Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melukai Sarah
Di tempat lain, Hani terbangun karena mendengar seorang wanita yang sering memanggilnya, meminta tolong.
"Ibu ...!"
Teriakan Hani membuat Sammy, Sofyan dan Sarah menghampirinya. "Syukurlah, kamu sudah bangun."
"Prof, apa yang terjadi? Kenapa aku berasa di sini lagi?" Hani masih tidak ingat dengan semua kejadian yang telah menimpanya.
Sofyan pun menceritakan tentang asal usul gadis tersebut, dia merasa bahwa sudah saatnya Hani mengetahui kebenarannya.
"Apa?! Enggak mungkin! Itu tidak benar, 'kan, Prof? Kalian bilang aku apa? Seorang vampir? Dan Profesor Sammy adalah kakak kandungku?" Hani turun dari ranjang, tetapi tubuhnya masih lemas. Sammy pun membantunya untuk kembali ke ranjang.
"Hani, tenanglah. Semua itu benar," jawab Sammy.
"Hah ...! Kalau aku vampir, lalu Profesor?"
"Iya. Aku sama sepertimu."
"Ini enggak bisa dipercaya! Aku harus pulang sekarang!" Hani makin memberontak, di pikirannya sekarang hanya Dirga sang ayah. Pastilah pria separuh baya itu cemas setengah mati.
"Hani! Kamu tidak bisa pulang sekarang, mereka akan menangkapmu," timpal Sarah mengingatkan gadis tersebut.
Hani pun mulai mengingat-ingat kejadian di kampus tadi siang, banyak orang-orang yang mengejarnya.
“Siapa mereka semua? Mengapa mereka mengejarku?”
Sofyan menjelaskan bahwa mereka mengincar darahnya dan juga milik Sammy.
“Untuk apa mereka mengincar darahku?”
“Darah kalian bisa dikonsumsi dan membuat manusia hidup kekal atau istilahnya awet muda,” terang Sofyan.
Hani memijat pelipisnya. Dia bingung, haruskah dia percaya?
Sofyan meminta Hani untuk tinggal di sana walau hanya satu malam saja. Dia yakin bahwa gadis itu akan percaya dengan sendirinya.
“Tapi, bagaimana dengan keluargaku? Maksudku keluarga yang selama ini merawatku,” ujarnya lirih.
“Untuk sementara kamu dilarang bertemu dengan siapa pun, sebelum bisa mengontrol perubahanmu yang secara tiba-tiba?” terang Sofyan.
“Maksudnya?” Hani mengerutkan dahi, lagi-lagi gadis berambut panjang itu bingung dengan ucapan si Sofyan.
Sofyan menjelaskan bahwa dalam beberapa hari ini Hani akan mengalami proses menjadi vampir seutuhnya. Untuk itu, dia harus dijaga dengan ketat. Tidak boleh keluar ke mana pun sebelum proses itu selesai. Mendengar itu Hani pun hanya bisa pasrah.
Dalam sebuah ruangan, Sammy bertanya-tanya kepada pamannya. Apa mungkin malam ini adiknya akan berubah?
Dengan sangat yakin, Sofyan berkata bahwa gadis itu akan berubah. Dia juga sudah menyiapkan suntikan untuk menenangkan Hani nantinya. Selain itu, Sofyan berkata bahwa dirinya akan ikut berjaga malam ini.
Beberapa jam kemudian, rasa kantuk mulai melanda. Pria berkacamata itu menguap berulang kali, hingga akhirnya tertidur pulas.
"Bilangnya ingin berjaga, tapi kenyataannya tidur juga,” gerutu Sammy yang melihat sang paman sudah berada di alam mimpi.
Setelah mengatakan itu, Sammy pergi ke ruang tamu untuk memeriksa Hani. Ternyata gadis itu sedang tidur di sofa, Sammy pun menambahkan selimut untuk adiknya karena dia terus saja merasa kedinginan.
"Kuharap, kamu tidak dalam masalah lagi," ujarnya sebelum kembali ke kamar.
