NovelToon NovelToon
NIKAH PAKSA [Menghapus Fitnah]

NIKAH PAKSA [Menghapus Fitnah]

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Teen School/College / Bad Boy
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mellisa Gottardo

Sepasang remaja yang tidak saling kenal, berbeda latar belakang, berbeda keyakinan dan berbeda pola pikir. Harus di nikah-kan secara paksa, karena keduanya di tuduh berzina saat sedang berteduh di gubuk reyot.

Berawal dari Fitnah, benci dan ego. Bagaimana keduanya hidup dalam ikatan pernikahan?

Note : Berdasarkan imajinasi Author, selamat membaca :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit tak terperi

Aurora memperhatikan pelajaran dengan fokus, dia benar benar ingin sekolah dengan benar. Ini kesempatan bagus untuknya, dia bisa menjadi orang sukses jika dia serius belajar.

Dia sama sekali tidak melirik Alvian, dia benar-benar sibuk sendiri. Berkenalan dengan beberapa siswa dengan senyum palsu, dia tau sekolahnya tidak akan damai selama masih ada Cindy.

Di jam istirahat pertama, Aurora pergi ke kantin. Dia cukup terpana dengan kantin yang sangat besar, berbeda dengan kantin di sekolah SMP nya dulu.

"Wah disini gabisa makan mendoan tiga bilang satu." Batin Aurora.

Aurora membeli bakso dan es jeruk, dia duduk di bangku pojok dengan tenang. Mati-matian menahan getaran di tangannya karena grogi.

OMG! Alvian

Alvian

Kiw kiw...

Kak Cindy, Wahh cantik banget.

Katanya mereka putus

Paling hoax, mereka cocok banget.

Tapi bio Alvian ada nama cewe lain.

Iyakah? wah gosip hot nih.

Aurora melirik lelah, kenapa dia harus berada di lingkungan menyesakan ini. Dia harus menjadi figuran yang tegang, melihat suaminya digandeng perempuan lain.

"Ya allah, kuatkan hati hambamu ini." Batin Aurora.

Aurora merasa heran, karena gerombolan Alvian mendekat ke arah mejanya. Dia mulai merasa berdebar, ingin segera pergi dari sana. Tidak mau berinteraksi, dia merasa dadanya sesak.

"Kenapa mereka kesini, perasaan aku ngga enak nih." Batin Aurora, was-was.

"Heh anak baru, ini meja kita. Ngapain Lo disini." Bentak Cindy.

Aurora hanya melirik dengan tenang , tetap lanjut makan dengan tenang. Cindy merasa kesal, dia dengan sengaja menumpahkan bakso Aurora hingga jatuh dan berserakan di lantai.

"Lo ngga dengerin gue!!! jangan sok jagoan Lo disini." Bentak Cindy.

BUGH

Gubrakk

Pranggg

Sunyi, senyap, semua orang melongo tak percaya. Semuanya terjadi begitu cepat, Aurora dengan tampang imutnya menonjok Cindy dengan keras, hingga Cindy terpelanting di meja belakang, terkena kuah bakso dan makanan lainnya di lantai.

Cindy menatap Aurora dengan campuran terkejut dan marah. Berani sekali anak baru sepertinya, mempermalukan dirinya Seperti ini. Dia tidak terima, dia harus membalas penghinaan ini.

"BRENGSEK, DASAR PELAKOR!!." Bentak Cindy, keras hingga menggema di seluruh kantin.

Hah? Pelakor?.

Jadi dia rebut Alvian?

Wah drama seru nih

Siapa yang menang?

Sama sama cantik, dengan versi yang berbeda.

Cindy terlihat dewasa, sedangkan satunya lagi imut.

Gue dukung yang menang.

Gue dukung Cindy, dia kan pacar aslinya.

Bener, pelakor jangan dikasih panggung.

Aurora diam menatap Cindy dengan dalam, benar dirinya adalah pelakor. Tapi bukankah yang tidak setia itu Alvian, dia lebih memilih menikahinya dari pada menolak dengan sekuat tenaga.

Kenapa hanya Aurora yang di salahkan, apa mereka buta dan tuli. Apa mereka buta karena Alvian tampan dan kaya raya?.

"Dia yang datang padaku, kenapa kamu marah padaku? marah saja padanya." Ucap Aurora, tenang tanpa emosi.

"Halah, gara-gara Lo Alvian jadi cuekin gue dia bahkan berani bentak gue, ini semua gara gara Lo Brengsek!!!." Teriak Cindy.

"Ambil aja, kalo emang dia mau. Ambil, nggausah cari masalah sama aku, takutnya bukan cuma wajah kamu yang aku tonjok." Ucap Aurora, pergi dari kantin.

