Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Lea ikut ke kantor
Setelah memastikan Lea masuk sekolah, Ken mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Bara, salah satu anggota inti The Silent, suaranya rendah dan tegas.
"Pastikan Lea aman. Laporkan setiap pergerakan mencurigakan." Setelah menutup telepon, Ken langsung menyalakan mesin motornya dan melesat cepat menuju ke kantor.
Sedangkan Lea berjalan pelan menyusuri koridor, mengabaikan bisikan-bisikan para siswi yang mengomentari dirinya dan Ken. Ia larut dalam perasaannya senang, tapi juga ragu. Ada yang berbeda dengan Ken. Ia masih melamun hingga...
Brak!
"Shitt! Aw …!!" Lea meringis, memegangi keningnya yang berdenyut.
"Kau nggak papa?" Bima bertanya, khawatir.
Lea yang melamun tak menyadari Bima dan teman-temannya berdiri di koridor. Ia mendongak.
"Bima! Sorry, gue nggak hati-hati," kata Lea, merasa bersalah.
"Nggak papa," jawab Bima, datar.
Lea hendak pergi, tapi Bima menahan lengannya.
"Kita perlu bicara!" tegas Bima.
"Bicara apa? Katakan saja!" balas Lea, ingin cepat menyelesaikannya.
"Ikut gue!" perintah Bima.
"Kau mau kemana, Bos? Bentar lagi bel masuk!" Raka bertanya.
"Gue perlu bicara sama Lea. Kalian duluan saja ke kelas!" tegas Bima.
"Ok, kalau gitu kami ke kelas duluan," jawab Raka. Riko menepuk bahu Bima sebelum mengikuti Raka.
"Oke, tapi lepas dulu tangan gue. Gue bisa jalan sendiri," ketus Lea.
Bima melepas tangan Lea. Mereka menuju rooftop.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Bim?" tanya Lea, to the point.
Bima menarik napas panjang. "Apa kau tahu, siapa pria yang bersamamu tadi?" tanyanya, tajam.
"Maksud kamu, Ken?" Lea memastikan.
"Ya, sebaiknya kamu jauhi dia. Dia bukan pria yang baik untukmu!" peringat Bima, suaranya berat.
"Ha ha ha, terus kalau gue nggak mau? Lo mau apa?" tantang Lea.
Bima mengepalkan tangan, rahangnya mengeras menahan amarah. "Dia seorang mafia, Lea. Kau bisa dalam bahaya jika dekat dengannya. Musuhnya banyak," jelas Bima sedikit kesal dengan sikap keras kepala Lea.
Lea syok, tapi tetap pada pendiriannya. Baginya, Ken hanya SEO di perusahaan keluarganya. Walau sedikit curiga saat pertemuan pertama mereka di dermaga .…
"Gue nggak peduli siapa dia, tapi yang jelas dia baik sama gue," tegas Lea.
"Apa masih ada lagi? Kalau nggak, gue mau masuk kelas," lanjut Lea.
"Gue nggak mau kau kenapa-kenapa, Lea," ujar Bima.
"Hem, terima kasih atas perhatiannya, dan gue minta jangan lagi kau mencampuri urusan gue," tegas Lea. Ia meninggalkan Bima dan bergegas ke kelas.
Di dalam Kelas Sesil langsung menyambutnya, dengan heboh seperti biasa.
Kau dari mana? Dari tadi gue cariin! Eh, tapi… tadi gue lihat lo sama … cowok yang kemarin jemput lo itu, kan? Apa dia Ken? Kok kayak nggak asing .…" Sesil mengerutkan kening, berpikir keras.
"Ah, iya! Gue ingat sekarang! Gue pernah lihat dia di majalah! Ken… Keenan Aditya Alendra! CEO muda yang super sukses itu, kan?! GILA! Gantengnya nggak tanggung-tanggung! Gila, serius? Lo selama ini tinggal bareng Ken?!" Sesil makin heboh.
Lea menghela nafasnya. " Ia, itu Ken dan gue juga baru tahu, kalau dia ternyata pewaris keluar Alendra." Jujur Lea.
"Kau beruntung bangat Lea, bisa lihat cowok setampan Keenan setiap hari. Tapi dia terkenal sangat dingin dan anti wanita?" Bingung Sesil atas info yang pernah ia dengar. Tapi yang ia lihat sangat berbeda Ken memang terlihat dingin tapi tatapan Ken ke Lea sangat berbeda.
"Ia dia memang sangat dingin tapi... " Lea menghentikan kalimatnya merasa belum saatnya ia menceritakan kalau Ken sebenarnya sudah mengklaim dirinya sebagai milik Ken.
"Tapi apa?" tanya Sesil penasaran.
Ding..!!
Tiba-tiba bel masuk berdering. Guru memasuki kelas, membuat Sesil terdiam. Pelajaran di mulai. Lea berusaha fokus, tapi bayangan Ken dan Bima silih berganti di kepalanya. Ia menghela nafas panjang, mencoba untuk mengusir pikiran-pikiran itu.
Jam pelajaran berlalu dengan lambat. Saat istirahat, Lea dan Sesil menuju kantin. Sesil masih membahas Ken.
