NovelToon NovelToon
Kania Dan Luka

Kania Dan Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Beda Usia / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yourfee

Kania nama gadis malang itu. Kehidupan sempurnanya kemudian berantakan setelah sang ibu meninggal dunia. Ayahnya kemudian menikahi janda beranak satu di desanya. Kehidupan bahagia yang sempat dirasakannya di masa lalu terasa seperti barang mewah baginya. Kania nama gadis malang itu. Demi menutupi utang keluarganya, sang ayah bahkan tega menjualnya ke seorang rentenir. Pernikahannya bersama rentenir tua itu akan dilaksanakan, namun tiba-tiba seorang pria asing menghentikannya. " Tuan Kamal, bayar utangmu dulu agar kau bebas menikahi gadis mana pun", pria itu berucap dingin. Hari itu, entah keberuntungan atau kesialan yang datang. Bebas dari tuan Kamal, tapi pria dingin itu menginginkan dirinya sebagai pelunas utang. Kania nama gadis itu. Kisahnya bahkan baru saja dimulai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourfee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

"Ayo liburan". Edward langsung mengutarakan keinginannya ketika pulang ke rumah. Kania terlihat kaget mendengar kalimat singkat yang diucapkan suaminya. Ada apa? Tiba-tiba sekali menjadi baik.

"Liburan? Kita berdua?" Kania bertanya sangsi.

Edward sedikit jengkel. Pria itu melirik kesal ke arah istrinya.

"Ya tentu saja kita berdua. Apa kau mau pergi liburan dengan Felix? Ckkk lama-lama kau membuatku naik darah, Kania". Pria itu mengelus-elus dadanya dramatis.

"Ya maksudku kenapa tiba-tiba Kak Edward mengajakku liburan". Gadis itu berusaha menekan egonya demi memahami suami sintingnya itu.

"Kenapa? Kau tidak mau pergi berdua denganku?" Kania terlihat semakin kesal karena lagi-lagi pria itu berbicara asal ceplos.

"Well, sejujurnya aku merasa hubungan kita sangat hambar. Walaupun pernikahan ini dilandasi tanpa cinta, kuharap kita berdua bisa membangun hubungan yang baik walaupun kita tidak tau ke depannya bagaimana, tapi apa salahnya kita berusaha, iya kan?"

Kania terkesiap. Hal apa yang membuat suaminya jadi bijak begini? Takut-takut ia melirik kak Edwardnya. Tidak lucu kan kalau pria itu kerasukan arwah jin penunggu hutan?

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau sedang mengagumi ketampanan suamimu? Sekarang kau sadar bukan kalau aku sangat tampan". Edward senyum-senyum seperti orang stres.

"Kau memang sangat tampan, Kak. Apalagi kalau kau diam". Edward mendelikkan bola matanya mendengar ucapan istrinya.

"Saat diam? Apa maksudmu saat aku meninggal? Cih sopan sekali ucapanmu pada suami sendiri. Belum setahun kita menikah tapi kau sudah menunggu kematianku. Apa ada pria lain yang menjadi incaranmu? Jika itu benar aku akan menariknya ke neraka". Kania menepuk jidatnya pelan. Lagi-lagi ia salah bicara. Gadis itu memilih mengabaikan suaminya. Biarkan suaminya repot sendiri dengan isi kepalanya.

"Apa kau tidak berniat minta maaf padaku?" Kania mengerutkan keningnya bingung. Merasa aneh dengan ucapan suaminya.

"Minta maaf? Untuk apa aku meminta maaf?"

"Ckkkk lupakan. Kau benar-benar bukan istri pengertian. Kembali ke topik awal, apa kau ingin liburan berdua?"

"Aku mau Kak". Gadis itu bahkan bertepuk tangan heboh.

"Tapi apa cuma kita berdua? Bolehkah aku mengajak Ibu Elen?" Kania harap-harap cemas menunggu jawaban suaminya.

"Ini agenda liburan berdua bukan arisan keluarga. Ckkkk repot sekali jika wanita tua itu sampai ikut".

Kania mendesah kecewa. Padahal ia ingin sekali mengajak ibu mertuanya.

"Tidak usah berlebihan begitu. Lain kali aku akan menjadwalkan liburan berempat bersama Felix juga. Pria kesepian itu mungkin butuh hiburan sesekali".

"Benarkah? Kau tidak sedang berbohong kan. Aww terima kasih pasti akan sangat seru jika kita liburan bersama".

Edward Lamos menggelengkan kepalanya melihat perubahan emosi istrinya.

"Kau terlihat sangat senang ketika aku bilang Felix diajak. Kau suka padanya?" Kania memutar bola matanya jengah mendengar tuduhan tak beralasan itu untuk kesekian kalinya. "Kak Edward aku senang karena kau mengajak ibu. Berhentilah menyimpulkan sesuatu seenak jidatmu".

"Oh jadi kau tidak senang jika Felix diajak. Hahahaha kasian sekali pria kesepian itu. Ingin sekali aku mengecualikan dia, tapi aku takut sekali kalau pria itu benar-benar marah. Dia seperti manusia tak punya hati kalau sedang marah". Edward bergidik ngeri mengingat ekspresi wajah Felix kalau sedang marah.

