NovelToon NovelToon
Setelah Aku Pergi

Setelah Aku Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eys Resa

Follow IG othor @ersa_eysresa

Anasera Naraya dan Enzie Radeva, adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Namun tepat di hari pernikahan, sebuah tragedi terjadi. Pesta pernikahan yang meriah berubah menjadi acara pemakaman. Tapi meskipun begitu, pernikahan antara Ana dan Enzie tetap di laksanakan.

Namun, kebahagiaan pernikahan yang diimpikan oleh Ana tidak pernah terjadi. Karena bukan kebahagiaan yang dia dapatkan, tapi neraka rumah tangga yang ia terima. Cinta Enzie kepada Ana berubah menjadi benci di waktu sama.

Sebenarnya apa yang terjadi di hari pernikahan mereka?
Apakah Ana akan tetap bertahan dengan pernikahannya atau menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Egois

Ana kembali ke kamarnya, namun dia tidak berganti pakaian. Dia hanya duduk di tepi ranjang, tangannya terkepal di pangkuan. Seluruh energi yang dia dapatkan dari pekerjaan barunya tadi siang kini menguap, tergantikan oleh rasa dingin yang menusuk. Dia mendengar suara tawa di lantai bawah. Tawa Enzi, dan tawa seorang wanita yang terdengar begitu renyah dan percaya diri.

"Mbak Ana, Tuan dan tamunya sudah di meja makan," suara Bi Darmi terdengar ragu dari balik pintu.

Ana menarik napas panjang, memejamkan mata sejenak, lalu membukanya. Tatapannya kini tajam. Dia bangkit dan berjalan keluar kamar.

Di lantai bawah, pemandangan itu persis seperti yang dia bayangkan. Amel—tinggi, langsing, dengan rambut hitam legam yang kontras dengan kulit porselennya—duduk di meja makannya seolah dia adalah pemilik rumah. Dia mengenakan dress kasual namun mahal yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Enzi duduk di hadapannya, tersenyum—senyum tulus yang sudah lama tidak Ana lihat.

"Ah, Ana. Sini," panggil Enzi, senyumnya sedikit memudar melihat ekspresi istrinya. "Ana, kenalkan, ini Amel. Teman lamaku."

Amel berdiri, mengulurkan tangan langsingnya. "Senang akhirnya bertemu denganmu, Ana. Enzi... dulu sering sekali bercerita tentang banyak hal."

Ana menyambut uluran tangan itu, genggamannya dingin dan singkat. "Selamat datang di rumah kami."

Makan malam berlangsung dalam kebekuan yang menyiksa. Setidaknya bagi Ana. Enzi dan Amel tenggelam dalam nostalgia. Mereka berbicara tentang London, Milan, tentang pemotretan yang gagal, dan pesta-pesta glamor. Ana hanya duduk diam, menjadi penonton di drama masa lalu suaminya.

"Kau ingat saat kita nekat ke Paris hanya dengan sisa uang beasiswa?" Amel tertawa, matanya berbinar menatap Enzi.

"Dan kita akhirnya makan baguette selama tiga hari," timpal Enzi, ikut tertawa.

Ana meletakkan sendok dan garpunya.

Melihat itu, Enzi seolah tersadar. "Oh, Amel. Sudah larut sekali. Kurasa lebih baik kau menginap di sini saja malam ini. Bahaya menyetir sendirian. Lagipula banyak kamar tamu yang kosong," ujar Enzi santai.

Seketika, Ana menegakkan punggungnya. Suasana yang tadi riuh oleh tawa mendadak hening.

"Dia tidak akan menginap di sini," desis Ana. Suaranya pelan, namun tajam seperti pisau.

Enzi menoleh, kaget. "Ana, apa maksudmu? Dia tamuku—"

"Dia tamumu, tapi ini rumahku juga," potong Ana, matanya menatap lurus ke arah Amel. "Aku tidak nyaman ada tamu wanita asing yang tidak aku kenal menginap di rumahku. Kau bisa memesankannya hotel."

Wajah Enzi memerah karena malu dan marah. Ini pertama kalinya Ana membantahnya di depan orang lain. "Ana, jangan kekanakan! Amel temanku!"

Amel, yang sedari tadi hanya mengamati, tiba-tiba tertawa kecil, memecah ketegangan. "Ya ampun, Enzi. Santai saja. Tentu saja aku tidak akan menginap," katanya, sambil meraih tasnya.

