NovelToon NovelToon
Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:596
Nilai: 5
Nama Author: Rosy_Lea

Erik koma selama 3 Minggu, setelah jatuh & terjun bebas dari atas ketinggian pohon kelapa, namun selama itu pula badannya hidup & berinteraksi dengan keluarga maupun orang-orang di sekelilingnya, lalu siapa yang mengendalikan dirinya jika jiwanya sedang tak bersama raganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosy_Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apartemen belakang rumah

Dia diam, kayak lagi narik ingatan, lalu pelan-pelan jawab,

“Aku inget tidur di villa, terus apa ya.. Mimpi apa ya, kayak ada di tanah lapang, liat ada cahaya… .”

Aku liatin dia lama... Suami ku yang ini beda. Pak Su yang sekarang kayak lagi mode waras. Diajak ngobrol nyambung, tenang, nggak emosian kaya kemarin-kemarin.

Aku tanya pelan,

“Di tanah lapang itu kamu ngapain, Mbeeb?”

Dia jawab singkat,

“Ya nggak ngapa-ngapain... aku cuma ngerasa ada di tempat yang luas, lapang banget... sendiri, terus aku lihat cahaya.”

Aku lanjutin nanya,

“Nggak ada siapa-siapa di sana?”

Dia geleng pelan.

“Nggak ada.”

Dalam hati, pikiranku muter terus, kaya kaset rusak muter ulang. Sebenarnya, apa sih yang bener-bener terjadi sama Pak Su ini?

Dia tuh beneran nggak inget sama sekali kejadian setiap hari selama tiga minggu ini? Gara-gara kepala kebentur dari ujung pohon kelapa terus memorinya ke-reset tiap hari, jadi tiap bangun selalu tanya hal yang sama: “Aku kenapa?” “Ini kenapa?” Atau jangan-jangan... dia baru sadar beneran hari ini, baru bener-bener ‘bangun’?

Lha terus, yang selama tiga minggu ini hidup bareng aku itu siapa? Yang marah-marah, yang nyentak tiap hari, yang nyakitin mental tiap jam... siapa dong? Aku langsung merinding disko mikirinnya, sumpah.

Tapi yang jelas, aura Pak Su hari ini tuh beda. Bener-bener beda. Lebih adem, lebih waras, lebih tenang, ya kaya suamiku aslinya... atau ini cuma fase lagi? Entahlah.

"Aduuuuh..."

Tiba-tiba terdengar keluhan lirih dari pak Su, refleks aku buru-buru tahan tangannya.

Pak Su mencoba mengulurkan tangan kanannya, niatnya mau ambil gelas minum sendiri.

"Mbeeeb, sini aku bantu ya... Jangan dipaksain dulu, tanganmu belum kuat."

Aku ambil gelasnya, lalu suapin pelan-pelan. Dia diam aja, kayak masih belum terima kondisi tubuhnya yang sekarang.

Lalu dia menatapku dalam-dalam,

"Aku beneran udah tiga minggu kayak gini aja, Yu? Nggak bisa ngapa-ngapain?"

Aku angguk pelan sambil tersenyum,

"Iya Mbeeeb… Alhamdulillah banget loh tapi, segini aja udah kemajuan luar biasaaa mbeeb! Nih tinggal nambahin jurus semangat 45 sama power ngunyah nasi, pasti bisa pulih lagi. Tenang, aku fans nomor 1 kamu kok.. tim penyemangat paling setiaa!"

Kataku sambil berbinar penuh semangat, biar suasananya nggak tambah mellow dan dia nggak makin baper. Harus tetep ceria, biar dia juga semangatnya ketularan!

Dia geleng pelan, matanya sayu, ekspresinya campur aduk, sedih, bingung, nggak percaya. Kaya belum bisa nerima kenyataan tubuhnya sendiri

Aku duduk lebih dekat, pegang tangannya lembut. Walau hati remuk, tapi mulutku tetap tersenyum lebar. Karena kadang yang di butuh bukan jawaban, cuma ditemani.

Pak Su lanjut makan, dia masih merasa asing sama keadaannya, tapi mencoba terbiasa, sesekali geleng-geleng kepala sambil tolah toleh.

Mungkin pak Su lagi nyari kepastian, bener nggak sih dia udah berbaring terus selama tiga minggu. Jadi dia liat-liat sekitar, nyari sesuatu yang berubah, entah posisi barang, suasana rumah, atau raut muka orang-orang, biar bisa ngeh ini bukan mimpi.

Kadang emang gitu besty, pas sadar dari kondisi nggak sadar, otak butuh bukti nyata buat ngeklik sama kenyataan.

Matanya ngelirik ke arah kamar, liat mamahnya lagi sibuk ngelipetin baju.

"Ma... makan ma..." katanya manggil pelan.

