Kania Dan Luka
Kania Winara namanya. Gadis itu malang sekali. Ibunya meninggal dunia saat ia berusia 10 tahun. Ayahnya kemudian menikahi Bu Anita, janda beranak satu yang terkenal cantik di desanya. Semenjak ayahnya menikah lagi, kesulitan-kesulitan selalu menghampirinya perlahan-lahan. Setiap hari, ia harus terbiasa dengan sikap semena-mena ibu tiri dan anaknya. Kania putri keluarga itu, tapi diperlakukan seperti seorang suruhan.
"Ibu, entah dengan cara apa lagi aku harus bertahan"... Gadis itu terisak perlahan. Ia rapuh sekali. Sosok ayah yang dulunya sangat hangat kini jauh berbeda. Sikap kejam pria itu perlahan-lahan membuat pertahanan putri kecilnya runtuh.
"Ayah terlihat seperti orang asing bagiku, doakan saja agar aku tidak membenci ayah ke depannya"...Gadis itu bangkit perlahan, melanjutkan semua pekerjaannya karena ia tau hukuman apa yang diperoleh ketika pekerjaannya berantakan. Kania Winara namanya. Umurnya bahkan baru menginjak angka 19. Di usianya sekarang, ia harusnya tengah menikmati sibuknya perkuliahan. Namun, ia sangat yakin angan-angannya itu akan dihancurkan oleh sang ayah. Lebih baik ia menguburkan mimpi-mimpi masa kecilnya, bersama kenangan-kenangan indah bersama sang ibu. "Aku ingin jadi dokter, Bu. Jika aku jadi dokter, kupastikan ayah dan ibu akan sehat. Aku sendiri yang akan memastikannya" , kata gadis kecil itu dulu. Ibunya tersenyum hangat mendengar ucapan polos putri semata wayangnya. Wanita itu berdoa, memohon pada yang kuasa agar ia waktu yang lebih lama bersama putri kecilnya. Gadis kecil sejuta mimpi yang mewarisi wajah menawannya.
"Ibu aku merindukanmu". Isak gadis itu. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan larut dalam kesedihan yang diciptakan gadis itu. Kania menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi pipi mulusnya. Sudah cukup ia menangis. Gadis itu kemudian keluar dari kamarnya, kamar yang lebih layak disebut gudang. Di petak sempit ini gadis itu menghabiskan hari-harinya, merenungi setiap kesedihan yang selalu menjadi kawan baiknya.
Kania sedang menyapu di halaman belakang ketika terdengar suara berisik dari arah depan. Ia berusaha tidak peduli, melanjutkan pekerjaannya seolah-olah tidak terjadi apapun sampai pada akhirnya..."Kania, kau dipanggil ayah ke depan".. Kakak tirinya, Rina, meliriknya dengan ekspresi sinis dan enggan seolah dirinya adalah barang rongsokan. Rina bersedekap angkuh, bak nyonya besar.
Perlahan, Kania mengikuti langkah kaki Rina.
" Aku mempunyai dua orang putri, Tuan Kamal pilih saja sesuka hati". Suara Winara terdengar sangat nyaring. ...DEG.. Apa maksud ayahnya? Gadis itu mengerutkan keningnya bingung. Jantungnya kini berdetak dua kali lebih cepat. Firasat buruk kemudian menyusupi relung batinnya perlahan, tanpa bisa dicegah oleh sang pemilik raga.
"Apa maksudmu Winara? Jika ingin melunasi utang, jual saja putri kandungmu dan jangan coba-coba melibatkan Rani putriku".. Ibu tirinya berteriak marah. Wanita paruh baya itu bahkan memukul meja di depannya, menciptakan drama baru yang tidak pernah disukai Kania.
Tunggu.. Siapa laki-laki tua ini? Laki-laki yang lebih pantas dipanggil Kakek olehnya. Laki-laki yang sejak tadi menatapnya tanpa kedip, membuat dirinya risih.
"Hahahahaha Tuan Winara, siapa gadis cantik ini?".. Rentenir tua itu mengabaikan drama keluarga itu, fokusnya hanya tertuju pada Kania yang sejak tadi menundukkan kepalanya.
"Tuan Kamal, ini Kania putri kandungku, Apakah Tuan Kamal tertarik?". Winara bertanya tanpa ragu. Senyum sinis terbit di wajah senjanya. Wajah yang dihiasi oleh gurat-gurat usia. Tak bisa berbohong, usianya memang tak muda lagi. Winara tega sekali. Kania ingin protes, namun energinya seolah-olah habis sejak tadi.
