Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipingit selama 40 hari
Gia menatap alat pel dihadapannya tersebut, ini serius ia disuruh mengepel padahal saat di rumahnya ia bahkan tak pernah melakukannya meskipun sebelumnya bibi dari suaminya telah memberikannya contoh tapi tetap saja ia enggan mengerjakannya lagipula kenapa tidak membayar orang saja pikirnya.
"Apa yang kamu tunggu? lantai tidak akan bersih jika dilihatin saja," ucap seseorang tiba-tiba hingga membuat Gia langsung menoleh. Rupanya saudara sepupu suaminya yang entah siapa namanya itu tak penting baginya.
"Ada apa sayang?" ucap seorang pria yang juga baru keluar dari kamarnya dan sang istri hanya menggerakkan dagunya kearah gadis itu.
Keduanya masih mengenakan piyama tidur sama seperti Gia hanya bedanya mereka baru bangun tidur sedangkan gadis itu sudah bergelung dengan kebersihan sejak pagi buta.
Ngomong-ngomong apa mereka baru bangun? bukankah kata nyonya Nala seluruh keluarga disini harus bangun pagi? sia lan, wanita itu pasti ingin mengerjainya pikir Gia.
"Hai," ucapnya kemudian sembari melambaikan tangan kepada wanita cantik yang memiliki tatapan angkuh seperti ibunya tersebut dan rupanya mereka langsung mendatanginya.
"Sayang, kamu duluan saja!" perintah Tania kepada sang suami yang entah siapa namanya lagi-lagi Gia tak peduli meskipun tatapan pria itu seakan menggodanya dari balik senyumannya, tentu saja ia yang sudah biasa malang melintang di dunia malam sangat paham mana laki-laki benar atau seorang pemain.
"Baiklah," pria itu pun segera berlalu pergi dari hadapan mereka namun tatapan nakal nampak ditujukan kearah Gia saat melewatinya.
"Sok kecakepan kau kira ganteng apa?" gumam gadis itu dengan kesal.
"Ada apa?" ucap Tania menatap aneh Gia setelah sang suami pergi dari sana.
Gia langsung menatap alat pel yang ada dihadapannya tersebut. "Aku tak pernah melakukan ini bisakah kamu mengajariku?" ucapnya dengan wajah memohonnya.
Tania nampak berdecak kecil kemudian mengambil gagang pel tersebut lalu ditunjukkannya kepada gadis itu cara melakukannya.
"Memang di kota kamu tak pernah melakukannya?" ucapnya sembari mempraktekkannya.
"Tidak," Gia langsung menggeleng jujur.
"Ngomong-ngomong kamu sangat cantik," imbuh Gia memuji wanita yang sedang mengenakan piyama lengan panjang sepertinya sebagai balasan karena telah membantunya.
"Benarkah?" Tania langsung menatap Gia dengan pandangan sedikit menghangat, wanita itu memang sangat senang di puji dan itu menjadi kesempatan Gia untuk mengambil hatinya.
"Hm, jika di kota kamu pasti sudah jadi model." lanjut Gia lagi mengingat wajah wanita itu memiliki ciri khas daerah tertentu dengan rambut panjang legam.
"Oh ya?" Tania semakin melebarkan senyumannya, wanita yang baru beberapa bulan menikah itu memang selalu menjaga berat badannya apalagi belum memiliki anak namun senyumnya langsung menyurut ketika menyadari ia hampir mengepel seluruh rumahnya lalu di berikannya kepada gadis itu.
"Ini tugasmu kenapa aku yang melakukannya dan jangan lupa setelah ini kamu mencuci semua pakaian kami!" ucapnya dengan pandangan kembali angkuh.
Selama ini ia yang memang mengerjakan pekerjaan rumah meskipun di bantu oleh pembantu dari kampung lain namun sejak sang kakek mengabarkan jika akan membawa seorang menantu dari kota sang ibu langsung memecat asisten rumah tangganya itu. Entah apa yang dipikirkan ibunya tapi ia juga tak mau lelah dengan hal itu.