"Iya Rik, ayo lanjuut aja... mama lagi lipetin baju dulu, udah numpuk ini," jawab mamahnya sambil tetap sibuk.

"Mama udah makan belum?"

"Udah tadi bareng bapak," jawab mama santai.

Sejak kejadian waktu itu, mama sempat dibentak sama Pak Su, pas semua orang lagi berusaha ngebujuk buat kontrol. Pak erwe pak erte pada turun singgasana semua ikut ngebujuk, mama jadi kelihatan jaga jarak. Lebih banyak diam, nggak banyak ngomong, kaya masih nyimpan rasa.

Ya mungkin, serpihan-serpihan sedihnya masih berserakan... belum sempat disapu tuntas dari hatinya.

Setelah selesai makan, tiba-tiba Pak Su nyeletuk, “Eh, bebek-bebek di belakang gimana nasibnya?”

Aku langsung ketawa kecil, “Baru inget sekarang, Mbeeb? Mereka aman, masih rajin bersuara tiap pagi kok.”

Dia ngangguk-ngangguk pelan sambil senyum tipis, mungkin lega bebek-bebeknya nggak ikut stres kaya tuannya.

"Udah pada dikasih makan belum?" tanya Pak Su.

"Udah, Mbeeb, tenang aja," jawabku santai.

"Mereka makan apa?" Waktu itu kan stok pakan nya hampir habis."

"Banyak kok, udah distok-in, makanannya masih ada setengah karung. Aman terkendali!"

Kataku sambil senyum biar Pak Su nggak kepikiran terus.

Hahaha, suamiku emang agak laen! Nggak ada dua nya. Tanya bebek duluan, anak kandungnya disimpen belakangan, ini baru level suami beneran, sayang bebek setara anak!

Tiba-tiba....

“Ya udah, aku mau lihat bebek ah,” katanya sambil coba geser badannya.

Aku langsung refleks, “Eh eh eh sabar dulu Mbeeb!" buru-buru ku cegah.

belom juga bisa berdiri malah mau inspeksi kandang, hadeehhh.

“Gimana coba mau lihatnya susah, kamu kan belum bisa jalan. Berdiri aja belum kuat mbeeb, baru bisa geser-geser doang, mau nengok kandang bebek gimana ceritanya?”

Dia manyun, “Heleh… ya pengin liat aja…”

"Bisa, bisa!" Pak Su tetap ngotot pengen sowan ke kandang bebek, nggak bisa di bujuk.

Dia coba geser badannya pelan-pelan, seret-seret dengan semangat tujuh lima penuh perjuangan.

“Lihat, kan bisa!” katanya sambil berbinar. Meski keringat udah mengucur deras dari ujung kepala sampai banjir di badan-badan, dia tetap semangat!

Aku ngilu lihatnya, pasti pak Su nahan sakit luar biasa. Tapi dia tetap berusaha geser badan pelan-pelan, seret-seret dengan penuh perjuangan ke arah dapur ninggalin ruang tamu.

Kaki kanannya masih kaku, katanya berat banget dan ngilu di bagian pinggul.

Aku terus dampingi, sambil bantuin sedikit demi sedikit. Akhirnya, dengan perjuangan penuh, kita sampai juga di pintu belakang yang jadi batas antara rumah dan area kandang bebek.

Dia lihat para bebek sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, mondar-mandir sana sini, udah kayak setrikaan lagi di pake.

Cuma, apartemen bebeknya lagi nggak steril, banyak bulu berserakan, mutiara yang mereka hasilkan terhampar di mana-mana, wanginya semerbak menyambut kehadiran kita berdua, mencemari pemandangan juga jadi kurang estetik.

"Kandangnya kotor, Yu..." katanya.

"Iya, Mbeeb, aku nggak sempat bersihin tiap hari, paling cuma kasih makan pagi sama sore.

Kalau bersihin kandang, butuh waktu lama, kan aku harus standby dekat kamu terus, Mbeeb. Kalau aku pergi sebentar aja, langsung dicariin." jawabku.

“Maa, mamaaa...”

Dia langsung panggil mamanya yang lagi di dalam.

Mama mertua buru-buru nyamperin, mukanya sudah bingung, kayaknya takut ada apa-apa lagi.

“Ada apa, Rik?”

“Bapak mana, Ma?”

“Lagi di kebun, kayaknya. Mau dipanggilin?”

“Iya, Ma, panggilin ya.”

Mama mertua langsung berbalik badan, buru-buru keluar rumah nyusulin Bapak ke kebun. Langkahnya cepat, kaya lagi bawa misi penting.

1
Odette/Odile
Hebat deh penulisnya!
ナディン(nadin)
Dapet insight baru dari cerita ini
Rosy_Lea: Alhamdulillah, semoga insight-nya bermanfaat ya besty.. dan bisa jadi penguat juga buat jalanin hari-hari 💖✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!