BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Perjanjian Pra Nikah
Nio mendengar keterkejutan calon istrinya. Tanpa babibu, dia langsung melangkah maju. Dia tidak terlihat syok sama sekali.
"50 juta?" Nio bertanya pada pelayan itu.
"Iya, Pak Antonio."
"Terlalu murah," gumamnya pelan, tapi cukup untuk membuat Dara langsung menoleh cepat kepadanya---makin syok.
Bagaimana bisa 50 juta untuk satu hari sewa dianggap murah? Nio pasti bercanda, kan?
Dara menatap tunangannya yang kini mengedarkan pandangan ke seluruh butik. Matanya terpaku pada sebuah gaun yang diletakkan di dalam vitrin kaca eksklusif. Gaun itu tampak berkilauan, jauh lebih mewah dari gaun 50 juta tadi.
"Saya tidak mau yang disewakan. Saya mau gaun itu. Berapa harga belinya?" tanya Nio sambil mengeluarkan kartu hitamnya.
Dara langsung menarik lengan jas Nio.
"Om! Jangan gila! nyewa aja semahal itu, apalagi kalau beli!" tahannya.
Tapi Nio malah tersenyum. Dia membelai lembut puncak kepala gadisnya, seolah berusaha menenangkannya.
"Enggak masalah, Sayang. Berapapun harganya tidak masalah, asal saya bisa lihat kamu pakai gaun terbaik yang bisa membuat saya tidak bisa berkedip saat melihat kamu di pelaminan nanti." katanya.
Jantung Dara langsung membuat parade yang ribut.
'Woah, sial. Kok gue jadi ngerasa si Oom makin ganteng, ya?' batinnya.
Disaat sepasang kekasih itu sedang saling bertatapan dengan mesra, sang pelayan toko berdeham pelan untuk menarik atensi mereka.
"Gaun yang itu masih baru, Mas. Jadi kalau mau di beli, harganya 300 juta." jelasnya.
Rahang Dara langsung jatuh seketika.
"300 juta?! Itu duit semua, Mbak?" syoknya.
Sang pelayan toko tersenyum.
Dara benar-benar tidak habis pikir. Satu gaun sampai menghabiskan uang sebanyak itu? Lebih baik uangnya dibelikan tanah atau mobil, kalau gitu!
Tapi Nio, masih seperti sebelumnya, tidak terlihat terkejut sama sekali. Dia memberikan kartu hitamnya, menggeser benda itu pada sang pelayan toko.
"Saya ambil itu. Dan tolong tunjukkan set Sunda sigernya juga, saya mau lihat." katanya.
Pada akhirnya, mereka keluar dari butik itu dengan menghabiskan uang hampir setengah milyar rupiah. Iya, hampir setengah milyar! Dan itu baru untuk Dara saja, belum lagi baju untuk Nio nanti di pernikahan mereka.
Dara jadi mules. Entah karena mendengar rincian pernikahan itu, atau karena memang mules akibat makan seblak tadi. Dia sendiri pun tidak tahu.
Mereka kembali menaiki mobil untuk pulang. Ditangannya, Dara masih memegang kwitansi pembayaran gaunnya tadi, sedangkan gaun sungguhannya masih di butik---untuk penyesuaian ukuran dan lain-lain.
"Om, ini baru baju buat gue doang, tapi pengeluarannya udah segini banyak. Baju Om nanti gimana? Apa mau pake kaos partai aja, biar irit?" Tanya Dara dengan Absurd.
Pria di balik kemudi itu tertawa pelan, merasa lucu mendengar kekhawatiran calon istrinya.
"Saya sudah pesan dari Italia. Nanti asisten saya yang urus." jawabnya.
Dara ber-oh ria, mengangguk saja. Mereka memang berbeda dunia. Dara tidak mungkin bisa mengerti kehidupan suaminya.
"Eh, Om. Pernikahan kita ini kan terjadi serba gedebak-gedebuk, ya. Gue enggak bisa nolak pernikahan ini karena satu keluarga udah pada tahu masalah foto itu. Tapi kalau masalah hati, enggak bisa dipaksa, nih. Jadi... Oom enggak bisa maksa gue untuk berlaku layaknya 'istri' yang sesungguhnya. Termasuk urusan 'itu'," ujar Dara.
"Urusan ranjang, maksudnya?" tanya Nio, melirik sekilas pada tunangannya sambil mengemudi.
Dara mengangguk.
"Yup! Oom gaboleh maksa gue ngelayanin Oom. Geli gue bayangin gituan!" gadis itu bergidik, tidak main-main soal rasa gelinya jika memikirkan hal itu.
Nio mendengus pelan.
"Ada lagi?" tanya pria itu.
Dara berpikir sejenak. Apalagi yang harus dia minta pada calon suaminya ini, ya?
"Oh, gue enggak bisa masak. Bisa pun, gue takut Oom malah keracunan nanti." kata Dara.
"Jangan khawatir masalah itu. Sudah ada orang yang mengurus masalah masak, nyuci, beres-beres, dan segalanya. Kamu tinggal santai saja, Sayang." jawab Nio.
Alis Dara terangkat sebelah.
Iya, sih. Dia memang pernah dengar dari sahabatnya, Acha, bahwa gadis itu tidak perlu melakukan apapun karena sudah ada orang lain yang mengerjakannya. Tapi...
"Terus sebagai istri, gue harus ngapain, dong?" tanya gadis itu.
Nio hanya tersenyum simpul. Dia tidak mengatakan apapun, tapi..
Memangnya dia mengiyakan untuk tidak akan menyentuh gadis itu? Bahkan mereka tidak menandatangani perjanjian hitam di atas putih, jadi...
Hehe, pikiran Nio sudah penuh dengan rencana malam pertama mereka nanti.
***
Holaaa, author enggak tahu bakal up 2 bab apa enggak hari ini. Kalau up 2, kemungkinan agak siang/sore. Tapi kalau enggak bisa up 2 bab, berarti bab selanjutnya besok, ya!
See you tomorrow~
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