Gia nampak tersenyum kecil dan mau tak mau melanjutkan mengepel sisa lantainya dengan kesusahan karena memang tak biasa melakukan hal itu, tiba-tiba senyumnya kembali mengembang dan gadis itu pun langsung mengambil ponselnya meskipun internet sangat lamban di tempat ini bahkan hampir tak bisa digunakan.
Setelah melakukan beberapa transaksi dengan penuh kesabaran kemudian kembali menyimpan benda pipih tersebut kedalam saku piyamanya lalu gadis itu segera melanjutkan pekerjaannya namun ketika berbalik badan ia melihat Tania bersama suaminya masuk dengan memakai sendal hingga membuat lantai kembali kotor.
"Oh maaf aku tak sengaja, ku kira kamu sudah selesai mengepel." ucap wanita itu dengan wajah tak bersalahnya bahkan sendalnya yang penuh dengan tanah sengaja ia gesek-gesek ke lantai.
Gia yang merasa kesal pun tiba-tiba melirik ember berisi air bekas mengepel tak jauh darinya tersebut lantas dibawanya namun saat berpapasan dengan saudara iparnya itu ia tiba-tiba tersandung hingga ember tersebut tumpah di kaki wanita itu bahkan air cipratannya mengenai pakaian dan wajahnya.
"A-apa yang kamu lakukan?" tentu saja Tania langsung murka melihat gaun panjangnya basah kuyup, ia baru saja selesai mandi dan sudah berdandan cantik karena setelah sarapan mereka berencana akan menghadiri pernikahan di kampung sebelah.
"Ma-maaf aku terpeleset," Gia nampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan wajah tak bersalahnya menatap suami istri tersebut.
"Karena kalian sudah terlanjur basah dan kotor jadi sekalian saja bantu aku mengeringkan lantainya ya," Gia segera memberikan mereka alat pelnya.
"Kau?" Tania langsung murka begitu juga dengan Jordi sang suami.
"Eh ada kakek datang," teriak Gia lantas bergegas pergi ketika melihat kakek Hadikusumo baru masuk kedalam gerbang rumahnya dan mau tak mau Tania maupun suaminya segera mengeringkan lantai yang basah kuyup karena ulah gadis itu.
Kini Gia segera mendatangi pria tua itu yang nampak tersenyum menatapnya, namun saat gadis itu hendak menuruni anak tangga langkahnya segera ditahan olehnya.
"Berhenti nak, kamu itu pengantin baru dilarang keluar rumah dulu." terang sang kakek hingga membuat Gia mengernyit heran.
"Memang kenapa?" ucapnya seraya kembali menaikkan sebelah kakinya yang sudah terlanjur menuruni anak tangga.
"Pamali, itu sudah menjadi aturan kampung ini." sahut sang kakek menjelaskan.
Gia semakin melongo mendengarnya. "Tapi kenapa suamiku boleh kek?" ucapnya ingin tahu mengingat Gio pergi ke kota pagi tadi.
"Kecuali bagi pria karena wajib mencari nafkah," sahut pria tua itu lagi.
Gia mengangguk kecil, ia berpikir itu berarti kaum wanita di kampung ini sangat dijunjung tinggi kehormatannya tapi kalau pekerjaannya setiap hari mengepel apanya yang terhormat pikirnya.
"Ngomong-ngomong sampai kapan aku tidak boleh keluar rumah?" tanyanya lagi ingin tahu.
"40 hari," sahut pria itu dan tentu saja itu membuat Gia langsung melotot padahal rencananya sebelum satu bulan ia harus sudah meninggalkan tempat ini.
Apakah selama itu ia akan melakukan semua pekerjaan rumah itu? membayangkan hal itu membuat Gia langsung menggeleng cepat. Ia seorang istri atau pelayan? Kedua orang tuanya benar-benar tega kepadanya bahkan hingga kini mereka sulit untuk ia hubungi, ia merasa seperti dibuang saat ini dan ini semua gara-gara malam terkutuk itu.
Sepertinya ia harus segera membuat kesepakatan dengan sang suami saat pria itu pulang nanti, ia akan mengajukan pernikahan kontrak dan berapa pun pria itu mau akan ia bayar.
bungkus aja lah , halal ini ko 😁
hayo loh siapa yang duluan jg atuh cinta ni🤭🤭