NovelToon NovelToon
Jodoh Di Tangan Semesta

Jodoh Di Tangan Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Aliansi Pernikahan / Beda Usia / Keluarga / Karir
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Anindya Semesta hanyalah gadis ingusan yang baru saja menyelesaikan kuliah. Daripada buru-buru mencari kerja atau lanjut S2, dia lebih memilih untuk menikmati hari-harinya dengan bermalasan setelah beberapa bulan berkutat dengan skripsi dan bimbingan.

Sayangnya, keinginan itu tak mendapatkan dukungan dari orang tua, terutama ayahnya. Julian Theo Xander ingin putri tunggalnya segera menikah! Dia ingin segera menimang cucu, supaya tidak kalah saing dengan koleganya yang lain.

"Menikah sama siapa? Anin nggak punya pacar!"

"Ada anak kolega Papi, besok kalian ketemu!"

Tetapi Anindya tidak mau. Menyerahkan hidupnya untuk dimiliki oleh laki-laki asing adalah mimpi buruk. Jadi, dia segera putar otak mencari solusi. Dan tak ada yang lebih baik daripada meminta bantuan Malik, tetangga sebelah yang baru pindah enam bulan lalu.

Malik tampan, mapan, terlihat misterius dan menawan, Anindya suka!

Tapi masalahnya, apakah Malik mau membantu secara cuma-cuma?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semesta 15.

Seekor ular yang panjangnya tak sampai 30 senti melesat cepat dari dalam semak. Warnanya merah terang, dengan garis biru mencolok dari ujung kepala sampai ekor. Meski tubuhnya kecil dan warnanya menarik, Malik tahu itu adalah jenis ular berbisa yang mematikan. Bisanya mampu melumpuhkan korban dalam hitungan menit. Mengganggu sistem syaraf dan kerja jantung hingga kecil kemungkinan korban bisa selamat meski mendapatkan pertolongan cepat.

Maka ketika seekor kucing gendut tiga warna turut melompat keluar dan hendak mengejar si ular, Malik tidak pikir panjang dan langsung menarik ekornya. Mencegah si gendut bodoh celaka dari keberaniannya mengusik si ular berbisa.

Tapi yang namanya hewan, mana tahu kalau dirinya sedang berusaha diselamatkan? Alih-alih berterima kasih, si gendut malah menghadiahi Malik dengan gigitan dan cakaran bertubi-tubi. Garis cakaran melintang sepanjang siku sampai pergelangan tangan. Gigi-gigi tajamnya menancap di area sekitar jari telunjuk dan ibu jari, cukup dalam, membuat darah segar merembes keluar dengan cepat.

Malik meringis, tapi masih enggan melepaskan si gendut sampai dirinya benar-benar yakin bahwa ular berbisa tadi sudah lari jauh dari jangkauan. Dia relakan lengannya habis dijadikan sasaran amukan. Tak apa, setidaknya satu nyawa tidak akan melayang di depan matanya.

Setelah kesurupannya selesai, si gendut meninggalkan lengan Malik, berlari tunggang-langgang menggunakan empat kaki segede pentungan satpam. Hilang begitu saja di balik semak-semak lain. Barangkali masih penasaran pada ular cantik memanjakan mata yang sudah lenyap entah ke mana.

Malik mendesis, luka di lengan dan tangannya ternyata jauh lebih parah daripada yang dia pikirkan sebelumnya. Banyak bagian tergores dan terkoyak, darah merembes ke mana-mana.

"Shit..." Malik meratapi sekujur lengan yang bentuknya sudah tidak keruan.

Berbekal sisa-sisa tenaga, Malik bangkit, masih sambil meringis membawa langkahnya berbelok ke sayap kanan rumah sakit, menuju IGD.

Terang benderang lampu IGD menyambut Malik bahkan dari beberapa meter di depan, mengajaknya move on dari remang-remang lampu taman.

Dengan tenang, Malik berjalan mendekati meja administrasi, melengkapi segala data yang diperlukan dan menceritakan lengkap kronologi kejadian. Setelahnya, seorang perawat perempuan berseragam ungu muda menghampiri.

Malik digiring oleh perawat tersebut dan diminta duduk di ranjang pemeriksaan. Begitu melihat luka bekas cakaran dan gigitan di lengan kirinya yang penuh darah dan kotoran, perawat sigap mengenakan sarung tangan, lalu mengambil perlengkapan dari troli medis.

