NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Bau amis di lubang perlindungan

Pria yang terluka parah itu kemudian menarik Baskara masuk ke dalam sebuah lubang perlindungan yang di dalamnya penuh dengan botol-botol berisi darah manusia. Baskara terjerembap ke atas tumpukan jerami kering yang sudah membusuk dan berbau kencing yang sangat menyengat indera penciumannya secara terus-menerus.

Dinding lubang tersebut dilapisi oleh jalinan akar gantung yang terus meneteskan getah berwarna merah pekat seperti lelehan lilin panas. Baskara melihat wajah penyelamatnya dengan saksama dan menyadari bahwa pria itu adalah Danu, rekan satu timnya yang hilang di hari pertama misi dimulai.

Kondisi Danu sangat mengerikan karena ususnya yang sudah menghitam tampak bergoyang mengikuti setiap tarikan napasnya yang sangat pendek dan berat. Ia memegang sebuah botol berisi darah dan meminumnya dengan sangat rakus seolah benda itu adalah air kehidupan yang paling murni di dunia ini.

"Danu? Kenapa kamu bisa bertahan hidup dengan luka yang sangat mematikan seperti itu di perutmu?" tanya Baskara dengan nada suara yang penuh rasa tidak percaya.

Danu berhenti minum dan menatap Baskara dengan mata yang sudah kehilangan selaput beningnya hingga terlihat sangat kering dan merah. Ia tersenyum getir sambil menunjuk ke arah botol-botol darah yang tertata rapi di sudut lubang perlindungan yang sangat sempit dan lembap tersebut.

"Hanya darah ini yang bisa menahan pembusukan organ tubuhku agar jiwaku tidak terhisap ke dalam akar pohon beringin," jawab Danu dengan suara parau secara berulang-ulang.

Baskara merasa mual saat menyadari bahwa darah di dalam botol-botol tersebut kemungkinan besar berasal dari rekan-rekan mereka yang lain yang sudah tewas lebih dulu. Ia mencoba bangkit namun kepalanya terasa sangat pening karena pengaruh uap darah yang mulai memenuhi ruangan bawah tanah yang tidak memiliki ventilasi itu.

Danu meletakkan botol kosongnya dan merangkak mendekati Baskara dengan gerakan yang sangat kaku seperti sebuah boneka kayu yang digerakkan oleh tali. Ia meraba simbol kunci perak di telapak tangan Baskara dengan jemarinya yang sangat dingin dan sudah mulai kehilangan kuku-kuku jarinya secara alami.

"Kamu memiliki benda yang sangat diinginkan oleh sang penguasa hutan, namun benda itu juga yang akan membunuhmu secara perlahan-lahan," bisik Danu sambil menatap simbol itu dengan rasa iri yang nyata.

Baskara segera menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik punggung karena ia melihat adanya kilatan haus darah di mata Danu yang sudah mulai menghitam. Ia menyadari bahwa meskipun Danu adalah rekannya, namun hutan ini telah mengubah pria itu menjadi sesuatu yang sudah bukan manusia lagi seutuhnya.

"Di mana anggota tim yang lain? Aku harus membawa mereka keluar dari zona terlarang ini sebelum fajar menyingsing!" seru Baskara sambil mencari celah untuk keluar dari lubang tersebut.

Danu tertawa melengking hingga membuat usus hitamnya berguncang hebat dan mengeluarkan cairan empedu yang sangat pahit dan berbau busuk. Ia menunjuk ke arah atas di mana suara cakaran kuku-kuku mahluk halus mulai terdengar sangat nyaring dari balik dinding tanah lubang perlindungan tersebut.

"Mereka sudah tidak ada, Baskara, mereka sudah menjadi bagian dari jalinan akar yang kini sedang mencarimu dengan penuh rasa lapar," ucap Danu sambil mulai batuk darah secara terus-menerus.

Tiba-tiba, sebuah tangan raksasa menembus atap lubang perlindungan dan mencengkeram bahu Danu hingga pria itu terangkat ke udara dengan sangat cepat. Danu menjerit kesakitan saat duri-duri dari tangan raksasa tersebut mulai menghisap sisa-sisa darah yang ada di dalam pembuluh darahnya yang sudah mulai mengering.

