NovelToon NovelToon
Butterfly

Butterfly

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:423
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Arunaya, seorang gadis dari keluarga terpandang yang terpenjara dalam sangkar emas tuntutan sosial, bertemu Adrian, pria sederhana yang hidup mandiri dan tulus. Mereka jatuh cinta, namun hubungan mereka ditentang keras oleh Ayah Arunaya yang menganggap Adrian tidak sepadan.

Saat dunia mulai menunjukkan taringnya, memihak pada status dan harta, Naya dan Adrian dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus memilih: menyerah pada takdir yang memisahkan mereka, atau berjuang bersama melawan arus.

Terinspirasi dari lirik lagu Butterfly yang lagi happening sekarang hehehe....Novel ini adalah kisah tentang dua jiwa yang bertekad melepaskan diri dari kepompong ekspektasi dan rintangan, berani melawan dunia untuk bisa "terbang" bebas, dan memeluk batin satu sama lain dalam sebuah ikatan cinta yang nyata.

Dukung authir dong, like, vote, n komen yaa...
like karya authir juga jangan lupa hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Gedung pusat Hardi Group menjulang tinggi, seolah hendak menantang langit. Rian berdiri di lobi yang megah, menatap logo perusahaan yang dulu sangat ia takuti. Kini, ia masuk melalui pintu depan dengan kartu akses tamu resmi.

Rio menyambut mereka di lantai 50. "Selamat datang, Rian! Mari, Mbak Naya dan dewan direksi sudah menunggu di ruang rapat utama."

Jantung Rian berdegup sangat kencang, seirama dengan langkah kakinya di atas karpet tebal. Pintu kayu jati besar itu terbuka, menyingkap sebuah ruang rapat formal yang dingin. Di ujung meja oval yang panjang, duduklah seorang wanita yang kecantikannya sanggup menghentikan napas Rian.

Naya.

Ia tampak begitu berwibawa dengan blazer formal, rambutnya disanggul rapi, dan tatapannya setajam silet. Di sampingnya, duduk beberapa jajaran direksi tua yang tampak skeptis.

"Silakan duduk, Saudara Rian," suara Naya terdengar datar, sangat profesional. Tidak ada sedikit pun nada rindu di sana. Hanya ada otoritas seorang pimpinan.

Rian duduk, membuka laptopnya, dan mulai mempresentasikan desain "Butterfly Pavilion" miliknya. Ia berbicara dengan bahasa Inggris yang fasih dan istilah arsitektur yang sangat matang. Ia memukau semua orang di ruangan itu dengan visi dan kecerdasannya.

Selama satu jam, Naya mendengarkan dengan seksama, meskipun batinnya sedang meronta hebat. Ia melihat pria di depannya ini bukan lagi Rian yang dulu ia peluk di taman—pria ini adalah seorang ahli yang sangat mempesona.

"Desain Anda menarik," ujar Naya setelah presentasi berakhir. Ia berdiri dan melangkah mendekati meja presentasi, pura-pura memeriksa detail maket.

Saat jarak mereka hanya terpaut beberapa senti, Naya bisa mencium aroma parfum Rian—aroma yang sama yang ia rindukan selama dua tahun. Tanpa ada yang melihat, tangan Naya yang berada di bawah meja sedikit gemetar.

Mata mereka bertemu. Rian menatapnya dengan tatapan yang sangat dalam, seolah sedang menyanyikan melodi Butterfly melalui matanya.

"Apakah Anda sanggup menyelesaikan proyek ini dalam enam bulan?" tanya Naya, suaranya sedikit parau namun tetap terjaga.

"Saya sanggup, Nona Naya," jawab Rian mantap. "Karena bagi saya, bangunan ini bukan sekadar beton dan kaca. Ini adalah janji untuk terbang lebih tinggi."

Naya hampir saja kehilangan pertahanannya mendengar jawaban itu. Ia segera berbalik. "Baik. Rio, urus kontraknya. Selamat bergabung di proyek ini, Rian."

Naya melangkah keluar ruangan dengan cepat sebelum air matanya jatuh di depan direksi. Di dalam ruang rapat, Rian akhirnya bisa menghela napas panjang. Pintu itu bukan lagi terbuka seujung kuku, tapi sudah terbuka lebar. Ia telah kembali ke sisi Naya dengan cara yang paling terhormat.

...----------------...

Sore itu, Jakarta dibasuh sisa hujan yang meninggalkan aroma tanah basah. Rian melangkah pelan memasuki taman kota kecil yang letaknya tersembunyi. Tempat ini adalah saksi bisu di mana dulu ia hanyalah seorang staf katering yang menata gelas, dan Naya adalah putri mahkota yang mencari udara segar.