"Kami bersihkan dulu lukanya, ya, Pak," ucap sang perawat tenang. Sudah biasa melihat segala macam jenis luka, bahkan yang lebih parah.

Ia mulai menyemprot luka Malik dengan larutan saline untuk membersihkan kotoran dan darah yang mulai mengering. Malik menggertakkan gigi saat cairan dingin tersebut menyentuh kulitnya yang perih. Setelah itu, perawat menepuk-nepuk lembut area sekitar luka dengan kain kasa steril, lalu menyemprotkan disinfektan.

"Ada riwayat alergi obat tertentu, Pak?" tanya perawat sambil menyiapkan antiseptik topikal.

"Nggak ada," jawab Malik pelan, suaranya serak karena menahan nyeri.

Beberapa menit kemudian, setelah luka terlihat cukup bersih, perawat mulai menutup luka cakaran dengan perban steril. Luka gigitan yang lebih dalam dibalut hati-hati menggunakan kasa berlapis.

"Setelah ini Bapak akan kami suntik anti-rabies dan tetanus, ya. Luka gigitan kucing liar termasuk luka berisiko tinggi," jelas perawat.

Malik hanya mengangguk, masih menahan denyut di lengan kirinya.

"Dokternya sebentar lagi datang untuk evaluasi lanjutan dan memastikan perlu tidaknya pemberian antibiotik. Mohon tunggu sebentar ya, Pak."

Sambil menunggu, Malik memejamkan mata sejenak. Rasa perih di lengannya mulai berubah menjadi nyeri dan pegal, tapi dia sama sekali tidak menyesal. Kalau harus mengulang momen seribu kali lagi, Malik akan tetap ambil tindakan cepat untuk menyelamatkan si kucing gendut.

Tak berapa lama, ponsel di saku celananya bergetar dua kali. Malik merogoh saku, menemukan seonggok pesan dari Anindya menjadi satu-satunya yang muncul di layar. Ketika jemari Malik hendak mengklik bilah notifikasi untuk membaca pesan secara penuh, seorang dokter laki-laki sudah datang lebih dulu.

Malik memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Sang dokter memperkenalkan namanya sesuai SOP dan meminta Malik untu menceritakan kembali sedikit saja kronologi kejadian yang menyebabkan adanya luka-luka tersebut. Setelahnya, semua proses berjalan cepat. Mulai dari suntikan anti-rabies dan tetanus sampai pemberian resep obat anti nyeri dan antibiotik.

"Karena luka seperti ini rentan sekali terkena infeksi, mohon untuk diperhatikan kebersihan lukanya dengan rutin mengganti perban sesuai arahan ya, Pak."

Malik hanya mengangguk.

Sang dokter tersenyum simpul. "Jika ada keluhan lanjutan, jangan ragu untuk langsung datang lagi ke rumah sakit. Makin cepat dideteksi masalahnya, makin cepat juga dicari solusi penyembuhan."

"Iya Dok, terima kasih."

"Sama-sama, Pak. Saya permisi."

Dokter dan perawat pergi meninggalkan ranjang Malik. Sedangkan sang empunya kembali membaringkan tubuhnya alih-alih terburu pergi. Nyeri di lengannya mulai membuat kepalanya sedikit pening. Mungkin akan dia habiskan setengah sampai satu jam untuk beristirahat di sini, baru kembali ke kamar rawat Oma.

...🌲🌲🌲🌲🌲...

Sedangkan di sini, Anindya kelimpungan. Pesannya yang tidak kunjung terbaca membuat pikiran jeleknya merajalela. Takut Malik marah sudah bukan lagi perasaan yang paling dominan dia rasakan. Sekarang ini, Anindya justru lebih khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Malik.

Total sudah tiga jam Malik pergi tanpa memberikan kabar apa pun. Anindya ingin coba mencari, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Belum lagi, dia juga harus menjaga Oma. Beberapa kali wanita renta itu terdengar mengigau dalam tidurnya. Seperti sedang dihadang mimpi buruk di tengah istirahat lelap yang dibantu pengaruh obat.

"Mas Malik ke mana sih sebenernya?" gumamnya resah. Dia memeriksa lagi iMessage yang ternyata masih menggantung di status delivered.

Anindya melirik ke ranjang Oma. Berpikir sekali lagi soal harus tidaknya ia pergi keluar mencari keberadaan Malik.

