NovelToon NovelToon
Tumbal Di Ranjang CEO DINGIN

Tumbal Di Ranjang CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:271
Nilai: 5
Nama Author: Haha Hi

Demi menyelamatkan perusahaan keluarganya, Luo Wan dijebak oleh ayahnya sendiri dan terpaksa melarikan diri di malam penuh skandal. Tanpa sadar, ia masuk ke kamar pria asing—dan keesokan harinya, hidupnya berubah total.

Pria itu adalah Sheng Qing, CEO muda yang dingin dan berkuasa. Setelah malam itu, ia berkata:

> “Kamu sudah naik ke ranjangku duluan. Sekarang kamu milikku.”



Sejak saat itu, Luo Wan terperangkap di antara cinta, dendam, dan permainan kekuasaan.
Namun dunia segera tahu—Luo Wan bukan wanita yang bisa dibeli atau diperbudak oleh siapa pun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haha Hi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15

Setelah selesai sarapan, tiba- tiba telepon rumah di vila berdering.

Bibi Li mengangkatnya dan setelah mengucapkan dua kalimat, ia menyerahkan gagang telepon pada Luo Wan, lalu membentuk gerakan mulut: “Telepon dari Nenek.”

Luo Wan segera menerimanya dan dengan sopan menyapa, “Nenek.”

Di rumah lama keluarga Sheng, Nyonya Tua Sheng dan kakek sedang duduk di dekat telepon, berebut ingin bicara dengan menantu cucu mereka.

Setelah sedikit adu mulut, tentu saja yang menang adalah Nyonya Tua.

“Gadis kecil, hari ini ada rencana tidak? Datanglah ke rumah lama temani nenek.”

Nyonya Tua sudah berumur, dan sangat menantikan kehadiran cucu menantunya—terutama karena Luo Wan benar -benar cocok di hatinya, membuatnya sayang setengah mati.

Sejak hari itu pulang dari Xiyuan, ia sudah keliling menceritakan tentang Luo Wan pada para sahabat lamanya.

Hari ini, para sahabatnya mengajak main kartu, dan kebetulan cucunya sedang tidak di dalam negeri, maka ia ingin mengajak Luo Wan untuk dipamerkan sedikit.

“Baiklah.”

Luo Wan langsung setuju dengan santai.

Toh hari ini ia memang tidak punya urusan. Lagipula cincin juga tak perlu dibeli, Sheng Qing semalam bilang sebentar lagi ada lelang, dan mereka akan langsung ikut untuk membeli satu.

“Nanti biar Paman Wang yang mengantar, jangan keluar sendirian, bahaya.”

Nyonya Tua mengingatkan layaknya sedang menasihati anak kecil.

Luo Wan tersenyum dan mengangguk setuju.

Setelah menutup telepon, Kakek Sheng pun tak sabar bertanya pada istrinya:

“Bagaimana? Cucu menantuku datang hari ini tidak?”

“Aku ingin sparring dengannya lagi.”

Sejak tak sengaja beradu kemampuan dengan Luo Wan, ia sudah merasa gatal ingin berlatih lagi selama berhari- hari.

Nyonya Tua memelototinya, “Dasar kakek tua, yang kamu tahu cuma latihan bela diri. Tidak takut cucu menantumu kabur gara- gara ditakut -takuti?”

“Mana mungkin, latihan bela diri kan menyehatkan tubuh. Kamu sendiri cuma bisa main mahjong, tidak tahu apa- apa.”

“Hmph, nanti kita lihat siapa yang lebih disukai cucu menantu, aku atau kamu.”

Keduanya terus beradu mulut sambil bersiap menyambut kedatangan Luo Wan.

Sementara itu, Luo Wan kembali ke kamar untuk berganti pakaian.

Karena akan bertemu dengan orang tua, tentu ia harus berpakaian lebih pantas.