Baskara melihat pemandangan mengerikan itu dengan mata yang terbelalak lebar dan jantung yang berdenyut sangat kencang hingga terasa ingin pecah. Ia segera meraih senjata rakitan milik Danu yang terjatuh dan menembakkannya ke arah tangan raksasa yang sedang memangsa rekannya tersebut secara berulang-ulang.

Ledakan dari senjata rakitan itu mengeluarkan api biru yang sangat panas dan berhasil memutuskan beberapa jari dari tangan raksasa yang menyerupai akar beringin itu. Danu jatuh kembali ke tanah namun tubuhnya kini sudah benar-benar kering seperti sebuah mumi yang sudah berusia ratusan tahun karena seluruh cairannya telah dihisap habis.

"Lari, Baskara! Jangan biarkan mahluk itu mendapatkan jantungmu yang masih berdetak segar!" teriak Danu sebelum akhirnya ia hancur menjadi debu putih yang halus.

Baskara tidak menunggu lebih lama lagi dan segera memanjat keluar melalui lubang yang tercipta di atap perlindungan dengan segenap tenaga yang tersisa. Ia mendapati dirinya berada di tengah-tengah hutan yang kini seluruh pohonnya telah berubah menjadi susunan daging yang terus berdenyut secara berulang-ulang.

Tanah yang ia pijak terasa sangat empuk dan hangat seperti sedang berjalan di atas lidah raksasa yang sangat besar dan sangat luas. Baskara melihat ke arah kompas di tangannya dan menyadari bahwa jarumnya kini tidak lagi berputar melainkan menunjuk ke arah dadanya sendiri secara terus-menerus.

"Jadi, tujuanku bukan lagi keluar dari hutan ini, melainkan masuk ke dalam jantungnya?" tanya Baskara pada kegelapan malam yang sangat mencekam itu.

Suara langkah kaki yang sangat berat terdengar dari balik kabut merah dan memperlihatkan sosok Komandan yang kini sudah tidak lagi memakai pakaian tim penyelamat. Komandan mengenakan jubah hitam panjang dan memegang sebuah tongkat yang di ujungnya terdapat tengkorak anggota tim yang paling muda.

Ia menatap Baskara dengan tatapan yang sangat tajam dan penuh dengan otoritas sebagai seorang penguasa baru di wilayah yang sangat terkutuk tersebut. Komandan mengangkat tongkatnya dan seketika itu juga seluruh pohon daging di sekeliling mereka mulai mengeluarkan cairan merah yang membentuk sebuah lingkaran besar.

"Waktumu sudah habis, Baskara, serahkan kunci itu atau aku akan membedah dadamu di tempat ini juga!" perintah Komandan dengan suara yang menggetarkan jiwa.

Baskara menggenggam senjata rakitannya erat-erat namun ia menyadari bahwa pelurunya sudah habis dan ia hanya memiliki belati perak yang mulai retak. Ia melihat ke arah simbol di tangannya yang kini mulai mengeluarkan darah keemasan dan merambat naik menuju ke arah pembuluh darah di lengan kirinya.

Rasa sakit yang luar biasa kembali menyerang kesadaran Baskara hingga ia jatuh berlutut di tengah-tengah lingkaran cairan merah yang mulai mendidih. Ia melihat bayangan ayahnya muncul di balik punggung Komandan namun sang ayah tampak sedang menangis sambil memegang sebuah nisan yang bertuliskan nama Baskara.

"Aku lebih baik mati sebagai manusia daripada harus hidup sebagai mahluk abadi yang menjijikkan seperti kalian semua!" teriak Baskara dengan sisa tenaganya.

Komandan hanya tersenyum dingin dan mulai berjalan mendekati Baskara sambil mengayunkan tongkat tengkoraknya ke arah kepala pemuda yang sudah sangat lemah tersebut. Namun, sebelum tongkat itu mengenai sasarannya, sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan mata meledak dari dalam tanah tepat di bawah kaki Baskara.

Baskara merasa tubuhnya ditarik masuk ke dalam pusaran energi yang sangat kuat hingga ia kehilangan kesadaran sepenuhnya di tengah jeritan kemarahan Komandan. Ketika ia mulai membuka matanya kembali, ia tidak lagi berada di hutan daging melainkan berada di sebuah hamparan padang putih yang sangat luas dan sangat sunyi.

Di kejauhan padang putih itu, Baskara melihat dirinya sendiri sedang berjalan masuk ke dalam sebuah gerbang yang terbuat dari cahaya matahari yang sangat terang.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!