Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.
Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.
Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.
Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?
Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Saat keduanya sedang mengobrol di ruang TV, tiba-tiba Zidan pulang dan membuka pintu tanpa menekan bel lebih dulu hingga membuat kedua istrinya itu menoleh secara bersamaan.
"Assalamualaikum, kalian belum tidur?" tanya Zayn setelah menutup pintu.
"Waalaikumsalam," sahut keduanya juga secara bersamaan.
Zidan yang melihat itu pun menatap kedua wanita itu secara bergantian dengan senyuman. Ia lalu melangkah mendekati Fahira dan duduk di sebelah istri tercintanya itu.
"Gimana, Bang? Apa sudah mengatakannya pada, Ibu?"
Mendengar pertanyaan Fahira, Zidan tersenyum simpul dan mengusap bahu istrinya dengan lembut. Sedangkan Viola yang melihat kemesraan itu tersenyum masam.
"Senang rasanya jika aku benar-benar mempunyai suami seperti dia. Mbak Fahira sangat beruntung. Meski tidak bisa mempunyai keturunan, tapi mendapat suami sepertinya adalah impian semua wanita," gumam Viola dalam hati.
"Alhamdulillah, Ibu menerima keputusan Abang dengan baik. Dan besok pagi kita akan pindah ke sana," sahut Zidan sambil melirik Viola.sekilas.
"Awalnya Ibu marah dan tidak terima, tapi setelah aku memberikan sedikit pengertian, akhirnya Ibu mau menerimanya," sambungnya lagi.
"Kalau boleh tahu, seperti apa latar belakang Ibu Tuan Zidan? Ya, sedikit berjaga-jaga saja. Siapa tahu ada yang mencari masalah denganku."
Zidan dan Fahira yang mendengar pertanyaan Viola saling pandang. Keduanya tidak bisa menjelaskan seperti apa ibunya. Jika dijelaskan, itu adalah ibu kandung Zidan.
"Nanti kau bisa lihat sendiri bagaimana dan seperti apa ibu mertua kita," ucap Fahira tenang.
Zidan yang mendengar jawaban Fahira hanya menghela napas dalam dan menunduk. Ibunya memang sudah sedikit keterlaluan dan terlalu ikut campur dalam rumah tangga putranya.
Zidan sudah menasihatinya berulang kali, tapi ia tahu, sifat manusia tidak bisa diubah seperti membalikkan telapak tangan. Semua itu tergantung pada niat orang itu sendiri.
Setelah cukup lama berbincang, mereka akhirnya memilih untuk beristirahat, karena besok pagi harus bersiap pindah ke rumah orang tua Zidan.
~~
Zidan dan Fahira sudah berada di dalam kamar. Keduanya kembali saling memadu kasih di atas ranjang sampai beberapa kali. Hal itu membuat tenggorokan Zidan sedikit kering. Ia lalu keluar untuk mengambil air minum.
Baru sampai dapur, Zidan melihat Viola sedang mengiris buah karena lapar. Untuk memasak, ia sudah malas. Zidan yang melihat Viola di sana lalu menyapanya.
"Kau belum tidur?"
"Belum, aku lapar," sahut Viola sambil sesekali menoleh menatap Zidan yang tanpa baju dan hanya mengenakan celana boxer.
"Kenapa tidak makan nasi saja? Masih ada, kan, sisa makan malam tadi?" tanya Zidan lagi sembari meneguk air putih.
"Tidak, nanti aku bisa gendut."
Mendengar jawaban Viola membuat Zidan terkekeh.
"Ada-ada saja. Memangnya kenapa kalau gendut?"
"Kalau aku gendut, nanti kau menceraikan aku karena aku sudah tidak menarik lagi, Tuan Zidan yang tampan."
Viola mengucapkan itu sambil melangkah mendekat pada Zidan dan membuat Zidan melangkah mundur hingga membentur keramik dapur, menelan salivanya dengan kasar. Viola menatap kedua mata Zidan dengan intens dan mengusap dada bidang pria itu dengan lembut, membuat Zidan semakin sulit bergerak.
"Apa kau tidak ingin menyentuhku walau hanya satu malam, Tuan Zidan?" ucapnya lirih, menahan gairah.
Viola yang memang mantan kupu-kupu malam dengan lihai membuat pria itu tidak berkutik. Ia semakin mendekatkan wajahnya dan hampir mencium bibir Zidan. Saat jarak mereka tinggal lima sentimeter, terdengar suara pintu kamar Zidan terbuka, membuat keduanya kelimpungan.
"Bang!"
"Ya! Kenapa, Sayang?" tanya Zidan yang sedang menaruh air putih ke dalam gelas.
"Lama banget ambil airnya?"
Fahira menatap sekitar dan melihat ada buah di atas piring yang sudah dikupas, masih bersama pisaunya.
"Abang makan buah? Abang lapar?" tanya Fahira lagi, membuat Zidan tersenyum gugup.
"Iya, aku tadi mengupas buah dulu karena lapar. Berolahraga malam denganmu membuat aku kelaparan dan kehabisan tenaga."
Mendengar ucapan Zidan membuat Fahira tersipu. Kini buah itu dilahap habis oleh Zidan dan Fahira, lalu keduanya kembali ke kamar. Zidan bisa bernapas lega, setidaknya Fahira tidak melihat adegan tadi saat bersama madunya.
