NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:835
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Di butik, Avellyne gelisah tidak menentu karena sikap Ryos sebelumnya. Dia mulai berpikiran negatif, apakah sahabatnya itu sudah mulai lelah menghadapi dirinya yang gampang ngambek.

Avellyne benar-benar menyetir mobil sendiri menuju butiknya dan meninggalkan Ryos begitu saja.

Sudah dua jam berlalu, belum ada satu pun chat dari Ryos dan hal itu membuat perasaan Avellyne semakin tidak menentu. Dia berulang kali memeriksa ponselnya dan tetap nihil.

Wanita itu pun tidak bisa fokus bekerja hari ini. Padahal ada satu pesanan gaun pengantin yang harus dia kerjakan sebelum sibuk mempersiapkan hari pernikahannya. Selian itu, hari jadwal pertunangannya dengan Ryos kurang dari seminggu lagi. Dia khawatir kalau pria itu akan membatalkan hari pertunangan mereka.

Avellyne berusaha menenangkan dirinya sendiri, dia harus menjadi pihak pertama yang meminta maaf. Ya, meskipun dia tidak pernah melakukan hal tersebut kepada Ryos.

Kalau mereka berdebat, maka Ryos selalu menjadi yang pertama untuk meminta maaf dan membujuk.

Wanita itu mencoba menghubungi nomor Ryos, sudah hampir lima kali dan panggilan teleponnya tidak dijawab juga.

Avellyne menghela napas berat. Dia berdiri, mengambil kunci mobil Ryos yang diletakkannya di atas meja kerja. Tanpa pikir panjang, wanita itu langsung meninggalkan butik.

Tidak bisa menghubungi sahabat sekaligus calon suaminya itu, Avellyne pun menelepon sekertaris Ryos.

["Halo, Rani! Apa Ryos sudah ada di kantor?"] Avellyne bertanya keberadaan Ryos begitu panggilan teleponnya dijawab.

["Ada, Mbak. Bapak ada di kantor dari tadi."]

["Emang Ryos sampai ke kantor jam berapa?"] tanya Avellyne lagi.

["Sekitar jam sepuluh, Mbak."]

Jam sepuluh. Pada waktu tersebut dia tiba di butik. Itu artinya Ryos tidak jadi menggunakan jasa spa dan massage.

["Kalau jadwal Ryos hari ini gimana?"]

[Bapak enggak ada jadwal penting. Enggak ada pertemuan dengan klien. Mungkin seharian ini bakal berada di kantor terus."]

["Hmm... begitu, ya. Terima kasih infonya. Jangan bilang ke Ryos kalau saya menelepon."] Avellyne mematikan ponselnya, dia tidak bisa berlama-lama berbicara sebab sedang menyetir mobil.

Pikiran Avellyne semakin negatif saja. Bahkan Ryos tidak mau menjawab panggilan telepon darinya padahal pria tersebut sedang tidak ada urusan penting. Apakah sahabatnya itu telah berada di fase menyerah?

...

Dengan langkah cepat Avellyne melewati koridor di mana pada ujung koridor tersebut adalah tempat ruang kerja Ryos.

Dari jarak beberapa meter dia melihat Marsha keluar dari ruangan CEO, pertanda kalau wanita itu baru saja bertemu dengan Ryos.

Setelah jarak semakin dekat, Marsha menghalangi langkah Avellyne. Dia mencengkram lengan Avellyne seraya memberikan tatapan tajam.

"Jangan ganggu Ryos!" ucap Marsha dengan tegas dan cengkraman tangannya pada lengan Avellyne semakin kuat.

"Setiap kali kalian berdebat dan bertengkar dia selalu datang padaku dan mencurahkan kesedihannya."

