NovelToon NovelToon
Hidup Dalam Andai

Hidup Dalam Andai

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika
Popularitas:48
Nilai: 5
Nama Author: Romi Bangun

Mengkisahkan Miko yang terjebak lingkaran setan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romi Bangun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAGU

Kemarin aku sudah terdaftar menjadi peserta tes untuk calon pekerja.

Sebenarnya, aku tak banyak berharap dari tes ini. Yang ku harap hanya lancar dan lancar. Entah apapun hasilnya.

Nyatanya, hanya dengan jarak semalam sebelum pagi... aku banyak menghabiskan uang untuk deposit.

Sisa uang di rekening habis. Uang pegangan cukup hanya makan.

-

Pagi ini aku terbangun pukul enam pagi. Tanpa sarapan, hanya berteman kopi pahit dan rokok.

Aku bersiap untuk pergi mengikuti tes pertama ku setelah menganggur.

Perusahaan besar, makanya aku tak banyak berharap. Karena sudah pasti kandidat yang dicari sungguh perfect, dan tes nya juga sulit.

Tak ada belajar, hanya keyakinan.

Sesampainya di BKK aku masuk ke ruang tes. Ada sekitar lima puluh orang yang ikut serta.

Kertas ujian mulai dibagikan, di awali dengan test matematika dasar. kemudian dilanjut dengan pesawat sederhana.

Semuanya ku lewati dengan baik, menurutku.

Sampai di akhir, penyebutan nama-nama kandidat yang masuk proses selanjutnya.

"Kandidat terakhir atas nama, Rio Ferdinan..."

"..untuk yang tidak saya sebut, mohon maaf silahkan pulang."

Begitulah yang diucapkan pengawas tes pagi ini. Namaku tak ada. Tak disebutkan. Seolah memang bukan bagian dari tes ini.

Namun tak ada rasa sedih, karena dari awal memang aku tak berharap.

"Busuk banget gue..." gumamku dalam perjalanan pulang.

Dalam perjalanan pulang, aku tidak memikirkan apa pun.

Tidak masa depan. Tidak uang. Tidak juga rasa malu.

Kepalaku kosong, tapi tanganku gelisah, seperti sedang mencari sesuatu untuk dipegang.

Hari yang melelahkan padahal baru jam sebelas siang. Rasanya sudah seperti menjalani seribu hari yang malang.

Namun entah mengapa, perasaan kapok yang dulu kurasakan hilang begitu saja.

Bukannya berharap agar lolos tes, aku lebih berharap menang lagi... dari judi.

-

Siang hari yang panas aku kembali ke kos. Dengan saldo tiga ratus hasil top up saat perjalanan pulang.

Aku kembali membuka situs. Memainkan game kesukaanku.

Layar bergulir, slot berputar kembali.

Hasilnya tetap tak berubah. Yang berubah justru rasa penasaran.

Ya, penasaranku berubah menjadi dendam. Dadaku sangat panas rasanya. Sesak, panas, namun tanpa suara keluar dari mulut.

Hanya batin yang terus mengumpat sejak aku mulai bermain siang ini.

Saldo dari top up habis, uang pegangan semakin menipis.

"Padahal kemarin pegang delapan jutaan, sekarang tinggal berapa ratus doang..."

Mengeluh. Sifat alami manusia.

Tak butuh waktu lama untuk pecundang sepertiku kembali miskin. Anehnya justru aku tak merasa bersalah sedikitpun.

Yang ada aku malah pinjol lagi. Limit yang naik beberapa hari kemarin aku tarik lagi. Pengajuan lolos begitu cepat.

Lima juta.

Apa yang terjadi jika semuanya ku deposit kan?

Deposit Rp5.000.000 via QRIS telah berhasil

Aku kembali ke Dragon Ways. Sambutan yang familiar. Simbol yang tak pernah luput dari pandangan.

Nada suara yang aku terlalu hafal. Dan, rasa kurang yang tak kunjung sembuh dari serakahnya nafsu diri.

"Mata gue kenapa dah..." ucapku sambil mengusap mata yang berair.

Sepertinya aku menangis... mungkin.

"Gue cuma pengen balik modal."

Jariku bekerja hanya untuk menekan tombol spin. Terus menerus. Layar bergulir dari atas ke bawah, simbol mulai berganti.

Hasilnya masih sama.

"Ampun deh... sepuluh menit doang,"

Aku tak menyebut peristiwa berikut sebagai kambuh. Ini adalah kebiasaan.

Mungkin memang belum waktunya.

Sayangnya? Modalnya sudah habis. Bersih tak tersisa.

Barang untuk dijual? Kosong juga.

Pinjol lagi? Mungkin bisa.

