai!.
Suara-suara dentuman terdengar memecah langit, api menjulang seperti tangan raksasa, melahap segala yang berdiri di hadapannya. Dunia, yang dulunya penuh dengan indahnya kehidupan, kini hanya menyisakan abu dan keheningan.
Di atas tanah yang porak poranda, seorang anak muda terbaring. Tubuhnya dipenuhi luka, wajahnya tertutup debu dan darah. Ia mendongak ke langit kelabu, menyaksikan matahari yang terhalang oleh awan hitam. Udara terasa berat, setiap tarikan napas seperti mencabut sisa hidup yang ia miliki. Namun, matanya tetap memancarkan tekad.
"Dunia ini..." gumamnya pelan,"dunia ini tidak seharusnya berakhir sekarang, aku bahkan belum menikah, ini menyedihkan."
"aku bahkan belum menamatkan series Two Piece"
Perang ini tidak hanya menghancurkan manusia, namun setelah perang ini selesai terjadi, efek radiasi tertentu mengubah segalanya, hewan, tumbuhan, bahkan manusia yang berhasil untuk bertahan hidup, semuanya bermutasi menjadi sesuatu yang tidak lagi bisa disebut "normal." Beberapa menjadi monster yang mengancam sisa kehidupan, sementara yang lain memperoleh kemampuan luar biasa.
Mutasi ini adalah pedang bermata dua, memberikan kekuatan baru sekaligus membawa kehancuran.
10 Tahun setelah terjadinya perang nuklir Radiant Cataclysm
Tahun 2011
Seorang pemuda bernama Kael terbangun perlahan, pandangannya buram, kepalanya terasa berat, dan tubuhnya seperti dipaku ke tanah. Angin dingin menyentuh wajahnya, membawa aroma debu dan sesuatu yang terbakar.
Dia mengedipkan matanya, mencoba mengusir kegelapan dari penglihatannya.
Langit di atasnya kelabu, dipenuhi awan tebal yang tampak seperti asap. Sekelilingnya sunyi. Sepi yang tidak wajar, seperti dunia telah mati.
Kael bangkit perlahan, meringis saat rasa sakit menusuk seluruh tubuhnya. Dia memandang sekeliling, reruntuhan bangunan yang pernah megah, pohon-pohon kering dengan cabang-cabang seperti tangan-tangan kurus, dan tanah yang retak seperti kulit ular yang bersisik.
"Di mana... aku?" gumam Kael dengan suara serak.
Dia mencoba mengingat, apa yang terakhir dia lihat? Sebuah ledakan, suara seperti ribuan guntur bersamaan, lalu kegelapan. "Perang itu..." pikirnya.
"Perang nuklir." Dia menunduk, menyentuh tanah yang penuh debu.
"Ini baru saja terjadi... kan?"
"Kemana semua orang?" Pikir Kael menoleh kesekitar, "bagaimana bisa aku baik baik saja?, apakah orang orang telah mengungsi saat aku masih pingsan?" Pikir Kael lebih jauh.
"Bagaimana bisa mereka meninggalkanku sendirian disini, kalau benar sih, keterlaluan"gumam Kael
Semakin dipikirkan, kepala Kael terasa semakin sakit, Kael berdiri goyah, tangannya menyentuh reruntuhan dinding yang sudah rapuh, debu runtuh dari dinding itu, seperti abu dari kayu yang terbakar habis.
"Seharusnya... ada orang di sini," katanya pelan, mencoba menenangkan dirinya. "Mereka pasti bersembunyi, bunker... ya, pasti ada bunker." Dia mulai berjalan, tubuhnya terasa lemah. Langkah-langkahnya meninggalkan jejak samar di tanah yang penuh abu. Hening, tidak ada suara burung, tidak ada deru kendaraan, tidak ada suara manusia.
Kael berhenti, memandang ke kejauhan. Sebuah kota yang dulu ia kenal, kini hanya tersisa bayangan. Gedung-gedungnya runtuh, jalan-jalannya retak, dan semuanya tertutup debu tebal.
"Ini... terlihat seperti bukan baru saja terjadi." Suaranya gemetar, seperti menolak apa yang sedang ia sadari.
Angin bertiup lebih kencang, membawa aroma busuk yang membuatnya terbatuk.
Di kejauhan, sebuah pohon besar kering dengan akarnya mencengkeram tanah yang tidak subur, ada beberapa mayat tergeletak disan.
Kael mendekati dan menyentuhnya, mayat manusia ini terlihat seperti terkena sebuah ledakan, tubuhnya menghitam seperti terbakar, namun satu hal yang aneh mayat mayat ini, mereka memiliki bekas pukulan diwajah dan beberapa bekas goresan luka.
Kael menutup wajahnya dengan tangannya, mencoba mengingat. Tapi kepalanya seperti dibungkus kabut tebal.
"Berapa lama aku pingsan...?" Dia terdiam, jantungnya berdebar keras. "Tidak, ini tidak mungkin."
Dia menggigil, bukan karena dingin, tetapi karena rasa takut yang menjalar di dadanya. Sebuah suara kecil dalam pikirannya berbisik, "Kael, ini bukan kemarin. Dunia telah mati selama bertahun-tahun. Kau hanya terlambat."
Kael menggeleng dan bergunam, "Tidak! Tidak mungkin! Baru kemarin aku melihat..., baru kemarin aku mendengar suara ledakan itu!"
Namun, dunia yang hening itu tidak memberikan jawaban, angin hanya menjawab dengan hembusan, membawa abu yang berputar di sekitarnya, seakan mengukuhkan kesendiriannya di dunia yang telah musnah.
Kael memegang perutnya yang mulai terasa nyeri karena lapar. Rasa perih itu tidak bisa ia abaikan lebih lama. Ia bangkit dari duduknya, menatap reruntuhan yang membentang sejauh mata memandang.
"Aku harus makan," gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Kalau tidak... aku tidak akan bisa mencari orang lain."
Dia memulai perjalanan, menyusuri jalanan penuh puing. Setiap langkah terasa berat, bukan hanya karena tubuhnya yang lemah, tetapi juga karena rasa kesendirian.
"Apapun itu, aku harus menemukan makanan terlebih dahulu"gumamnya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments