Jourrel Alvaro, pembunuh bayaran yang selalu melakukan pekerjaannya dengan sangat bersih tanpa kendala berarti. Banyak para pejabat atau pengusaha yang menyewanya untuk menghabisi musuh-musuh mereka.
Cheryl Anastasia, gadis 24 tahun yang berbakat menjadi seorang arsitek. Darah seni mengalir dari ibunya, sedang jiwa kepemimpinan merupakan turunan dari sang ayah.
Suatu hari, Jourrel dibayar untuk menghabisi nyawa Cheryl. Namun seolah memiliki nyawa seribu, gadis cantik itu selalu lolos dari kematian.
Hingga akhirnya, kekaguman Jourrel meluluhkan hatinya. Ia kalah dan justru jatuh cinta dengan Cheryl karena gadis itu ternyata bukan gadis lemah. Memiliki banyak talenta luar biasa.
Akankah Cheryl membalas cintanya? Lalu bagaimana jika ayah Cheryl yang seorang ketua mafia dapat mengendus pria bayaran itu mengincar putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : NYARIS
"Seperti siapa?" tanya Cheryl penasaran dan terkesan tidak sabar. Kedua alisnya terangkat dengan mata berbinar terang. Begitu bersemangat ketika mendapat secercah petunjuk.
Jourrel menelan salivanya dengan gugup. Derap jantung yang sudah antah berantah membuatnya bertindak cepat. "Aduduh! Tan! Udah tau temennya bonyok begini tawarin minum dulu, kek!" ujarnya menyentuh tenggorokan.
Tristan memicingkan mata curiga. Sedangkan Cheryl berdecak malas. "Ck! Lemah!" gerutunya memutar bola mata malas.
"Tin! Tin!"
Suara klakson yang menggema di pelatatan menyita perhatian mereka semua. Rainer membuka jendela, menoleh pada sang boss.
"Urgent!" teriaknya menunjuk mobil, agar Cheryl lekas masuk.
"Oh, Ok!" balas Cheryl sedikit berteriak.
Gadis cantik itu beranjak berdiri. Ia pun berpamitan pada Tristan. "Aku pamit ya. Kalau udah jadi, langsung kabari!" ujarnya menjulurkan tangan yang terkepal segera dibalas oleh Tristan.
"Siap, Princess!" ucap Tristan mengedipkan sebelah matanya.
"Dih! Genit!" cebiknya malas. Tak sengaja pandangan matanya bertumbukan dengan mata elang Jourrel. "Apa?!" serunya menantang dengan kedua alis terangkat.
"Cheryl!" teriak Rainer lagi membuatnya menoleh.
"Iya! Iya bawel!" Cheryl pun melambaikan tangan pada Tristan dan melenggang pergi dengan langkah anggunnya.
Sungguh, dada Jourrel seakan terdapat lubang yang besar. Hingga beban yang menghimpitnya sedari tadi luruh begitu saja. 'Nyaris!'
"Kenapa lu? Kayak nahan mules, ampe keringetan begitu!" cibir Tristan ketika tak sengaja melihat wajah pucat sahabatnya, yang kini kepalanya bersandar dengan mata terpejam.
"Buruan deh, ambilin minum dulu!" balas Jourrel mengibaskan tangan.
Tristan pun beranjak dari duduknya, membuka pintu baja yang terkunci rapat. Hanya sedikit, karena jam operasional bengkel dimulai dua jam lagi.
Satu botol air dingin dibawa Tristan setelah dia kembali dari dalam, lalu menyodorkan pada Jourrel. Lelaki itu segera meneguk minuman dingin tersebut dalam beberapa kali tegukan besar.
Nyeri dan kesakitannya sedikit mereda. Napasnya berembus pendek-pendek. Menoleh pada Tristan dengan tatapan serius. "Jadi, lu kenal sama perempuan itu?" tanya Jourrel.
"Cheryl?" Tristan memastikan, yang hanya dibalas deheman oleh sahabatnya itu.
