Sekretaris Nakal (Balas dendam)

Malam semakin larut, Morgan mengira Briana sedang tidur, jadi dia memilih untuk melakukan pertemuan dadakan dengan Manager Rangga dan Manager Andre.

Mengingat besok akan kembali, Morgan mau semua berkas akan selesai dan diserahkan pada Akio secepatnya.

"Pak, tumben Nayara tidak ikut gabung."

"Aku suruh dia istirahat, dia sedang kurang enak badan," jawab Morgan tanpa berhenti memeriksa dokumen.

"Nayara Sakit!" Rangga terkejut.

"Sudah, tidak usah terkejut, dan tidak perlu datang kesana, dia sudah baik baik saja." kata Morgan.

'Cih!' Rangga berdecih, kesal juga sama Direktur yang suka mencampuri kehidupan pribadi sekretarisnya. Meski alasan Morgan masuk akal karena tidak mau Nayara terjebak dalam permainan lelaki player, dan tidak fokus bekerja, karena ini bukan pertama kalinya lelaki itu mempermainkan perasaan sekretaris Morgan.

***

Di sebuah Kelap.

Dibawah cahaya remang- remang, Akio dan Briana sedang berjoget ria di iringi musik yang memekakkan telinga. Wanita berbaju seksi itu terus bergoyang tanpa kontrol.

"Hai, malam ini kamu cantik sekali," puji Akio yang sudah mabuk.

"Kamu juga tampan, hehehe." Briana terus melenggak- lenggokkan tubuhnya, dia juga tak keberatan Akio merapatkan tubuhnya sambil memeluk pinggang ramping nan seksi.

"Aku ingin mencium kamu," kata Akio berbisik. Melihat bibir Briana yang basah dan terlihat mengkilat karena diterpa cahaya lampu disko dalam keremangan membuat lelaki itu ingin menikmati manisnya bibir istri rekan bisnisnya itu.

"Emm, boleh, nanti aku dikasih berlian lagi ya," kata Briana sambil tersenyum smirk. Setengah mabok malam ini membuat dia makin gila.

Tanpa menunggu lebih lama, Akio segera melu*at bibir seksi didepannya dengan rakus, hal yang sama juga dilakukan oleh orang disekelilingnya. Mereka tidak hanya melakukan ciuman bibir, Mereka seperti menikmati permainan yang lebih nikmat dari mencium bibir.

Era*gan dan des*han orang-orang di dekatnya terdengar dengan jelas dan berisik meski musik terus mengalun tiada henti.

Ciuman Akio begitu ganas dan beringas membuat bibir Briana langsung kebas. Dia melepaskan tautan bibir hanya untuk meraup oksigen disekelilingnya sebanyak mungkin.

Akio dan Briana terus melakukan berulang kali hingga mereka puas.

"Manis, aku suka rasanya," puji Akio, sambil menatap Briana penuh naf*u. Akio juga mengusap sisa liurnya di jobir Briana.

"Kau sangat nakal," Briana memukul dada Akio, Akio memeluk Briana lebih erat.

Malam ini Mereka sungguh bebas bersenang-senang, Briana makin bebas setelah Morgan mengirim pesan minta maaf dan mengatakan akan lembur di kamar Rangga bersama Andre juga.

"Tuan Akio apakah Nayara lebih cantik dari ku?" pancing Briana.

"Ya," jawab tuan Akio.

Wajah Briana mendadak memerah karena marah.

"Aku bercanda, tentu kau yang paling cantik." Akio membelai rambut Briana. Lelaki itu berbohong demi menyenangkan hati wanitanya.

Akio tak percaya Morgan bisa jatuh cinta dengan wanita seperti Briana.

Briana tersipu dan memejamkan mata merasakan jemari Akio yang merambat menggelitik di leher jenjangnya.

Lalu Akio menggoda Briana dengan menggelitik bibirnya, gadis berpengalaman itu tentu langsung menggigitnya dengan gemas.

"Ahkkk," Akio memekik, Briana tersenyum nakal.

"Jika kau menggodaku, aku pasti akan menggigitmu," jawab Akio.

"Aku sangat senang kau menggigit ku, apalagi jika bibir bawah milikmu itu yang menggigit.

"Jangan, aku tidak mau mengambil resiko, bagaimana kalau suamiku tahu. Kau pasti akan dibunuh, aku tidak mau lelaki tampan sepertimu mati." kata Briana sambil terus menggoyangkan pinggulnya pelan. Membuat darah Akio berdesir memanas.

"Baiklah, Biarkan aku merasakan milikmu yang lain." Akio menarik pinggang Briana.

Satu tangan Akio kini menahan di pinggang, dan satunya lagi tak berhenti bergerilya terus menyusuri tubuh padat milik Briana.

Tak lama MC memberi peringatan kalau lampu sebentar lagi akan dipadamkan selama sepuluh menit dan musik akan tetap mengalun namun lebih pelan. Semua dilakukan untuk memberi kesempatan pada para pasangan dansa untuk melakukan apapun bersama kekasihnya.