Ia memilih gaun selutut berwarna merah muda dengan potongan pinggang ramping. Rambutnya yang sedikit bergelombang dibiarkan tergerai di pundak.

Sebagai bentuk hormat, Luo Wan bahkan menggambar riasan tipis hari ini.

Wajahnya yang memang sudah menawan menjadi semakin memesona, dan dengan gaun merah muda itu, ia tampak seperti bunga persik yang sedang mekar—cantik dan memikat.

Setelah rapi, ia pun berangkat.

Rumah lama keluarga Sheng terletak di pinggiran kota, dengan area yang sangat luas.

Luo Wan duduk di kursi belakang mobil, melihat pemandangan di luar yang awalnya ramai, kini perlahan menjadi sepi, hampir tidak ada kendaraan lewat.

Lingkungan sekitar juga berubah menjadi tertata, seolah sudah dirancang dengan cermat. Pepohonan dan bunga- bunga mahal semakin banyak terlihat.

Akhirnya, sebuah vila yang sedikit berusia namun tetap mencerminkan kemewahan rendah hati pun muncul di hadapan.

Kakek dan Nenek Sheng sudah tidak sabar menunggu di depan pintu.

Paman Wang menghentikan mobil di depan pintu, menunggu Luo Wan turun sebelum membawa mobil ke garasi.

“Kakek, Nenek.”

Luo Wan menyapa dengan manis.

Pasangan tua itu melihat Luo Wan hari ini tampil dengan gaya berbeda dari beberapa hari lalu, seketika mata mereka berbinar.

Gadis ini benar- benar tersembunyi bak permata. Beberapa hari lalu saja sudah sangat menawan, sekarang dengan sedikit dandanan saja sudah bisa menyaingi seluruh sosialita A City.

Mereka tahu kalau Luo Wan tidak suka berdandan. Hari ini berdandan seperti ini pasti demi menghormati mereka.

Semakin suka saja mereka pada menantu cucu yang satu ini.

Luo Wan pun masuk rumah bersama mereka.

Saat ini, di taman tengah sudah duduk tiga wanita lanjut usia, bersama seorang wanita muda.

Begitu melihat Luo Wan, mata semua orang serempak memperlihatkan kekaguman.

Nenek Sheng dengan bangga menggandeng tangan Luo Wan dan memperkenalkan, “Ini cucu menantuku.”

Luo Wan tetap bersikap sopan dan menyapa semua orang yang hadir satu per satu.

Ia menyadari, saat sang nenek memperkenalkan hubungannya dengan Sheng Qing, wajah wanita muda itu dan nenek di sampingnya tampak tidak senang.

Wanita muda itu adalah Su Yunwei, putri keluarga Su. Di sampingnya adalah Nyonya Tua Su.

Keluarga Su dan keluarga Sheng bersahabat turun- temurun, bahkan kedua nenek mereka adalah sahabat sejak kecil.

Karena hubungan dua keluarga begitu dekat, Su Yunwei sudah sering datang ke rumah keluarga Sheng sejak kecil. Ia tumbuh besar bersama Sheng Qing, bisa dibilang teman masa kecil.

Su Yunwei sudah lama menyukai Sheng Qing, sayangnya cinta bertepuk sebelah tangan.

Sheng Qing sama sekali tidak tertarik padanya.

Namun sebagai putri keluarga Su, Su Yunwei bukanlah tipe yang mudah menyerah. Ia tahu Sheng Qing sangat berbakti pada neneknya, dan kebetulan neneknya sendiri sangat dekat dengan Nyonya Tua Sheng, maka ia berusaha mendekati sang nenek.

Ia berharap, jika sang nenek bisa bicara baik untuknya di depan Sheng Qing, peluangnya akan jauh lebih besar ketimbang mendekat sendiri dan ditolak.

Karena itu, selama beberapa tahun ini, ia sering datang ke rumah keluarga Sheng, dan sang nenek pun selalu memujinya.

