Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Cahaya di Tengah Bayangan
Setelah pertempuran di dermaga yang hampir merenggut nyawa para prajurit dan membahayakan jalur suplai utama, keadaan akhirnya perlahan kembali tenang.
Serangan sabotase berhenti. Gudang bahan pangan yang sempat terbakar kini telah di bersihkan dan diperbaiki. Jalanan kembali ramai oleh lalu-lalang truk militer dan pedagang desa. Desa Qinghe dan markas militer yang sebelumnya berada di ambang kekacauan, kini bisa bernafas lega.
Namun Lin Yue tahu, semua ini hanya ketenangan yang sementara.
Ketika ia berdiri di bukit kecil tak jauh dari desa, ia memandangi matahari senja yang mulai tenggelam di balik pengunungan, ia merasakan kegelisahan yang sulit dijelaskan. Bayangan masa lalunya belum sepenuhnya lenyap.
Tapi untuk sekarang , Lin Yue memutuskan untuk tidak lari. Ia memilih untuk menikmati ketenangan yang kini ia miliki.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia ingin bertahan.
Di hari-hari berikutnya, Lin Yue mulai membaur lebih dalam dengan kehidupan warga desa. Ia Bagun pagi-pagi untuk membantu para ibu-ibu menjemur gabah dan mengangkat karung beras. Ia juga mengajari anak-anak membaca huruf dasar dengan papan kayu yang ia buat sendiri dari sisa bangunan.
Perlahan, wajah-wajah yang dulu yang memandangnya dengan kecurigaan kini tersenyum padanya.
Suatu siang, saat ia selesai membagikan roti manis buatannya sendiri kepada anak-anak, Ibu Sun wanita paruh baya yang dulu sangat keras terhadapnya menepuk bahunya.
"Lin Yue, kau benar-benar membuat desa kita lebih hidup," ucapnya, tulus dan penuh kehangatan.
Lin Yue menoleh dan tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan."
Tapi dalam hatinya, kehangatan itu menjalar lebih dalam. Ia yang tumbuh dalam bayang-bayang senjata, pelarian, dan ketakutan sekarang merasakan apa itu diterima.
Ini kehidupan yang tak pernah ia bayangkan. Ini bukan sandiwara. Bukan bagian dari misi. Ini nyata.
Dan untuk pertama kalinya, ia punya rumah.
Di sini lain, Shen Liuhan pun mulai berubah.
Komandan yang dikenal dingin dan kaku itu kini tak segan menunjukkan sisi lembutnya kepada Lin Yue. Meski tetap tegas pada bawahannya, ada perbedaan yang tak bisa disangkal saat ia berada di dekat istrinya.
Ia mulai mengantar Lin Yue ke pasar tiap akhir pekan, membawakan keranjang berisi hasil bumi. Kadang, saat malam turun mereka berdua duduk di teras rumah, ia membuatkan teh jahe hangat dan mengupas apel dengan pisau militer kecilnya.
Hubungan mereka sudah tidak dingin seperti dulu. Ada ruang untuk tersenyum, percakapan ringan, dan kadang, sentuhan pelan yang bermakna.
Suatu malam, di bawah langit berbintang yang cerah, mereka duduk berdampingan di bangku kayu yang menghadap ke ladang.
"Apa kau menyesal tinggal di sini?" tanya Shen Liuhan pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam angin malam.
Lin Yue menatap langit, lalu menoleh padanya. Ia tersenyum, tulus. "Tidak. Justru untuk pertama kalinya, aku merasa hidup."
Shen Liuhan menatap mata istrinya, seolah ingin menggali semua yang belum terucap. "kalau begitu, mari kita jalani hidup ini bersama. Aku tidak akan membiarkan siapa pun memisahkan kita."
Tanpa sadar, Lin Yue menggenggam tangannya erat.
"Aku percaya padamu," bisiknya.
Dan saat itu, Lin Yue tahu cahaya yang selama ini ia kejar dalam pelariannya bukan kebebasan, bukan pelarian, bukan kekuasaan.... tapi Shen Liuhan.
Pria yang tidak menjebaknya. Tidak memaksanya. Tapi memeluk semua sisi dirinya, baik yang terang maupun yang gelap.
Ia bukan pelindung sempurna, tapi ia adalah rumah.
Namun jauh dari desa Qinghe, di tempat yang bahkan belum ditemukan oleh teknologi tahun 1980, sebuah ruang gelap menyala oleh cahaya biru hologram.
Di markas organisasi waktu, seorang pria tua duduk di depan panel kendali. Wajahnya penuh guratan, namun sorot matanya tajam dan tak berperasaan.
Di hadapannya, gambar Lin Yue muncul. Di sebelahnya, tercatat data: "Subjek C01 Status: pengkhianat. Dimensi: 1980 -Sektor Timur."
"Target menunjukkan potensi gangguan temporal tingkat tinggi," ujar seorang teknisi muda dengan gugup.
Pria tua itu mengetuk meja."Berapa besar risiko ketidakstabilan jika dia dibiarkan hidup?"
"Jika dibiarkan, ia bisa menularkan nilai-nilai masa depan pada tokoh militer penting. Potensi efek kupu-kupu sangat tinggi."
Diam sejenak.
Lalu perintah itu datang.
"kirim unit eksekusi."
"Target: Lin Yue. Status: mengancam stabilitas ruang dimensi."
Teknisi itu menunduk dan mengetik kode aktivasi. Sebuah ruang silinder terbuka perlahan, menampakkan sosok humanoid berjubah hitam tanpa wajah, tanpa emosi. Pembunuh sempurna dari masa depan.
Bahaya baru mulai bergerak.
Dan perang yang lebih besar sedang menunggu Lin Yue.
Namun malam itu di desa, Lin Yue tak tahu apa pun. Ia duduk bersandar di pundak Shen Liuhan, mendengarkan suara jangkrik dan gemerisik dedaunan. Di hatinya, ia merasa.... mungkinkah hidup seperti ini bisa bertahan selamanya.
Ia belum tahu bahwa masa lalunya akan datang menjemputnya.
Tapi kini, ia tahu satu hal dengan pasti ia tidak akan lari lagi.
Dan kali ini.... ia tidak akan bertarung sendiri.