Sedangkan Viola yang tadi mendengar suara pintu kamar Fahira terbuka segera berlari masuk ke kamarnya yang dekat dapur, meninggalkan Zidan di sana tanpa membawa buah yang sudah ia kupas.
Setelah mendengar Zidan pergi, Viola.kembali keluar menuju dapur dan melihat piring berisi buah sudah kosong, hanya tersisa kulitnya saja beserta pisaunya.
"Ya ampun, aku yang kupas, mereka yang makan! Hhh--- sudahlah, aku lebih baik tidur saja!"
Viola akhirnya berbalik kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan menahan laparnya. Ia sudah tidak berselera mengupas buah lagi.
Pagi harinya, Fahira memasak nasi goreng spesial untuk sarapan. Di apartemen yang hanya ditinggali oleh suami dan madunya, membuat Fahira bebas memakai pakaian yang ia inginkan.
Biasanya di rumah mertua, ia hanya memakai pakaian terbuka di dalam kamar saja, dan itu pun jika bersama suaminya. Pagi ini, ia ingin penampilannya sedikit berbeda.
Fahira mengenakan kaus tank top dan celana legging panjang warna hitam. Rambut panjangnya yang masih basah ia gerai begitu saja, membuat wajahnya tampak berbeda. Zidan yang tidak tahu Fahira berpakaian seperti itu langsung terhenti langkahnya, menatap istrinya dari atas hingga bawah dengan tatapan penuh tanya.
"Aira!"
Fahira menoleh dengan senyuman tanpa polesan makeup, membuat Zidan menelan salivanya sedikit kasar. Baru saja selesai mandi, sudah kembali dihadapkan dengan istrinya yang berpenampilan menggoda imannya.
"Kenapa, Bang? Aku bukan hantu, Bang. Duduklah, Aira siapkan dulu nasi gorengnya."
Fahira dengan cekatan menyiapkan nasi goreng di atas piring khusus untuk suami tercinta. Sedangkan Viola yang semalam tidak bisa tidur membuatnya bangun kesiangan dan tidak bisa menyiapkan sarapan seperti biasanya.
Viola keluar dari kamarnya masih dengan pakaian seksinya seperti semalam. Ia memakai tank top tanpa lengan hingga pusarnya terlihat, serta hot pants yang membuat tatapan Fahira tajam melihatnya.
"Viola!"
Viola terdiam. Ternyata sudah ada Fahira dan Zidan yang sedang duduk di meja makan untuk sarapan. Viola yang tidak mengerti dengan tatapan Fahira itu memilih tidak meperdulikannya.
"Ah, maaf. Aku bangun terlambat. Semalam tidak bisa tidur."
"Ehem!"
Zidan berdehem saat Viola menjawab pertanyaan Fahira. Semalam masih menggunakan pakaian itu, Viola menempelkan dadanya yang berisi di dada bidang Zidan, membuat Zidan terbayang-bayang atas perilakunya itu.
Tanpa merasa bersalah, Viola mengambil piring kosong, lalu mengambil nasi goreng yang sudah dimasak oleh Fahira dan melahapnya tanpa minum lebih dulu.
Tingkah bar-bar Viola membuat Zidan hanya bisa menggelengkan kepala dengan senyum tipis di bibirnya. Memiliki dua istri dengan sikap dan tingkah yang berbeda sudah cukup membuat dirinya pusing.
Apalagi jika nanti harus tinggal satu rumah dengan ibunya. Akan seperti apa jadinya rumah itu?
Fahira yang sudah melihat Viola selesai makan kemudian mengajaknya bicara.
"Viola, boleh aku bicara?"
"Boleh, silakan," sahut Viola sambil menggigit buah di dalam mulutnya.
"Nanti, jika di rumah Ibu, tolong jaga penampilanmu. Jangan seperti ini. Itu sangat tidak sopan," ucap Fahira dengan sedikit nada penekanan.
"Tidak sopan? Lalu bagaimana dengan penampilan Mbak Fahira sekarang? Apa itu dikatakan sopan?" balasnya sedikit menantang.
"Aku---"
"Sudah, sudah! Masih pagi, jangan berdebat," potong Zidan.
"Vio, Fahira benar. Dia selama tinggal di rumah Ibu tidak pernah berpenampilan seperti ini. Dia di sana selalu berpakaian lebih tertutup meski tidak memakai hijab. Kau kan sudah kubelikan piyama tidur. Pakailah itu jika sedang berada di sana. Tapi kalau di dalam kamar, terserah, kau bebas memakai apa saja yang kau inginkan."
Mendengar Zidan membela Fahira membuat Viola sedikit kesal. Ia hanya diam dan menatap Fahira tajam, lalu berdiri dari duduknya dan menghentakkan kaki di lantai, memberi tanda bahwa ia marah pada suaminya itu.
...----------------...
**Bersambung**....
ko jadi gini y,,hm
jalan yg salah wahai Zidan,emang harus y ketika kalut malah pergi k tempat yg gak semestinya d datangi,Iyu mah sama aja malah nyari masalah..
dasar laki laki
drama perjodohan lagi