Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ikatan penuh Dosa
Pagi itu, langit tampak cerah seolah tak tahu bahwa seseorang tengah menyiapkan langkah untuk kebohongan besar berikutnya.
Bayu berdiri di depan cermin mengenakan kemeja putih rapi dan jas abu-abu. Wajahnya tenang, tapi matanya kosong. Sekar berdiri di belakangnya, membantu menyiapkan koper kecil berisi pakaian yang ia pikir akan digunakan suaminya selama perjalanan dinas satu minggu ke luar kota.
“Mas, semua udah siap. Aku juga udah masukin obat vitamin dari dokter, ya,” ucap Sekar lembut sambil menatap Bayu lewat pantulan cermin.
Bayu menoleh, tersenyum tipis. “Terima kasih, Sekar. Kamu selalu perhatian.”
Sekar tersenyum kecil, meski hatinya terasa aneh. Ada sesuatu dalam tatapan Bayu dingin, seperti orang yang hendak pergi jauh tanpa benar-benar ingin kembali.
Tak lama kemudian, suara klakson pelan terdengar di depan rumah. Joni, sopir keluarga, sudah menunggu di mobil.
Bayu mengambil koper dan menatap Sekar sekali lagi. “Aku pergi dulu, ya. Jaga dirimu.”
Sekar mengangguk pelan. “Hati-hati, Mas. Jangan lupa kabar aku kalau udah sampai.”
Bayu hanya tersenyum samar, lalu melangkah keluar tanpa banyak bicara.
....
Perjalanan dengan Joni.
Mobil melaju tenang melewati jalanan kota yang mulai ramai. Joni, seperti biasa, berusaha membuka obrolan ringan.
“Pak, ini langsung ke bandara, ya?” tanyanya sambil melirik lewat kaca spion.
Bayu diam sejenak, lalu menjawab tenang, “Tidak, Jon. Antar saja aku ke alamat ini.”
Ia menyerahkan secarik kertas kecil berisi alamat rumah di pinggiran kota.
Joni menatap lewat spion, sedikit heran. “Oh, baik, Pak.”
Ia tak berani bertanya lebih jauh meski rasa ingin tahu sempat muncul, " siapa yang tinggal di alamat itu?
Setelah perjalanan sekitar empat puluh menit, mobil berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya modern minimalis. Pagar besi hitam tinggi, tampak sepi dari luar.
Bayu menatap rumah itu lama, lalu menoleh pada Joni.
“Jon, kamu nggak perlu tunggu saya. Nanti ada teman yang jemput. Kamu langsung pulang aja, ya.”
Joni mengangguk sopan. “Baik, Pak. Kalau nanti Bapak butuh dijemput tinggal kabari saya.”
“Ya, nanti saya kabari.”
Begitu mobil Joni beranjak pergi, Bayu berdiri di depan gerbang dengan tatapan berat. Beberapa detik kemudian, pintu pagar terbuka pelan.
Dari dalam, muncul sosok Alira, dengan senyum tipis yang menggoda namun mengandung bahaya.
“Kau datang juga, Bayu…” katanya pelan.
Bayu menarik napas panjang, menahan rasa muak di dada.
“Aku sudah di sini. Mari kita bicarakan semuanya,” jawabnya datar.
Pintu pagar tertutup kembali menyembunyikan dua jiwa yang akan terikat dalam pernikahan penuh dosa dan tipu daya.
***
Sementara itu, di rumah Pratama.
Sekar tengah menyapu teras ketika suara mobil berhenti di depan pagar. Ia menoleh dan langsung tersenyum saat melihat sosok yang tak asing Rama dan istrinya Tania.
“Mas Rama! Mba Tania! Kalian datang?” seru Sekar sambil berjalan cepat menghampiri.
Tania tersenyum hangat, memeluk Sekar sejenak. “Iya, Sekar. Kami kangen aja, udah lama nggak ke sini.”
Rama mengangguk kecil. “Bayunya, ada?”
Sekar menggeleng pelan. “Mas Bayu baru aja berangkat ke luar kota tadi pagi. Katanya ada project yang harus ditangani langsung.”
Rama spontan menatap Sekar dengan sedikit heran, tapi cepat ia sembunyikan dengan senyum tipis.
“Oh begitu, ya? Ke luar kota…” gumamnya lirih, dalam hati bergemuruh.
“Keluar kota? Tapi di kantor tidak ada laporan perjalanan dinas. Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Bayu?”