"Ana benar, aku ini orang asing baginya. Wajar kalau dia tidak nyaman," lanjut Amel, suaranya terdengar begitu pengertian, seolah dialah korban yang bijaksana. "Aku sudah pesan kamar di hotel, kok. Tadi hanya basa-basimu saja, kan?"

Enzi tampak serba salah. "Bukan, Mel, aku serius. Tapi..."

"Tidak apa-apa," Amel berdiri. "Antar aku ke hotel, ya, Zi? Barang-barangku masih di mobilmu. Kita bisa selesaikan obrolan kita di jalan."

Enzi menatap Ana dengan marah, lalu bangkit. "Tentu. Ayo."

Tanpa sepatah kata pun pada Ana, Enzi mengantar Amel keluar. Ana hanya duduk mematung di meja makan, mendengarkan suara mobil yang menjauh.

Di dalam mobil, Enzi menyetir dalam diam. Rahangnya mengeras.

"Maafkan aku, Mel. Soal sikap istriku," ujar Enzi akhirnya.

Amel tersenyum tipis, tangannya menyentuh lengan Enzi sekilas. "Tidak apa-apa, Zi. Pengantin baru memang begitu. Posesif. Wajar," katanya lembut. "Lagi pula aku hanya beberapa hari di Indonesia. Setelah fashion week selesai, aku kembali ke Milan. Aku hanya ingin memastikan sahabat lamaku ini baik-baik saja."

Kelembutan dan pengertian Amel terasa kontras dengan sikap dingin Ana di rumah. Enzi menghela napas. "Terima kasih pengertiannya."

Enzi mengantar Amel sampai ke lobi hotel mewah. Dia tidak ikut naik. Setelah memastikan Amel check-in dengan aman, dia kembali ke mobil. Dia tidak langsung pulang. Dia butuh udara. Dia menyetir tanpa tujuan selama hampir dua jam, membiarkan kemarahan dan kebingungannya mereda.

Jam menunjukkan pukul 1:30 pagi ketika mobil Enzi akhirnya masuk ke garasi. Rumah sudah gelap total. Dia membuka pintu pelan-pelan. Sunyi. Dia tahu Ana pasti menunggunya di kamar, siap untuk melanjutkan perdebatan.

Tapi Enzi terlalu lelah. Lelah menghadapi Amel, lelah menghadapi Fabian, dan terutama, lelah menghadapi Ana. Dia tidak ingin bertengkar malam ini.

Dia berbelok, tidak menaiki tangga menuju kamar utama. Sebaliknya, dia masuk ke kamar tamu di lantai bawah, menutup pintu pelan, dan menguncinya.

Pagi harinya, Ana terbangun sendirian. Sisi tempat tidur Enzi masih rapi dan dingin, sama seperti pagi sebelumnya. Dia tahu Enzi sudah pulang; dia mendengar suara mobilnya, samar-samar. Dia juga tahu Enzi tidak tidur di kamar mereka.

Dengan hati yang berat, Ana turun untuk sarapan. Dia menemukan Enzi sudah duduk di meja makan, lengkap dengan setelan kerjanya, membaca berita di tabletnya.

Ana duduk di seberangnya. Bi Darmi menyajikan kopi untuk mereka berdua dengan gugup, lalu cepat-cepat menyingkir. Keheningan di antara mereka begitu pekat.

"Kau tidur di kamar tamu," ujar Ana, memulai. Itu bukan pertanyaan.

Enzi tidak mengangkat wajahnya dari tablet. "Aku tidak ingin berdebat tadi malam."

"Tapi kita akan berdebat sekarang," balas Ana. "Untuk apa kau membawanya ke sini, Enzi?"

Enzi akhirnya meletakkan tabletnya dengan kasar. "Dia temanku, Ana! Sudah berapa kali harus kukatakan? Kau benar-benar membuatku malu semalam!"

"Aku membuatmu malu?" Ana tertawa sinis. "Kau yang melarangku bekerja, mengurungku di rumah ini dengan alasan cemburu pada Fabian, tapi kau dengan santainya membawa cinta pertamamu makan malam di meja makanku? Dan bahkan memintanya menginap?"

"Jangan samakan Amel dengan Fabian!" bentak Enzi. "Amel kembali sebagai teman! Dia tidak punya niat buruk! Sedangkan Fabian, dia mendekatimu untuk menghancurkanku!"