Melihat waktu yang tepat, hari ini ia sengaja meminta neneknya untuk membicarakan soal perjodohan ini. Siapa sangka, malah muncul tiba -tiba seorang “menantu” dan mengguncang semuanya.

Melihat wanita yang tiba- tiba muncul dan merebut pria yang ia cintai, tangan Su Yunwei mengepal tanpa sadar, dan sorot matanya dipenuhi kebencian.

Perempuan tak bernama seperti ini juga berani merebut pria yang disukai oleh putri keluarga Su?

Mimpi saja!

Nyonya Tua Su tahu maksud hati cucunya, ia menepuk lembut tangan Su Yunwei untuk menenangkannya.

Lalu sambil tersenyum ramah ia bertanya, “Gadis ini putri keluarga mana ya?”

“Halo Nenek Su, saya Luo Wan.”

“Luo... keluarga Luo? Sepertinya saya belum pernah dengar ada keluarga besar di A City yang bermarga Luo.”

Karena menyayangi cucunya, Nyonya Tua Su tentu saja tidak suka pada wanita yang membuat cucunya terluka, jadi ucapannya pun menyiratkan ketidaksukaan.

Namun karena sudah terbiasa berada di kalangan atas, meski hatinya tidak suka, wajah dan nadanya tetap sopan dan ramah.

“Namun asal- usul memang tidak bisa dipilih sendiri. Kalau bisa mendapat hati anak keluarga Sheng, pastilah punya kelebihan tersendiri.”

“Kelihatannya masih muda, belum lulus kuliah ya?”

“Boleh dong nenek tahu, kuliah di universitas mana? Biar cucuku yang tidak tahu malu ini bisa belajar darimu.”

Mendengar itu, siapa pun yang ada di sana bisa langsung mengerti: Nyonya Tua Su sedang membela cucunya.

“Sayang sekali, Nenek Su. Saya tidak punya kelebihan apa pun, juga belum pernah kuliah.”

Luo Wan teringat bahwa sejak belasan tahun ia sudah mempelajari semua pelajaran universitas secara otodidak. Keahlian- keahlian lain yang ia pelajari saat di perbatasan pun tidak pernah ia buatkan sertifikat karena khawatir menimbulkan masalah.

Di mata orang -orang ini, mungkin ia dianggap tidak bisa apa -apa.

Namun Luo Wan menjawab dengan tenang dan tegas, sedikit pun tidak tampak takut dipermalukan.

“Jadi benar- benar tidak bisa apa- apa ya?”

“Kalau begitu nanti kamu harus banyak belajar dari Yunwei, jangan sampai mempermalukan keluarga Sheng.”

“Yunwei kami ini mahasiswa dari Universitas Jinghua, sekarang sedang merancang perhiasan sendiri. Waktu itu bahkan dapat penghargaan dalam kompetisi, lho.”

Dengan satu hinaan dan satu pujian, Nyonya Tua Su menyiratkan bahwa cucu menantu keluarga Sheng ini hanyalah bunga tanpa isi.

Nyonya Tua Sheng sebenarnya sangat mengagumi ketenangan Luo Wan, tapi bagaimana pun ia tak bisa membiarkan orang lain menghina gadis kesayangannya.

Wajahnya pun langsung berubah tak senang, dan ia berkata dengan nada menyindir:

“Lao Su, Luo Wan ini cucu menantu yang sudah aku pilih. Sekalipun dia berasal dari pengemis, aku tidak akan keberatan.”

“Kita sudah bersahabat selama bertahun- tahun, jadi kalau bicara, tolong jaga sikap.”

1
Haha Haha
semoga cepat di ACC editor ya,,,😁😁
Gaara
Di sini sedang ada rombongan pembaca rame banget yang udah nggak sabar menanti kelanjutannya, thor cepat dong!
〤twinkle゛
Menyentuh hati.
_senpai_kim
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!