Namun ia memilih tidak menunjukkan kecurigaannya di depan Sekar.
“Kalau begitu, ya sudah. Kita ngobrol-ngobrol aja sekalian, kan udah lama nggak kumpul begini,” ujarnya ringan.
Sekar mengangguk senang. “Iya, Mas. Aku malah senang banget kalian datang. Ayo masuk, aku siapkan makan siang, ya.”
...
Beberapa saat kemudian, mereka duduk di meja makan.
Tania dan Sekar mengobrol hangat tentang rumah, resep, dan keluarga, sementara Rama sesekali hanya diam menatap kosong ke arah luar jendela.
“Bayu… kamu ke mana sebenarnya?” pikirnya.
Sekar, yang ingin suasana tetap hangat, tiba-tiba berkata dengan nada lembut, “Mas Rama, mba Tania… menginap di sini aja malam ini, ya. Sudah lama kita nggak kumpul. Rumah juga sepi kalau cuma aku.”
Tania menatap Rama, lalu tersenyum. “Gimana, Mas? Sekali-sekali nggak apa-apa, kan?”
Rama menatap Sekar, lalu mengangguk pelan. “Baiklah. Kami menginap malam ini.”
Sekar tersenyum lega. “Alhamdulillah… aku senang banget. Nanti malam aku masakin makanan kesukaan Mas Rama, deh.”
Tania tersenyum lembut, begitu Rama, meski hati Rama penuh tanya.
***
di rumah Alira.
Langit berawan tampak murung, dan udara di sekitar rumah modern itu terasa dingin. Di ruang tengah, suasana sepi namun tegang. Sebuah meja kecil diatur sederhana tanpa kemeriahan, tanpa tamu, hanya dua saksi, seorang penghulu, dan dua insan yang duduk berhadapan dengan tatapan yang sulit dibaca.
Bayu duduk diam di kursi, mengenakan kemeja putih bersih, tanpa senyum, tanpa emosi. Di hadapannya, Alira tampak cantik dan berbahaya — mengenakan kebaya putih yang membalut tubuhnya dengan elegan. Senyum di wajahnya bukan senyum bahagia, melainkan senyum kepuasan yang penuh perhitungan.
Penghulu memulai dengan suara datar, membacakan ijab kabul.
Suara itu menggema pelan, lalu berhenti.
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, Bayu Pratama, dengan Alira Putri Ramadhani, dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas dibayar tunai.”
Bayu menatap tangan Alira yang terulur, dan dengan napas berat ia menjawab,
“Saya terima nikahnya Alira Putri Ramadhani dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai.”
Suara itu tenang, tapi matanya dingin seperti batu.
Seketika suasana hening. Penghulu mengangguk, menutup doa dengan singkat.
....
Usai beberapa menit, penghulu pergi.
di ruang tamu Alira menatap Bayu yang duduk di sofa ia menata lama, lalu tersenyum puas.
“Sekarang kita resmi, Bayu. Kamu milikku, bukan milik wanita polos itu.”
Bayu menatap balik, menelan rasa muak yang hampir menyesakkan dadanya. Namun bibirnya tersungging lembut memainkan peran yang sudah ia siapkan.
“Aku tahu, Lira. Mungkin memang ini jalan yang harus kulalui,” katanya datar.
Alira mengangkat alisnya, tak menyangka Bayu akan selembut itu.
Ia mendekat, menyentuh pipi Bayu dengan jemarinya yang berhiaskan cincin perak. “Begitu dong, Bayu. Kau tahu, aku hanya ingin kita seperti dulu lagi.”
Bayu menatapnya, dan untuk pertama kalinya ia mengelus tangan Alira dengan lembut, tapi di balik tatapan itu, ada rencana yang mulai terbentuk.
“Kalau ini bisa menenangkanmu, aku akan menuruti. Tapi beri aku waktu, Lira. Aku ingin semuanya berjalan tenang. Tanpa ancaman, tanpa kebencian.”
Alira tersenyum, mengira Bayu sudah benar-benar menyerah padanya.
Ia memeluk Bayu, membiarkan kepalanya bersandar di dada pria itu.
Sementara Bayu menatap kosong ke arah dinding, pikirannya dingin dan tajam.
“Permainan baru saja dimulai. Kau pikir aku akan benar-benar milikmu, Alira? Aku hanya butuh cukup waktu untuk membuktikan semuanya.”