"Kenal dong. Dia itu queen of riders. Satu-satunya perempuan yang menjadi pembalap terhebat sepanjang debut! Keren 'kan? Kekalahannya bahkan bisa dihitung jari. Itupun biasanya karena mesinnya bermasalah," cetus Tristan dengan bangga, bahkan kini pandangan kagum berpendar dari wajahnya.
Otak Jourrel seketika bekerja dengan cepat. Seringai licik terlihat dari wajah tampannya. Rencana pun mulai tersusun satu per satu.
"Tunggu!" Tristan teringat akan percakapannya yang terpotong tadi. Apalagi ditambah dengan kondisi Jourrel yang luka-luka karena Cheryl. "Jangan bilang, lu adalah orang yang dimaksud Cheryl?" tandas Tristan dengan tatapan menyelidik.
"Yang dimaksud apaan?" ujarnya pura-pura tidak mengerti.
"Nyelakain Cheryl. Ini bukan suatu kebetulan 'kan? Kendaraan kalian sama-sama banyak goresan. Dan tiba-tiba lu minta untuk full modifikasi." Tristan bergerak cepat dan mencengkeram kerah kemeja Jourrel.
Tatapannya berubah tajam, dengan urat-urat yang menonjol. Ia tidak terima ada yang menyelakai Cheryl. Jourrel seolah tersedak ludahnya sendiri. Namun ia tetap memasang wajah datar, menutupi kegugupannya.
Sungguh terkejut dengan perubahan Tristan. Selama ini ia tidak pernah melihat sahabatnya itu marah padanya, sekalipun selalu direpotkan.
"Apa buktinya? Lu tahu sendiri gue sering modifikasi. Bukan baru-baru ini aja 'kan? Kenapa lu seolah nyudutin gue, hah?" tantang Jourrel melepas kedua lengan Tristan.
"Gimana gue nggak curiga? Kalian saja bertengkar di sini, bahkan Cheryl bisa buat lo sampai babak belur seperti ini!" tegas Tristan mendorong bahu Jourrel sampai terhempas di sandaran kursi.
Jourrel memutar bola matanya malas. "Gue emang ada masalah pribadi sama dia. Itu terjadi sebelum kejadian tadi malam. Kalau nggak percaya tanya saja sama dia!" ketus Jourrel mencari alasan yang tepat.
"Kalau sampai lu terbukti ingin menyelakai Cheryl, lu sendiri yang justru akan celaka terlebih dahulu! Camkan itu baik-baik!" ancam Tristan menahan emosinya yang mulai membuncah.
"Lu seperti bukan Tristan yang gue kenal. Cuma gara-gara perempuan gila itu lu bahkan merusak persahabatan kita selama bertahun-tahun!"
Malas didesak terus, Jourrel beranjak berdiri. Membuka pintu gerbang dengan kasar dan hendak mengambil motornya.
"Eh! Mau kemana?" tanya Tristan berlari dengan langkah panjangnya, lalu berdiri tepat di depan motor besar Jourrel.
"Minggir! Gue mau cari bengkel lain saja!" tegas Jourrel hendak menyalakan mesin motornya.
"Cih! Ngambeknya ngelebihin cewek PMS. Kan gue bilangnya kalau terbukti. Kalau enggak ya, sorry! Turun! Turun!" sergah Tristan mendorong tubuh Jourrel.
Tanpa diketahui Tristan, senyum seringai terbit di bibir tipis Jourrel. Saat ini ia masih butuh banyak informasi yang harus digali untuk melancarkan aksinya.
"Lagian tu cewek siapa sih? Sampe segitunya belain dia!" cebik Jourrel kembali turun dari motor gagahnya.
"Dia ... mmm ... idaman, pujaan hati, crush, ah pokoknya jantung ini selalu berdetak berkali-kali lipat kalau deket sama dia!" Tristan berucap dengan senyum lebarnya.
Glek!
Bersambung~