Rian berdiri mematung di dekat pintu masuk taman. Matanya tertuju pada sebuah bangku kayu tua di bawah pohon beringin. Dari kejauhan, ia melihat siluet seorang wanita yang sangat ia kenali sedang berjalan menuju bangku yang sama.

Naya.

Ia tidak lagi memakai blazer kantornya. Ia hanya mengenakan cardigan tipis, dan di tangannya, ia menggenggam erat sebuah benda kecil yang kusam: ponsel lama milik Rian.

Langkah Naya terhenti saat ia menyadari kehadiran seseorang. Ia mengangkat wajahnya, dan seketika itu juga, dunianya berhenti berputar. Rian berdiri di sana, menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Keduanya terpaku. Jarak di antara mereka seolah menjadi jurang kerinduan yang selama dua tahun lebih ini tidak pernah terisi. Rian memegangi dadanya yang terasa sesak, seolah jantungnya ingin melompat keluar hanya untuk mendekat pada Naya. Naya pun melakukan hal yang sama, tangannya yang menggenggam ponsel lama itu bergetar hebat di atas dadanya.

Tanpa komando, keduanya mulai melangkah perlahan.

Setiap langkah yang mereka ambil diiringi oleh tetesan air mata yang jatuh tanpa suara. Rian berjalan dengan kaki yang terasa berat, sementara Naya melangkah dengan isak tangis yang mulai pecah. Mereka saling mendekat, namun tidak ada lari atau pelukan yang meledak. Hanya ada dua jiwa yang perlahan mengikis jarak dalam kesunyian yang menyakitkan.

Saat mereka akhirnya berdiri berhadapan—hanya terpaut satu meter—tangis mereka semakin deras. Wajah mereka basah, mata mereka merah, namun bibir mereka tetap terkunci dalam protokol yang sudah mereka pelajari selama bertahun-tahun demi bertahan hidup.

Bukannya berhambur dalam pelukan, Rian justru menarik napas dalam, mencoba menstabilkan suaranya yang parau. Ia menatap Naya, persis seperti tatapan pria katering kepada sang putri di pesta bertahun-tahun lalu.

"Malam, Nona," sapa Rian, suaranya pecah namun berusaha tetap formal.

Naya tersedak oleh tangisnya sendiri, namun ia mengangguk pelan. Ia menatap Rian yang kini sudah menjadi pria sukses di depannya, lalu menjawab dengan nada yang sama dingin namun penuh getaran cinta yang tak terbendung.

"Malam," balas Naya singkat. "Sibuk sekali?"

Rian tersenyum di balik air matanya, sebuah senyum getir yang sangat romantis. "Namanya juga kerja, Nona. Pesta yang penuh topeng itu memang melelahkan."

Naya meremas ponsel di tangannya. Di balik kata-kata formal itu, batin mereka sedang menjeritkan nama satu sama lain. Mereka tidak bersentuhan fisik, namun di bawah langit Jakarta yang mulai meredup, jiwa mereka sedang berpelukan sangat erat, merayakan kembalinya sang kupu-kupu ke tempat di mana ia seharusnya berada.

Setelah sapaan formal yang menyesakkan itu, Rian dan Naya perlahan duduk di bangku kayu yang sama. Ada jarak yang mereka sisakan di antara tubuh mereka, namun batin mereka terasa begitu rapat. Selama satu jam, mereka hanya duduk bersisian, menatap dedaunan yang bergoyang ditiup angin malam.

"Bagaimana kabarmu... di sana?" tanya Naya pelan, jemarinya masih mengusap layar ponsel lama Rian di pangkuannya.

"Berat, Nay," jawab Rian jujur, untuk pertama kalinya ia melepaskan embel-embel formalitas. "Tapi setiap kali aku ingin menyerah, aku ingat suaramu. Aku ingat janjiku untuk menjadi pria yang tidak akan membuatmu malu saat kita berdiri bersama."

Naya mengangguk, air matanya sudah mengering namun matanya tetap merah. "Aku juga berjuang, Rian. Mengenakan topeng setiap hari, bicara dengan nada dingin kepada semua orang, hanya agar Ayah percaya aku sudah melupakanmu. Padahal setiap malam aku memeluk ponsel ini hanya untuk merasakan kehadiranmu."

Mereka saling berbagi cerita tentang jatuh bangun mereka selama dua tahun terakhir. Tentang Rian yang kelaparan di London, dan Naya yang sakit karena rindu. Tidak ada tawa besar, hanya obrolan lirih yang penuh dengan luka yang mulai memudar.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!