Namun, belum selesai berpikir, pintu kamar rawat Oma sudah lebih dulu terbuka. Anindya tersentak. Kepalanya menoleh cepat, lalu tubuhnya bergerak tanpa bisa dikontrol waktu melihat Malik masuk dengan keadaan yang kacau. Eksistensi perban dan plester luka di sekujur lengan kirinya langsung membuat Anindya hilang kendali. Serabutan ia turun dari kasur, sampai-sampai membuat kakinya tersangkut terlilit selimut dan dirinya berakhir jatuh ke lantai.

"Aduh...." Ia meringis.

Di posisinya berhenti, Malik menyaksikan jatuhnya Anindya sambil menghela napas rendah.

"Hati-hati," bisiknya.

Suara Malik yang mengalun lembut seperti sihir maha dahsyat yang mengembalikan fokus Anindya. Sakit di lututnya sirna seketika. Ia kembali fokus pada Malik dan lilitan perban di tangannya.

"Mas Malik kenapa? Apa yang terjadi?" berondongnya.

Tapi Malik malah menggiringnya naik lagi ke ranjang, alih-alih menjawab pertanyaannya. Lelaki itu membantunya merapikan bantal dan memakaikan selimut. Seperti seorang ayah yang hendak mengantarkan putri kecilnya pergi tidur.

"Mas Malik...." Anindya menahan lembut tangan Malik. Tatapannya cukup menunjukkan pesan bahwa ingin diberikan penjelasan.

Malik menyingkirkan tangan Anindya perlahan, bibirnya sedikit tertarik, memaksakan senyum percuma. "Tidur, udah larut. Simpan pertanyaan kamu itu, besok saya ceritakan semuanya."

"Tapi, kan...."

"Tidur, Anindya."

Sambil merengut, Anindya mengangguk. Dibaringkannya tubuhnya telentang, dengan mata terus mengamati Malik yang berjalan pelan menuju sofa.

"Mas Malik," panggilnya begitu Malik mendaratkan bokong di sofa.

Malik tidak menjawab dengan suara, melainkan tatapannya yang dalam.

"Jangan sakit, nanti Oma sedih."

Lagi-lagi Malik tidak menjawab, malah membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata. Tapi di balik responsnya itu, dada Malik mulai bergejolak hebat. Jangan sakit, nanti Oma sedih. Sebuah pengingat bagi dirinya yang hampir saja lupa alasan mengapa ia masih bertahan sampai sekarang: Oma.

Bersambung....

Seonggok chat yang nggak Malik baca.

1
Zenun
Lebih dulu mengunci😁
Zenun: mengunci pintu
nowitsrain: Mengunci apa tuchh
total 2 replies
Zenun
mending jujur aja lebih bagus
nowitsrain: Oraittttt
nowitsrain: Oraittttt
total 2 replies
kalea rizuky
lanjut donk seruu
nowitsrain: Syap /Scream//Scream/
total 1 replies
kalea rizuky
astaga pasti ngamuk malik/Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
/Curse//Curse//Curse/ astaga Dragon Ball ngakak liat kelakuan anin/Curse//Curse/ setiap novel yg namannya anin pasti kelakuan nya random
nowitsrain: Hmmm sebuah teori konspirasi
total 1 replies
kalea rizuky
Malik abis di cakar meoww/Curse/
nowitsrain: Meow ndutt
total 1 replies
kalea rizuky
caca di anggap abang kayaknya papa anin pengen anak cwok/Curse//Curse/
nowitsrain: Bisa jadii
total 1 replies
Zenun
udah diceramahin duluan sama Malik, auto tercekat
nowitsrain: Mengkicep
total 1 replies
Zenun
mau pura-pura keguguran ya
Zenun
mamam tuh malah mandi di sini 😁
Zenun
Hng.. tak semudah itu
Zenun
Oma takut kamu sakit Anin
Zenun
sekarang kamu bikin Anin minta maaf sama bocil yang dibikin nangis coba😁
nowitsrain: Nggak deh, nggak mau coba-coba.
total 1 replies
Zenun
nyari oren centil
nowitsrain: Oyen bahenoyy
total 1 replies
Zenun
keadilan apa ni yang tegak? 🙊
nowitsrain: Apa ya....
total 1 replies
Zenun
ayo minta maap ndut
Zenun
tuh kan, dia menemukan mbul
Zenun
mungkin ketemu si mbul
Zenun
Bilang aja, Anin balik yik, kasihan dedek bayinya
nowitsrain: Wkwkwk
total 1 replies
Zenun
Abis diserang sama si ndut yang lagi kejar ular😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!