"Aku rasa dia memang buta menilai kamu, Vel. Apa kamu pernah menghiburnya? Yang kamu lakukan selalu menyakitinya, tapi dia tetap bersedia menikah dengan alasan menolong kamu agar tidak dijodohkan dengan pria yang enggak kamu kenal sama sekali. Apa kamu memang pantas untuk dia, Vel? Padahal masih ada wanita lain yang benar-benar mencintainya dengan tulus." Marsha melepaskan cengkeramannya dan tatapan matanya sudah terlihat normal. Mimik wajah yang dia tunjukkan pun tidak sangar seperti sebelumnya.

"Kalau kamu masih punya perasaan setidaknya kamu memikirkan kebahagiaan Ryos." Marsha berkata dengan suara lembut. Dia tidak ingin bersikap kasar seperti tempo hari. Kali ini dia benar-benar akan menggunakan cara yang berbeda.

Avellyne bergeming, dia memikirkan setiap perkataan wanita yang berdiri tepat di depannya.

Kebahagiaan Ryos...

Avellyne tersenyum tipis, entah apa makna dari senyuman itu. Dia menatap Marsha begitu dalam. "Aku yang paling tahu apa yang membuatnya bahagia," ucap Avellyne masih mempertahankan seulas senyum pada bibirnya.

"Ryos hanya menginginkan aku sebagai pendamping hidupnya. Tidak masalah apakah aku mencintai dengan tulus atau tidak. Dia mengesampingkan itu semua. Ryos paling tahu apa yang dia inginkan dan aku pun tahu apa yang paling dia inginkan."

"Marsha... posisi kamu di sini hanya rekan kerja Ryos. Aku ingatkan kamu sekali lagi, jangan pernah mencampuri kehidupan pribadi kami." Setelah kalimat terakhir, senyum Avellyne menghilang. Bergantian dia yang menatap Marsha dengan tajam lalu kakinya kembali melangkah ke depan untuk memasuki ruang kerja Ryos.

"Ryos!" Avellyne membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Dia tidak melihat pria itu duduk di kursi kerjanya melainkan melihat Ryos di sofa dalam keadaan tertidur.

"Gue enggak mau diganggu," ucap Ryos tanpa membuka mata. Dia berbaring dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Kenapa tidur di kantor? Tidur di sofa enggak nyaman," ucap Avellyne. Jaraknya berdiri dari Ryos kira-kira dua meter saja.

Sikap Ryos memang tidak seperti biasanya, kali ini dia bahkan tidak ingin menatap Avellyne.

"Gue minta maaf soal yang tadi," ucap Avellyne dengan suara pelan, namun Ryos masih bisa mendengarnya.

"Hmm." Pria itu hanya bergumam dan tidak berniat membuka matanya.

Hening...

Avellyne hanya memandangi Ryos yang masih berbaring. Dia tidak tahu harus mengambil sikap seperti apa sebab baru kali ini menghadapi kelakuan Ryos yang seperti ini. Lebih tepatnya dia tidak pernah membujuk lebih dulu sehingga menimbulkan kebingungan sendiri.

"Ryos...." Ucapan Avellyne menggantung karena Ryos mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi. Wanita itu berasumsi jika Ryos memang enggan berbicara dengannya hari ini.

Avellyne menghela napas berat, semua yang terjadi sejak kemarin hingga hari ini benar-benar membuatnya lelah.

"Kalau loe butuh istirahat, gue pulang sekarang. Gue pinjam mobil loe. Kalau mau pulang telepon gue. Biar gue jemput."

"Gue nanti pake mobil perusahaan aja," balas Ryos dengan suara pelan.

"Besok mobilnya gue jemput ke rumah loe," ucapnya lagi.

"Gue pergi sekarang." Avellyne masih menunggu, berharap Ryos bangun dan melihatnya dengan tatapan teduh seperti biasa atau pria itu terbangun dan langsung memerlihatkan senyum lebarnya. Namun, setelah beberapa detik terlewati, posisi Ryos masih sama.

Pria itu benar-benar tidak memberikan respon yang diinginkan Avellyne.