"Bayangin, Lea, dia pakai jaket kulit! Gimana ya, seksi banget pasti!" Sesil berujar, mimpi-mimpi tentang Ken memenuhi kepalanya.
"Gue yakin, dia punya mobil sport juga! Gimana ya, bayangin dia nyetir mobil sport sambil senyum-senyum ke gue .…" Khayalan Sesil semakin liar.
Lea hanya tersenyum masam, mencoba menikmati makan siang sambil terus memikirkan kata-kata Bima. Ia perlu bicara langsung dengan Ken.
Beberapa jam berlalu Bel pulang akhirnya berdering. Lea langsung bergegas keluar kelas, tidak seperti biasanya yang menunggu sasana sepi baru keluar.
Lea tak sabar menemui Ken. untuk memastikan ucapan Bima.
"Itu bukannya Ken? Tanya Sesil yang langsung antusias saat melihat Ken duduk di atas motor sport sambil memainkan ponselnya.
Lea hanya mengangguk pelan.
"Gue gak mau tahu, nanti Lo harus cerita sama gue!" Lanjut Sesil lagi dengan pandangan tak lepas dari Ken.
Lea yang melihat itu merasa sesuatu yang tak rela, jika Ken di lihat penuh kagum oleh wanita lain.
"Ok, nanti gue ceritain." Jawab Lea cepat sambil berlari kecil menghampiri Ken. Ken melepas helmnya, menunjukkan senyum hangat yang membuat jantung Lea berdebar.
Ken mengulurkan helm cadangan. "Naik," katanya singkat, tatapan matanya hangat.
Lea mengangguk, memakai helm itu, lalu duduk di boncengan motor Ken. Angin menerpa wajahnya saat Ken memacu motornya meninggalkan sekolah. Pikiran Lea masih dipenuhi dilema, tapi untuk saat ini, ia memilih untuk menikmati perjalanan bersama Ken.
Tanpa di minta kini Lea sudah menautkan jari-jari lentiknya di perut Ken, Ken tersenyum senang melihat Lea memeluknya.
Di tengah perjalanan, Ken sedikit memperlambat laju motornya. "Kita langsung ke kantor dulu, ya," ucap Ken.
"Tapi, aku masih pakai seragam sekolah," jawab Lea, sedikit mencondongkan wajah ke arah Ken.
"Tidak masalah, aku sudah siapkan baju ganti," jawab Ken, suaranya sedikit meninggi agar Lea bisa mendengarnya di tengah suara mesin motor.
"Ok lah, kalau gitu, aku ikut," jawab Lea.
Ken kembali memacu motornya, lalu berhenti di sebuah minimarket.
"Kok ke sini?" Lea bingung.
"Kita beli snack dulu buat ngemil," jelas Ken.
Mereka memilih beberapa snack dan minuman dingin, termasuk susu coklat kesukaan Lea. Lalu Ken membayarnya.
Mereka melanjutkan perjalanan. Lima belas menit kemudian, Ken memarkirkan motornya di depan Alendra Group. Gedung pencakar langit yang megah itu membuat Lea terkesima.
Lea turun dari motor. "Wah, kantor Kak Ken ternyata sangat besar ya," ujar Lea, takjub.
Di lobi, para karyawan berbisik-bisik.
"Siapa gadis SMA yang dibawa Pak Ken?"
"Cantik sekali! Aku belum pernah lihat Pak Ken bersama wanita sebelumnya."
" Ia ya, aku saja yang sebagai wanita kagum melihat kecantikan naturalnya, apa lagi para laki-laki."
"Mungkin dia kekasihnya, sangat cocok sama Pak Ken?"
"Tidak mungkin! Pak Ken terkenal sangat dingin dan anti wanita!"
" Kalau ceweknya spek bidadari gitu, siapa yang bisa nolak, nih liat si bos kelihatan nyaman bangat sama tu cewek.
Ken hanya tersenyum tipis, menggenggam tangan Lea dengan posesif. Ia mendengar bisikan itu, tapi mengabaikannya.
Mereka masuk lift menuju lantai 20, ruangan CEO. Pintu lift terbuka. Ken masih menggenggam tangan Lea. Sekretaris Ken sedikit mengerutkan kening melihat pemandangan langka itu.
"Siang, Pak," sapa sekretaris Ken.
"Hem," jawab Ken singkat, lalu bergegas memasuki ruangannya.
Pintu tertutup. Ken melepas genggaman tangan Lea dan meletakkan snack di atas meja kecil. Ia menunjuk sebuah pintu di sudut ruangan. "Lea, kalau mau ganti baju sekarang, kau bisa ganti di ruang ini."
"Wah, keren sekali! Ternyata di dalam ruangan Kakak ada kamar juga," ucap Lea, kagum.
"Hem, ini kamarku untuk istirahat kalau sudah sangat lelah atau lembur," jelas Ken.
Lea mengangguk, matanya masih menjelajahi ruangan modern dan klasik itu.
"Kalau gitu, Lea ganti baju dulu ya, Kak!" izin Lea.
"Masuk saja, baju ganti ada di atas nakas," kata Ken, kini ia sudah duduk di kursi kerjanya.
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