Aurora sempat melirik ke belakang, melihat Alvian menolong Cindy yang menangis. Dia tersenyum miris, benar dia adalah pelakor, dia tidak mendapatkan cinta, dia hanya mendapatkan status dan raganya saja.

"Hahahah, jangan serakah Aurora. Pernikahan ini cuma main main." Ucap Aurora berusaha tegar.

Aurora kembali ke kelas, dia tidak melihat Alvian masuk kelas. Dia sudah menduga, Alvian pasti membawa Cindy ke UKS, Aurora merasa matanya memanas.

Dia akhirnya memilih izin ke toilet, melewati lorong sepi. Berusaha mati Matian menahan air matanya, dia hanya seorang wanita. Dia juga memiliki hati dan perasaan, dia bukan tidak bersyukur, dia hanya merasa hatinya sakit.

Deg.

Mata Aurora membulat, menatap nanar lurus ke depan. Di hadapannya, di lorong yang sepi. Dia melihat Alvian dan Cindy berciuman, hatinya mencelos, seluruh tubuhnya terasa sakit dan air mata mulai luruh.

Aurora menatap ke atas, lalu mengusap air matanya kasar. Dia tidak boleh menjadi pihak yang tersakiti, dia harus tegar. Bukan dia yang akan menangis, dia tidak akan pernah menangis.

Padahal Alvian dan Cindy bukan sedang berciuman, Alvian sedang mendorong Cindy menjauh. Alvian merasa risih, tapi Cindy terus saja mendekat. Tapi karena terlihat dari jauh dan gelap, keduanya terlihat seperti sedang berciuman.

Aurora berjalan dengan tegak lurus, tidak melirik ke kanan dan ke kiri. Cindy melihat Aurora mendekat, menyeringai dan semakin merapatkan tubuhnya pada Alvian.

Alvian merasa kesal, lalu melihat Aurora dirinya langsung reflek mendorong Cindy menjauh. Aurora bahkan tidak melirik, dia berjalan dengan tenang dan lewat bagai angin lalu. Masuk ke kamar mandi dan mulai mencuci muka, dia tertawa menatap cermin, menertawakan nasibnya yang malang.

"Bahkan aku tidak berhak sakit hati, karena sejak awal aku lah orang ketiga itu. Maaf, Cindy. Mungkin keberadaan ku menyakitimu, tapi aku tidak bisa pergi, aku butuh dana dari Alvian untuk masa depanku. Tunggu lah beberapa tahun lagi, dia akan menjadi milikmu." Batin Aurora, tersenyum miris.

Aurora keluar dari kamar mandi, masih melihat Alvian di sana. Tapi dia tidak melihat Cindy. Dia menatap dengan datar, meskipun hatinya bergemuruh.

"Dia yang tiba-tiba deketin gue." Ucap Alvian, saat Aurora melewatinya.

"Kalau di kejar anjing itu lari, bukan pasrah." Suara Aurora menggema di lorong.

Alvian menatap Aurora dengan perasaan rumit, ada perasaan aneh di hatinya. Teringat dengan ijab qobul yang dirinya ucapkan, dia merasa menjadi pria brengsek.

"Sialan." Batin Alvian.

Jam pulang tiba, murid murid berlarian keluar. Aurora berjalan dengan santai, melihat supir sudah menjemputnya di depan gerbang. Namun, lagi-lagi hatinya harus merasa tersengat. Dia melihat Cindy membonceng Alvian, dia bahkan memeluk pinggang Alvian.

"Wah hebat, aku yang istrinya saja belum pernah peluk peluk. Maaf, iri dikit deh." Batin Aurora.

Aurora lewat tanpa melirik, bahkan supir terlihat tertekan dan prihatin pada Aurora. Aurora pulang ke mansion, dia ingin cepat cepat masuk ke kamarnya. Dia merasa lelah dan ingin istirahat sebentar.

Begitu sampai rumah, Aurora berjalan dengan santai menuju kamarnya. Menaruh tas dan berganti pakaian, saat masuk ke kamar mandi, dia mengunci pintu.

Menatap cermin, air mata luruh tanpa bisa ditahan. Hatinya sakit, sakit sekali. Dia buru buru cuci muka, lalu makan sendirian.

"Gaboleh bengong, nanti sedih. Ngapain ya?." Aurora termenung.

Aurora melihat halaman belakang yang masih kosong, ada beberapa bunga yang masih di dalam polibag, dia memiliki ide untuk berkebun.

Aurora bersiap menanam bunga, tukang kebun merasa sungkan tapi Aurora memaksa, dia memang suka berkebun. Aurora menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berkebun, malas memikirkan intrik pernikahannya.

Saat hari mulai gelap, Alvian baru pulang. Dia mencari keberadaan Aurora, tapi tidak ada dikamar. Melihat halaman belakang, hatinya gelisah melihat Aurora sibuk berkebun dengan para pelayan. Alvian, mengingat satu hal.