Dengan langkah lemas Avellyne keluar dari ruang kerja Ryos dan ternyata Marsha masih menunggu di sana. Wanita itu tersenyum di depan Avellyne.

"Bagaimana?" tanya Marsha masih tersenyum, setengah mengejek. Seolah dia tahu apa yang dialami Avellyne.

"Sudah aku bilang, jangan mengganggunya. Dia enggak mau bertemu dengan kamu."

Raut wajah yang ditunjukkan Avellyne begitu dingin, tanpa ekspresi sama sekali. Dia tidak menanggapi ucapan Marsha dan berlalu begitu saja.

Marsha mendecih karena sudah diabaikan. "Sombong sekali," gumamnya.

...

Ketika sudah berada di dalam mobil, Avellyne tidak langsung menyalakan mesin. Dia menatap kosong ke depan. Seperti masih berharap Ryos akan mengejarnya. Namun, setelah hampir sepuluh menit tidak ada tanda-tanda kemunculan pria itu.

Avellyne mengeluarkan ponsel, melihat laman chat untuk memeriksa apakah ada chat dari Ryos dan hasilnya nihil.

Dia beralih ke nama lain. Hanna. Jarinya menekan icon telepon dan tidak perlu menunggu lama, sahabatnya itu menjawab.

["Hann, loe sibuk hari ini?"] Nada bicara Avellyne terdengar lirih dan mengisyaratkan kesedihan.

Hanna menyadari ada yang tidak beres, dia menghentikan sejenak aktivitasnya. ["Gue senggang. Ada apa Vel?"] Hanna berbohong padahal dia sedang mengemasi beberapa pakaian ke dalam koper dan di sebelahnya ada sang suami yang berdiri sedang memerhatikan.

["Gue bertengkar dengan Ryos. Dia enggak mau bicara sama gue. Gue enggak tahu harus melakukan apa. Hann, gue minta bantuan ke loe. Tolong bujuk Ryos. Gue sekarang menunggu di parkiran mobil di depan kantor Ryos."]

Hanna menghela napas, dia merasa sedikit khawatir apalagi suara Avellyne bergetar seolah sedang menahan diri untuk tidak menangis.

["Gue usahain,"] ucap Hanna dan setelah Avellyne mengucap terima kasih sambungan telepon pun usai.

"Kenapa?" tanya Reyiu penasaran.

"Ryos belum pernah mengabaikan Avel seperti ini. Sepertinya pertengkaran mereka kali ini benar-benar serius. Avel minta aku untuk bujuk Ryos," ucap Hanna menjelaskan.

"Ya, sudah. Kamu temui Ryos sekarang. Aku bisa melanjutkan sisanya." Reyiu berkata sambil melihat koper di depan mereka.

"Masih ada waktu sebelum keberangkatan aku."

"Maaf, ya, Sayang. Kakak jadi harus mengemasi semuanya sendiri." Hanna tampak menyesal karena harus mendahulukan kepentingan sahabatnya dibandingkan kepentingan sang suami.

"Enggak apa-apa. Masalah mereka lebih mendesak. Hati-hati di jalan, santai aja nyetir mobilnya. Kabari aku kalau sudah ketemu Ryos." Reyiu tersenyum tipis lalu dia mengecup kening istrinya.

Setelah menyalim tangan sang suami, Hanna pun pergi. Dia tidak menyangka benar-benar harus turun tangan mengahadapi hubungan antara Ryos dan Avellyne. Padahal sebelumnya dia sudah memberi peringatan kepada sahabatnya itu untuk berpikir ulang menikahi Avellyne.

Kali ini pun dia akan melakukan hal yang sama jika mereka bertemu nanti. Sebelum semuanya terlambat, sebelum adanya acara pertunangan dan pernikahan.

Avellyne dan Ryos adalah sahabat baiknya. Namun Ryos adalah temannya sejak kecil dan dia sudah mengganggap pria itu layaknya saudara. Tentunya dia akan lebih memilih Ryos dibandingkan Avellyne.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!