"Kau tahu dari mana dia tidak punya niat buruk?" tantang Ana, suaranya mulai bergetar. "Kau tahu dari mana dia 'hanya teman'? Dari cara dia menatapmu? Dari cara kalian bernostalgia seolah aku tidak ada di sana?"

"Cukup, Ana!"

"Belum!" Ana berdiri, tangannya memukul meja. "Kau menuduhku berselingkuh hanya karena aku ingin bekerja. Kau menyalahkan keluargaku atas kematian orang tuamu. Kau mengurungku! Tapi kau sendiri? Kau bebas bertemu masa lalumu kapanpun kau mau? Kau pikir pernikahan ini hanya tentang egomu, Enzi?"

Enzi ikut berdiri, menatap Ana dengan mata menyala. "Kau istriku! Seharusnya kau tahu posisimu! Kau seharusnya mendukungku, bukan malah mempermalukanku di depan temanku!"

"Posisiku?" ulang Ana, suaranya pecah. "Posisiku adalah istrimu! Bukan tahananmu! Kalau kau memang masih mencintainya, kenapa kau menikahiku, Enzi? Kenapa?!"

Pertanyaan itu menggantung di udara. Enzi terdiam, rahangnya mengeras, tidak bisa—atau tidak mau—menjawabnya.

1
Rohmi Yatun
😭😭😭 kok jd mewek baca di part ini..
Fazira Aisyah
mesti aku geram bgt sama si enzi, tp part ini bikin aku mewek juga 😭
Akasia Rembulan
penyesalan yg tak berakhir..move on Enzie
Titin Maryati
iya thor lanjut semangat👍💪🙏
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪
Fazira Aisyah
sebelum kena buly para readers, Othor sudah kasih notice duluan 😄
Eys Resa: bener weh, ga sanggup kalo kena bully bikin othor down. padahal alur cerita udah di buat sejak awal, bakal gini... gini... gini... nanti. 😂😂😂
total 1 replies
Blu Lovfres
junior enzi launching 😁🤣
Sumar Sutinah
aku suka ceritamu thor g bertele tele, 👍👍👍❤️
Sunaryati
Wak kau ternyata amazing Ana, dan untuk Enzi turuti kata Arvin. Memang kesalahan kamu besar dan fatal, tebus kesalahan dengan jadi pribadi lebih baik Terima karnamu. Thoor emak menunggu karna Amel, yang selalu memprovokasi Enzi
Fazira Aisyah
Apakah Fabian dan Ana akan di takdirkan saling jatuh cinta Thor?.., ditunggu kelanjutan nya 😘
Sunaryati
Semangat dan sukses Sera Valencia
Hana Roichati
lanjut upnya kak, 👍👍
Wahyuningsih
haaaaaa karma lngsung d byr tunai buat enzi kacian deh lu ma2m tuh penyesaln d tnggu upnya thor yg banyklh thor trs tiap hri jgn pelit2 lah thor klau up sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪 dlm upnya 😁😁😁
Eys Resa: hehehe, terima kasih doanya. kadang kesibukan di dunia nyata yang ga bisa di prediksi kk. 🙏🏼
total 1 replies
Sunaryati
Ternyata di belakang Ana ada Fabian. Pelarian yang menakjubkan. Semoga tercapai apa yang kau impikan, Nak Ana.
Arin
Tuhkan ada Fabian di balik rekayasa kecelakaan Ana.... Sekarang lebih baik menjauh dari masalalu. Dan hidup dengan nama yang baru, yang bisa bebas jari dirimu sendiri. Tanpa terkekang dengan Enzi
Biar Enzi hidup dalam penyesalan nya.
Arin
Sekarang menyesal...... terus bagaimana nasib Amel setelah ditinggal Ana?? Apa benar menjadikan Amel pengganti Ana? Gitu kok ya katanya menyesal???
Sunaryati
Tamu kesayangan kamu kok tidak datang di pemakaman istrimu yang malang
Sunaryati
Penyesalan kamu tak ada gunanya, Enzi. Apa kamu belum melihat surat yang ditinggalkan Ana untukmu.
Blu Lovfres
arvin lah skenario nya
😁🤣
dobel up thor sekali" tak tiap hari jg🤭🥰🥰 thank you thor 🙏🥰
Rohmi Yatun
apakah ini benar2 skenario ana.. ato kecelakaan beneran.. haduuhh jd deg2an... lanjut thor.. double up dong🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!