"Dia... ngga punya temen." Batin Alvian.

Arabella mencuci tangan dan bersiap mandi, dia berusaha biasa saja. Tapi ya hati tidak bisa bohong, dia sakit hati. Malas menatap wajah Alvian, yang membuatnya semakin sakit.

"Lo ngga masak lagi?." Tanya Alvian.

"Bukannya kamu udah makan?." Cuek Aurora.

"Tapi biasanya lo masak." Ucap Alvian.

"Lupa, sibuk nanem bunga." Ujar Aurora.

"Ngapain Lo nanem bunga? kan udah ada tukang kebun. Ngga ada kerjaan lain Lo." Ketus Alvian.

"Iya, ngga ada." Jujur Aurora.

"Kan Lo bisa masak." Alvian merasa kesal.

"Diem anjing." Aurora emosi, matanya menyala penuh amarah.

"Apasih, Lo Cemburu?! Gue kan udah bilang___

"Aku cuma capek! kenapa aku gaboleh nglakuin apa yang aku pengen, gausah ngatur aku karena aku gapernah sekalipun ngatur kamu." Teriak Aurora, amarahnya meledak.

"Hah... Lo begini karena Cindy kan, gue sama dia udah putus." Ucap Alvian.

"Ngga kok, aku juga punya pacar." Ucap Aurora berbohong.

Deg.

"Apa?! Maksud Lo apa, brengsek?!." Alvian menatap nyalang, matanya menyala-nyala.

"Kenapa sih? aku punya pacar, tapi aku ngga terang terangan kaya kamu kok jadi tenang aja." Ucap Aurora pura pura salting.

"Siapa hah! Lo main main sama gue?! Sini Hp Lo." Alvian berusaha merebut hp Aurora.

"Apasih, Lo bisa Deket bahkan ciuman sama cewe lain, aku juga .. ekhem... ya gitu deh. Udah nggausah marah marah, kan udah adil." Aurora berusaha malu-malu.

BRAKKK

"Brengsek!! Lo ciuman sama siapa?! Lo itu Istri gue!! hormatin gue sebagai suami lo." Teriak Alvian, mencengkeram bahu Aurora.

"Itu kamu sadar, kamu itu suamiku. Pantas kah kamu begitu? Aku emang orang ketiga, tapi kamu jangan plin plan, pilih satu aku atau mantanmu. Aku ngga peduli, tapi harga diriku kamu injek injek, kalo emang aku ngga berarti mending cerai aja. Aku lebih milih hidup susah sendirian, daripada hidup bergelimang harta tapi punya suami ngga setia." Ucap Aurora, berusaha tetap tegar dan dingin.

Alvian mematung, menatap Aurora dengan tatapan terkejut. Tatapan Aurora serius, tidak ada jejak main main disana, Alvian merenung.

"Bener kan, Lo cemburu." Lirih Alvian.

"Aku? kamu kan yang cemburu, aku bisa kok hidup sama pacar aku setelah jadi janda." Ucap Aurora polos.

"Brengsek, siapa pacar Lo hah!!." Alvian, kembali emosi.

Aurora hanya menatap polos, tidak ada raut bersalah sama sekali. Dia justru terlihat cuek, dan sejak saat itu Alvian mulai uring uringan. Berusaha menyadap Ponsel Aurora, tapi tidak tau kunci pin nya.

"Lihat kan, bukan aku... tapi kamu, bener ... dari awal seharusnya emang kamu yang gelisah, bukan aku" Batin Aurora, tersenyum smirk, dalam tidurnya.

1
Pecinta Novel
sebagai lakilaki setuju banget sama alvian, ngga semua wanita harus di hormati😡
Pecinta Novel
baru pulang kerja, tetep nyempetin baca sebelum tidur, semangat terus thor💪😍
Mama Lemon
Komenanya kocak bjir, serasa baca komen tiktok wkwwk🤭
Mama Lemon
Menjunjung tinggi kesetaraan gender🤣 good al, ngga semua wanita pantas di hormati 🤭🔥
Umi
semoga yang ini temannya solid🙏
Umi
semangat thor💪
Umi
effort nya boleh deh🤭
Umi
susah banget ngalahin cindy🤭
Umi
semangat aura
Umi
jangan hamil dulu, masih kecil
Umi
Semoga mereka bahagia
Umi
JANGAN DI MAAFIN THOR
Umi
Duh🤭
Umi
Mampus😄
Umi
aku malah salfok sama visualnya, padahal pake cici kok bisa mukanya konsisten 🙏😄
Umi
Buat Alvian nyesel thor🤭
Umi
Semangat Aurora💪
Pecinta Novel
BACAAA!!!!!! REKOMEN BGTTT BGTT!!!
Pecinta Novel
Oke effortnya lumayan
Pecinta Novel
Pen gue cekek si Cindy😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!