***
Sementara itu, di rumah Bayu.
Sore mulai turun perlahan. Sekar duduk bersama Tania di ruang tamu. Meja di antara mereka dipenuhi teh hangat dan kue kecil.
Sekar tampak lebih tenang dibanding sebelumnya, meski masih ada raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan.
“Mas Bayu bilang seminggu, ya?” tanya Tania sambil menyeruput teh.
Sekar mengangguk pelan. “Iya, katanya proyek baru di luar kota. Aku percaya, meski entah kenapa… rasanya ada yang beda. Mas Bayu akhir-akhir ini seperti menyimpan sesuatu.”
Tania menatap Sekar dengan iba. “Kamu capek, ya? Aku tahu, kamu kuat banget, Sekar. Tapi jangan dipendam sendiri. Kalau ada yang aneh, kamu cerita ke aku aja, ya?”
Sekar tersenyum samar, meski matanya mulai basah. “Aku cuma takut, mba. Aku takut Mas Bayu… menjauh.”
Tania mengulurkan tangan, menggenggam jemari Sekar dengan lembut. “Dia cuma sibuk, Sekar. Kadang laki-laki memang suka diam kalau lagi banyak pikiran. Kamu sabar dulu, ya.”
Sekar mengangguk, berusaha percaya pada kata-kata itu meski hatinya terasa kosong.
...
Di sisi lain rumah, Rama berjalan pelan menuju lantai atas.
Langkahnya teratur tapi berat. Ia menyusuri koridor panjang menuju balkon, lalu berhenti di sana menatap langit senja yang mulai memerah.
Angin sore berhembus lembut, tapi pikirannya jauh dari tenang.
“Keluar kota, katanya… tapi aku tahu, tidak ada jadwal ke luar kota dari perusahaan. Jadi, ke mana sebenarnya kamu pergi, Bayu?”
Rama merogoh ponselnya, menatap nomor Ibu Arumi, mamah mereka, yang kini tinggal di luar negeri.
Jarinya hampir menekan tombol panggil, tapi ia mengurungkannya.
“Tidak… Mama sedang tenang di sana. Aku tak bisa membuat mereka cemas. Aku yang harus cari tahu sendiri.”
Ia memasukkan kembali ponselnya ke saku, menatap jauh ke horizon.
Di hatinya tumbuh kekhawatiran yang semakin kuat.
“Bayu… jangan sampai kamu masuk ke jalan yang sama seperti dulu. Jangan ulangi kesalahan masa lalu. Kembali berpacaran dengan Alira.”
Rama menghela napas panjang, lalu melangkah kembali ke bawah, berpura-pura tenang di depan Sekar dan Tania.
Namun dari sorot matanya yang dalam, jelas satu hal' ia tak akan diam saja.
Malam itu, Sekar tertidur lebih awal, Tania menemaninya di kamar tamu, sementara Rama duduk di ruang tamu sendirian, menatap foto keluarga yang tergantung di dinding.
“Kalau benar kau sembunyikan sesuatu, Bayu… aku akan cari tahu.”
cantik dan Sekar pun gosip lahh di dengar Arifal dong 😄😄
duhhh semoga pak Hasan selamat yaa biar kasih tau yang sebenarnya sama Bayu gmn hasil Tes DNA itu 🥲🥲
pst perbuatan Pelakor Stress si Alira bikin Pak Hasan kecelakaan 🥲🥲
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya kesayangan kuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
ehmmm jgn sampai Sekar jatuh cinta sama Arifal 😄😄
Sekar jgn percaya begitu saja sama Alira dong 🥲🥲 Bayu cuma di jebak 🥲🥲
Alira pelakor stress 😅😅😅
kasihan Sekar semoga Sekar percaya begitu saja sama perkataan Alira 🥲🥲
akhirnya Sekar bakal kerja di toko nya Arifal 😄😄
penasaran sama lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu lanjut kan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
penasaran dg lanjutannya..
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🥰💪💪
semoga nnt Sekar bisa kerja di Toko..
bagus juga Sekar Mandiri 😁😁
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn jika nnt Bayu tau yaa 😆😆
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap terus semangat ya Sayyy 🥰🤗💪💪🤗
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu Emak Ncingg si Gemoyyy tetap semangat Sayy 🤗🥰💪
penasaran dg lanjut nya gmn yaa nnt jika Bayu tau Sekar kecelakaan?? di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🤗🥰💪