Sorak meriah terdengar dari pengunjung kelap. Mereka begitu antusias menunggu moment lampu padam.

Dalam kegelapan, karena lampu dipadamkan Akio memberanikan diri mencium Briana lagi dan ciuman itu turun ke leher. Akio memeluk Briana hingga tak ada jarak. Lelaki itu sedikit membungkuk dan menyandarkan dagunya di pundak sang wanita.

Makin lama Briana dan Akio hanyut dalam permainan yang diciptakan sendiri. Suasana gelap membuat gerakan tangan makin leluasa ke mana-mana.

Briana merasakan ada yang menelusup di balik baju seksinya. Tangan itu berhenti ketika sudah menemukan sesuatu yang dicari.

Briana terkejut dengan keberanian Akio, tapi tak menampik kalau dia juga menikmati sentuhan itu.

Semakin lama Akio semakin berani menyentuh titik sensitif Briana, bibir Briana tak pernah luput dari serangannya hingga rasanya semakin kebas.

"Jangan tinggalkan jejak apapun, aku sangat mencintai suamiku."

"Tenang Sayang, aku akan memperlakukan dirimu sangat lembut seperti seorang ratu," ujar Akio penuh kemenangan.

Malam semakin panjang, dua insan itu semakin mabuk dan hilang kendali, perjalanan mereka menjadi tak tentu arah dan tujuan. Dunianya indah namun salah.

Briana dan Akio menikmati malam panjangnya berdua, hingga dia puas melakukan apapun yang diinginkan di malam itu.

Briana tertidur dalam pelukan lelaki yang bukan suaminya.

***

Nayara merasa tubuhnya sudah baikan setelah tidur sebentar, wanita itu segera duduk dan menurunkan kedua kakinya hingga menggantung di ranjang. Dilihatnya Arloji yang melingkar di pergelangan tangan.

"Jam sebelas malam, Apakah mereka masih lembur," batin Nayara.

Nayara segera mencuci muka dan merapikan diri, lalu beranjak ke kamar Rangga.

Nayara mengetuk pintu, membuat tiga pria yang sedang berdiskusi penting itu menghentikan obrolannya.

"Rangga segera keluar untuk membuka pintu."

"Nay, masuklah."

Morgan terkejut, tak menyangka yang datang adalah Nayara. Dia tadi sempat berfikir kalau si pengetuk pintu adalah Briana dengan tujuan minta maaf.

"Nay, kamu tidak apa-apa?" Morgan langsung berdiri, hendak memeriksa kening Nayara. Namun hal itu sebatas niat di hati saja. Morgan tidak mau Rangga dan Andre berprasangka macam-macam.

Morgan kembali duduk setelah Nayara juga duduk.

"Nay, ngapain ke sini?"

"Ya aku mau bantu-bantu, yang kalian kerjakan ini kan ada pekerjaanku juga," jawab Nayara.

"Kami sebenarnya lebih suka kamu istirahat, soalnya perjalanan besok pasti lebih melelahkan, Sayang."

"Jadi kita pulang besok ya?" Tanya Nayara.

"Ya, kita akan pulang besok pagi." kata Morgan dengan wajah datarnya.

"Rangga berhenti panggil aku Sayang." Nayara kesal Rangga terus menggodanya.

"Kenapa? aku memang sayang kamu kok."

"Sudahlah Nay, biarkan saja Rangga bersikap sesukanya, tapi kamu jangan pernah sekalipun tergoda, dia itu selalu manis pada semua wanita.

"Kalian mau lanjut kerja, atau terus bicara omong kosong?" Morgan nampak tidak suka dengan candaan Rangga dan Andre.

Sejak tahu Nayara sakit, Morgan semakin ingin melindungi dan menjaga wanita yang menjadi sekretarisnya itu.

Semua terdiam, Manager Rangga dan Manager Andre segera melanjutkan aktifitasnya.

Nayara hanya bisa menahan senyum melihat dua lelaki jahil itu mendapat amarah dari sang direktur.

Nayara melihat Morgan menguap beberapa kali, Nayara tahu Morgan pasti ngantuk karena begadang siang dan malam antara memuaskan Briana dan memikirkan pekerjaan. Nayara berinisiatif untuk membuatkan kopi, tapi sayang bahannya ada di kamarnya.

"Kemana Nay?"

"Aku akan membuat kopi, tunggu sebentar."

"Baiklah, bikinnya yang manis Nay, manis kayak kamu," kata Rangga.

"Aku pahit aja Nay." seperti kisah cintaku yang pahit karena tak kunjung mendapat jawaban darimu."

"Anda pak?" Tanya Nayara, siapa tahu Morgan hari ini ingin rasa yang berbeda.

"Aku buatkan seperti biasa saja," jawab Morgan dingin, sambil melirik ke arah Nayara. Nayara tersenyum untuk Morgan.