Aku beralih ke Store Aplikasi untuk mencari aplikasi lain. Dan ketemu, aplikasi sejenis yang menawarkan limit pinjaman tinggi.

Tapi aku agak familiar dengan namanya. Sampai aku teringat sesuatu.

"Oh ini kan yang kata Yudha kalau Debt Collector nya galak..."

Takut? Tidak. Takut hanya untuk mereka yang tidak punya pilihan. Dan juga bagi mereka yang menolak kata menang.

Padahal nyatanya, sejak kemarin aku masih kalah

Setelah mengunduh aplikasi, aku membuka dan mulai mendaftar. Foto KTP, verifikasi wajah, dan persyaratan lain.

Limit tersedia, dua setengah juta.

"Lumayan..." gumamku.

Tak ada waktu untuk berpikir. Aku ambil semuanya.

Tenor dan tanggal jatuh tempo? Persetan. Yang terpenting adalah modal.

"Mending begini daripada hutang temen.. biar mereka gak repot kalo gue gak bisa bayar."

Statement yang terucap seakan ini benar. Lagi-lagi aneh, aku sadar ini salah tapi tetap memilih melanjutkan.

Lucu? Sudah biasa.

Aku lanjut untuk bertaruh. Kali ini beralih ke meja andalanku, roulette.

Ku tekan beberapa nomor dengan nilai taruhan besar. Kali ini giliran mata yang lelah mengamati bola jatuh.

Suara bola kecil yang menggelinding merdu.

Suara host yang memberi harapan dengan senyum manisnya.

Dan saat paling ditunggu, notif kemenangan yang muncul lebar di layar.

Namun dari sekian nomor yang ku taruhkan, aku belum mendapati notif itu. Artinya sampai saldo berkurang aku belum bertemu kemenangan.

Sisa saldo delapan ratus ribu.

"Bajingan.." gumamku.

Aku terus mengacak nomor yang ku pasang. Berharap setelah ini akan telat sasaran.

Tujuanku simpel. Aku menang, aku bayar hutang. Aku menang lagi, aku punya pegangan.

Baru setelah itu, aku akan berhenti... untuk selamanya.

Aku sudah cukup hancur untuk meneruskan. Setidaknya jadikanlah ini kemenangan terakhirku. Pikirku.

-

Waktu terus berjalan. Saldo masih awet di ratusan ribu. Matahari mulai tenggelam bersamaan dengan jiwaku.

Di sela permainan petang ini, muncul bayangan wajah keluargaku.

"Gak papa.. gak usah dipikirin..."

"..asal lu segera berhenti sebelum mereka tau, pasti aman." ucapku dalam hati.

Memalukan.

Dan tampaknya, pertarungan hari ini juga belum membuahkan hasil. Ikhlas pun tak terlihat mendekat kepadaku.

"Cari modal dimana lagi ya..." pikirku.

Pinjaman online sudah habis tujuh setengah juta. Sisa pegangan tunai hanya sekitar sembilan ratus ribu.

Aku semakin bingung.

Kenapa ini harus terjadi? Kemana peran sosok penolong dalam kehidupanku?

Apa yang harus kulakukan?

Bahkan aku sendiri belum menemukan jawabannya. Atau mungkin tepatnya aku yang tak mau menjawab.

Dari laman situs, aku beralih ke pesan WhatsApp. Ku cari nama-nama teman yang berpotensi untuk ku pinjam uangnya.

"Yudha.. pasti gak punya, Riko? Apalagi..."

"...Hendra juga gak punya pasti.."

"Anton? Dwi? Eka? Kere semua..." gumamku.

Namun aku tetap mengirim pesan ke beberapa teman. Pesan yang sama, yaitu pinjam seratus.

Hingga pada suatu titik aku menemukan nama teman lamaku.

Kami sering komunikasi dulu. Sebelum aku menjauh tanpa sadar karena terlalu asik judi.

"Guntur..." gumamku.

Teman sekampung. Tapi dia merantau di luar negeri. Teman yang baik dan akrabnya melebihi saudara.

Aku pergi merantau lebih dulu daripada dia. Lucunya kami dulu pernah bermimpi untuk bareng merantau ke luar negeri.

Pesan terakhir darinya, sembilan bulan yang lalu. Aku saja sampai lupa masih menyimpan kontaknya.

Sekejap aku memandangi nomor kontaknya. Sebelum kemudian mulai membuka percakapan.

"Kabar lu gimana, gun?"

Aku membuka chat tanpa rasa malu. Dan dengan sedikit harapan bahwa modal akan turun melalui dia.

Tapi entah kenapa, harapan lain muncul lebih dari itu.

Mungkin dia mau mendengar curhatan ku sebentar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!