Dia memilihnya karena dia "aman". Dia menerima karena dia butuh uang. Mereka berdua tak siap untuk yang terjadi selanjutnya. * Warisan miliaran dollar berada di ujung sebuah cincin kawin. Tommaso Eduardo, CEO muda paling sukses dan disegani, tak punya waktu untuk cinta. Dengan langkah gila, dia menunjuk Selene Agueda, sang jenius berpenampilan culun di divisi bawah, sebagai calon istri kontraknya. Aturannya sederhana, menikah, dapatkan warisan, bercerai, dan selesai. Selene, yang terdesak kebutuhan, menyetujui dengan berat hati. Namun kehidupan di mansion mewah tak berjalan sesuai skrip. Di balik rahasia dan kepura-puraan, hasrat yang tak terduga menyala. Saat perasaan sesungguhnya tak bisa lagi dibendung, mereka harus memilih, berpegang pada kontrak yang aman, atau mempertaruhkan segalanya untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Pernikahan
Di lobi bawah, tamu-tamu mulai datang. Disambut oleh staf hotel yang telah disumpah kerahasiaannya, dan diperiksa oleh tim keamanan. Suasana bukan hiruk-pikuk pesta, tetapi kesunyian yang elegan.
Lorenzo Eduardo, dengan setelan tuksedo klasik, berdiri dekat jendela, matanya berkaca-kaca. Tempat ini mengingatkannya pada Clara, mendiang istrinya, pada hari di mana segalanya begitu indah. Sekarang, cucunya.
Semua berjalan sempurna. Terlalu sempurna.
Saat musik lembut mulai mengalun, menandai dimulainya prosesi, sebuah gerakan di belakang layar menarik perhatian.
Seorang pria, dengan berpakaian jas yang agak kusut, dan mata merah—jelas seperti mabuk, berusaha melewati pintu servis.
"Maaf, Tuan, ini acara pribadi," hambat salah satu pengawal.
"Tentu, tentu! Aku Alfredo. Ayah dari pengantin wanita!" katanya, tersenyum lebar, mencoba melangkah lagi.
Sinyal segera sampai ke Tom, yang sedang menunggu di depan dengan Lorenzo di sampingnya.
Wajahnya tetap tenang, tetapi matanya berubah dingin. Dia memberi kode halus kepada sang pengawal.
Selene, yang sudah siap di tempat ujung yang ditaburi kelopak mawar, merasakan perubahan. Jantungnya berhenti berdetak ketika melihat ke arah pintu masuk.
‘Tidak. Tidak mungkin. Bagaimana dia bisa tahu?’
Di sana, Alfredo bersikeras. "Selene! Putriku! Aku datang untuk pernikahanmu!" suaranya mulai terdengar.
Tom menolehkan kepalanya, berbisik pada Lorenzo yang langsung mengerti. Dengan wibawa yang tegas, Lorenzo berjalan keluar dari ballroom, menghampiri sumber keributan itu.
"Kau," kata Lorenzo, suaranya tenang namun tajam seperti pisau. "Harus pergi dari sini!”
Alfredo, melihat sosok Lorenzo yang legendaris itu, sedikit terbungkam. "Tuan Eduardo! Suatu kehormatan! Aku hanya ingin—"
"Sayangnya, kau tidak diundang," sambung Lorenzo, halus namun tetap tegas. "Putrimu, yang sangat aku kagumi, meminta kehadiranmu tidak diikutsertakan atas alasan-alasan yang sangat dia pahami. Menghormati permintaannya adalah bentuk kasih sayang tertinggi seorang ayah, bukan?"
Alfredo terpana. Selene tidak menginginkannya di sini, melumpuhkannya. Senyumnya pudar berubah menjadi sinis.
"Di sana," lanjut Lorenzo, dengan sedikit kelembutan, "adalah pernikahan yang dia inginkan. Damai, tenang, dan hanya tentang dia dan Tom. Jika kau mencintainya, kau akan memberikannya itu. Biarkan hari ini menjadi miliknya. Bukan milikmu."
“Apakah kalian tak memberi mahar padanya? Jika iya, berikan itu padaku! Aku berhak karena aku ayahnya!” Alfredo mulai berani.
Lorenzo tahu ini sudah tak bisa lagi dibicarakan. Dia menyuruh beberapa pengawalnya untuk membawa Alfredo pergi dari sana, agar tak mengacaukan pesta pernikahan.
Lorenzo kemudian kembali ke tempat sang cucu dan duduk di depan.
*
*
Di dalam ballroom, musik terus mengalun. Selene mendapat sinyal dari Tom bahwa semuanya baik-baik saja dan ayahnya tak akan bisa masuk.
Kini, Selene sudah sampai di depan Tom. Dan pria itu memegang tangannya yang dingin.
Saat dia berbisik, "Semuanya baik-baik saja," Selene tahu itu benar. Dia bisa melihatnya di matanya. Tom memberikan perlindungannya.
Upacara berlangsung singkat. Janji-janji diucapkan.
Ciuman pernikahan mereka disaksikan oleh tamu undangan, dan tampaknya mereka semua tertipu dengan ciuman hangat dan manis dari kedua sejoli yang sedang berpura-pura itu.
Selene menatap mata Tom ketika ciuman itu berakhir. ‘Dia sudah resmi menjadi suamimu, Selene. Tapi, kau tak boleh mencintainya karena batas waktumu bersamanya hanya satu tahun saja.’
*
*
Pesta makan malam yang mewah pun berlangsung. Seorang pianisr memainkan lagu love song klasik di grand piano.
Dan sepanjang malam, tangan Tom tidak pernah melepaskan tangan Selene. Sebuah drama yang harus mereka lakukan di depan semua orang agar semua tahu bahwa pernikahan itu terjadi karena cinta.
Bahkan sesekali, Tom mencium kening Selene. Dan Selene masih canggung dengan drama pernikahan itu.
pasti keinginanmu akan tercapai..
terima kasih kak Zarin 😘🙏
jangan biarkan Selene melakukan hal yg kurang pantas hanya karena ingin memiliki bayi ya kak Zarin 😁
tetap elegant & menjaga harga diri Selene, oke