Kedua pasangan itu kemudian berbincang singkat diselingi pertengkaran-pertengkaran kecil. Mungkin akan terasa aneh kalau pertemuan keduanya berjalan dengan damai.

"Apa Kania mau diajak liburan?" Tanya Felix Senav ketika teleponnya baru diangkat Edward.

"Dia setuju-setuju saja walaupun awalnya ada perdebatan". Edward menyeruput kopinya. Saat ini, pria itu berada di kamarnya.

"Oh ya? Itu terdengar seperti kabar yang bagus, Ed? Lalu, apa kau sudah memilih tempat liburanmu?" Felix Senav tidak bisa menunjukkan rasa penasarannya.

"Aku belum berdiskusi dengannya soal ini, tapi kurasa dia bukan tipe perempuan yang ribet, Felix. Dia pasti akan setuju jika aku mengajaknya ke Paris".

"Woahh, baiklah Ed kapan rencananya kalian akan pergi? Aku akan menyiapkan segala keperluanmu".

"Dua hari lagi, Felix?"

"Dua hari? Baiklah baiklah aku akan mengusahakan yang terbaik untuk keharmormonisan rumah tangga adik kecilku ini". Ucap pria itu tulus.

"Hahahaha aku curiga setelah ini kau akan meminta bayaranmu". Canda Edward Lamos.

"Oh tentu saja Ed. Aku meminta beberapa keponakan yang lucu. Hal yang sangat mudah, bukan?"

"Akan kuusahakan, Felix Senav". Kedua pria itu kemudian tertawa lepas.

Obrolan keduanya sedikit terganggu ketika Edward mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali dari arah luar. Tanpa mematikan panggilannya, pria itu berjalan ke arah pintu. Terlihat istrinya berdiri dengan balutan piyama di depan pintu kamarnya.

"Kak Edward, lampu di kamarku mati. Bolehkah aku tidur di sini. Aku takut gelap Kak". Gadis itu bahkan mengelap beberapa butir keringat yang membasahi dahi mulusnya. Napasnya terdengar tak beraturan.

"Boleh sayang". Itu bukan suara Edward. Obrolan itu ternyata didengar oleh Felix Senav. "Ckkk pria sinting ini". Edward berdecak pelan kemudian menutup panggilannya.

"Kau kenapa? Masuklah. Pria itu kemudian mengamati wajah istrinya dengan intens.

"Aku takut gelap Kak. Takut sekali". Gadis itu bahkan memeluk erat suaminya tanpa sadar.

"Hei tenanglah ada aku di sini. Kau akan baik-baik saja". Edward kemudian merapikan rambut istrinya yang terlihat acak-acakan.

Pria itu kemudian menuntun istrinya menuju ke tempat tidur. Gadis itu masih enggan melepaskan pelukannya. Jika dalam keadaan normal, mungkin Edward akan menertawainya habis-habisan. Kania sudah tidak peduli lagi dengan hal itu yang dibutuhkan sekarang adalah kenyamanan yang didapatkan dari Edward. Berada di dekat pria itu membuatnya merasa dilindungi.

"Tidurlah aku akan menemanimu". Edward tersenyum sambil mengusap-usap rambut istrinya dengan lembut. Kania terbuai dengan sikap hangat Edward. Kantuk mulai menguasainya. Gadis itu kemudian tidur di kasur suaminya untuk pertama kali.

Edward tersenyum tipis melihat pemandangan di depannya. Hatinya menghangat melihat kedamaian itu. Untuk pertama kalinya, ia berbagi kasur dengan istrinya. Sebuah awal yang baik, pikir Edward.

Pria itu kemudian berbaring di sebelah istrinya. Entah mengapa, pria itu mengecup kening istrinya dalam-dalam, mengikuti kata hatinya. Edward Lamos kemudian menarik istri kecilnya ke dalam pelukan. Gadis itu kemudian memeluknya erat, tanpa drama sedikitpun. Edward menutup matanya, untuk pertama kalinya ia bersyukur atas insiden mati lampu di kamar Kania.

1
Irha Sila
Luar biasa
pipitjfa
romantis banget sihh, padahal dulu marah marah
pipitjfa
nahh iya ed Lo sih jangan berlebihan
pipitjfa
tbl-tbl Karin Lo jujurly banget sihh
pipitjfa
wkwk sebuah keberuntungan
pipitjfa
iya dong Kania kamu merasa di lindungi soalnya Edward turunan Ultraman makanya bisa gitu
pipitjfa
yang benerr takut gelappp atau karena pengen sama Edward nih kamu?
pipitjfa
wkwk permintaannya di luar ekspektasi yaa pelik
pipitjfa
tadi marah-marah sekarang udah senang aja
pipitjfa
kerennn tau kakk semangat teruss yaa
pipitjfa
Yee dibilangin gak percaya
pipitjfa
dia makan boncabe level berapa sih? pedas banget mulutnya
pipitjfa
polos banget yaa bund
pipitjfa
gemes banget suerr
pipitjfa
wkwk gak bisa diam ga niaa
pipitjfa
pria bisu dongg
pipitjfa
beruntung dong Kania, gak nikah sama kakek kakek
pipitjfa
malah kayak sugar Daddy loh ini
pipitjfa
utang ketemu utang
pipitjfa
beneran di nikahi?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!