" Tuan Winara, jika kau mau memberikan putrimu padaku, kupastikan semua utangmu kuanggap lunas".. Winara tertawa bahagia mendengar kalimat itu..
"Ambil saja Tuan Kamal, aku bahkan tidak peduli jika kau menjualnya lagi".. Winara sangat tidak peduli dengan perasaan putri semata wayangnya. Ia bahkan mengabaikan tatapan kekecawaan yang dilayangkan putrinya. Ah yang terpenting utangnya lunas sekarang, pikir pria itu.
"Aku mau pernikahanku dan putrimu dilangsungkan minggu depan". Ucap rentenir tua itu dengan nada tak sabar. Orang- orang di situ mulai tertawa bahagia..Menertawakan takdir kejam Kania.Gadis malang itu kini menangis tanpa suara, mengabaikan tawa-tawa tak berperasaan di ruangan itu.Tuan Kamal tertawa karena sebentar lagi Kania menjadi miliknya, keluarga Winara tertawa karena tau hidup mereka akan terjamin jika sang rentenir menjadi menantu keluarga itu. Walaupun nanti Kania dijadikan istri kedua, mereka tidak peduli dan tidak akan ada secuil kepedulian pada Kania. Gadis itu memilih pergi ke kamarnya. Kamar kecil di sebelah gudang yang terasa sangat akrab baginya. Perlahan, ia merebahkan diri di ranjang, tatapannya menerawang jauh, berusaha mencerna kejadian barusan. Sebentar lagi, ia akan menjadi istri orang. Ia telah dipersunting seseorang, tidak lebih tepatnya dibeli seseorang dengan sang ayah sebagai pelaku jualnya. "Ibu, sikap sabar mana lagi yang harus kutunjukkan. Aku selalu begini ibu".Gadis itu menangis pilu. Menangisi sikap ayahnya, menangisi takdir ibunya, menangisi kehidupannya di masa yang akan datang. Lelah.Lelah sekali rasanya.. Gadis itu tidak tau berapa banyak waktu yang telah di habiskan untuk menangis. Kantuk mulai menguasainya. Gadis itu kemudian terlelap. Ia bermimpi indah sekali. Bertemu ibunya di taman bunga yang sangat asing baginya. Tempat apa ini? Batinnya. Ibunya tersenyum hangat, senyum yang selalu dirindukannya. Mengenakan gaun panjang berbahan sutra, wanita paruh baya itu terlihat sangat menawan. Wanita itu mengelus rambut putrinya. "Nak, pulang ya di sini bukan tempatmu..Bertahanlah sedikit lagi sampai kau tau arti kesabaran yang sering ibu ajarkan"..Kania terdiam berusaha mencerna semua yang diucapkan ibunya, namun kemudian..BRAK BYURRR...Tubuhnya basah kuyup disiram air satu ember setelah pintunya dibuka paksa. Kania mengerjap panik.. Apa yang terjadi? Rina, kakak tirinya berdiri angkuh di sisi tempat tidurnya. "Apa kau pikir setelah kau dilamar rentenir tua itu kau akan menjadi ratu? Berhentilah bermimpi Kania, percaya padaku kau akan menjadi budak pria tua itu"..
Kania diam. Huff, hidupnya selalu begini. Gadis itu bangkit, ia memilih mengabaikan ucapan pedas kakak tirinya. Kania tau manusia bebal seperti mereka tidak akan tau artinya menghargai. Rina melengos pergi setelah membuat adik tirinya basah kuyup persis ayam kehujanan. Kania mengganti pakaiannya dengan setelan pakaian rumah sederhana. Wanita itu mengganti seprai lusuhnya yang dibuat basah oleh kakak tirinya. Gadis itu menyelesaikan pekerjaannya dengan kilat, terlihat sangat lihai karena itu bukan hal asing baginya. Gadis itu menghembuskan napasnya kasar. Beban berat kini sedang dipikulnya. Sebentar lagi ia akan menjadi istri orang. Kania menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Gadis itu kemudian mencubit lengan kanannya. "Sakit". Pekiknya lirih. Tidak, ini bukan mimpi buruk. Ini bahkan kenyataan pahit yang siap menemaninya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
pipitjfa
ingat umur lu, udah bau tanah masih aja pengen nikah
2025-09-18
0
pipitjfa
whaterpak, ayah macam apa ini oon banget sihh
2025-09-18
0
pipitjfa
kenapa yaa ibu tiri rata-rata jahad bagettt
2025-09-18
0