Tidak berselang lama, Hani bangun dalam kondisi sudah berubah menjadi vampir. Gadis itu berjalan tidak tentu arah dan sudah berada di depan pintu kamarnya Sarah. Hani masuk dan melihat si pemilik kamar sedang berbaring membelakanginya. Gadis yang telah berubah menjadi vampir itu, tidak kuasa saat melihat lehernya Sarah yang tidak tertutup rambut. Ada keinginan untuk menghisap darahnya.
Sarah sudah berjaga-jaga jika hal ini akan terjadi, dia sudah menyiapkan pisau di bawah bantal. Ketika Hani bergerak untuk mencengkeramnya, Sarah dengan cepat menghindar.
Hani marah. Dia mengejar Sarah dan berhasil menangkapnya. Gadis itu mencengkeram bahu Sarah hingga kukunya yang panjang menusuk kulit wanita cantik tersebut.
Hani sudah siap untuk menggigit leher wanita yang ada di depannya. Namun, Sarah menghalangi taring Hani menggunakan pisau yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Beruntung, taring gadis itu tidak mengenai lehernya. Namun, makin lama tenaga Hani makin kuat hingga Sarah tidak sanggup lagi menahannya. Dia pun berteriak memanggil sang ayah dan Sammy.
Mendengar teriakan dari arah kamar Sarah, Sammy langsung membangunkan pamannya dan bergegas pergi ke sana. Kaget, pria itu melihat Hani telah berubah menjadi vampir dan melukai Sarah. Sammy langsung mengangkat tubuh sang adik dan menghempaskannya ke arah lemari.
Hani melawan. Namun, dia kalah cepat. Sammy berhasil mengunci pergerakannya. Bertepatan dengan itu, Sofyan datang kemudian menyuntikkan sebuah serum yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Hani menjadi lemas dan kembali ke wujud aslinya, dia tidak menyangka perbuatannya itu telah melukai Sarah.
"Maafkan aku, Prof." Begitu kata Hani sebelum pingsan.
Sammy membawa adiknya kembali ke ranjang dan mengikatnya, untuk berjaga-jaga jika dia berubah lagi. Setelah itu, dia pergi menemui Sarah untuk membantu membalut lukanya. Terlihat Sarah kesulitan untuk membubuhi Betadine di lengan kirinya. Sammy langsung duduk dan mengambil alih.
"Kenapa membiarkan adikku melukaimu?" tanya Sammy sembari mengobati luka Sarah.
"Lalu, apa aku harus melukai adikmu?"
"Ini tidak seperti dirimu! Bisakah kamu tidak membuatku khawatir?"
"Jadi, kamu menghawatirkanku?" Sarah menatapnya dengan tatapan curiga.
Sammy dan Sarah saling memandang, sebelum akhirnya tatapan itu terputus karena Sofyan memanggil keduanya untuk menunjukkan sesuatu.
Sofyan menunjukkan sebuah gambar dari komputernya. Dia menjelaskan bahwa sel darah putih milik Hani sudah menyatu, darahnya sudah bisa dipakai untuk membangkitkan Dinda sang ibu. Sammy bahagia mendengar itu. Mereka tinggal menunggu adiknya sadar saja.
Hani pun terbangun kembali, gadis itu melihat bahwa dirinya diikat. Dia ingat dengan jelas tentang apa yang telah terjadi. Tiba-tiba, ada yang menyentuh tali itu. Hani terkejut, ternyata itu kakaknya.
"Jangan dibuka, aku enggak mau kalian terluka lagi."
Sofyan pun menjelaskan bahwa Hani hanya akan berubah dan melukai orang lain ketika dia marah. Selain itu, Hani juga diminta untuk belajar mengontrol emosinya agar tidak melukai orang-orang di sekitarnya.
Hani mengangguk paham, kemudian dia bercerita kepada mereka semua bahwa ada seorang wanita yang sering memanggil dan meminta bantuan dalam mimpinya. Setelah mendengar itu, Sofyan dan Sammy saling berpandangan. Mereka berpikir sudah saatnya mempertemukan Hani dengan ibunya.
Kini mereka semua sedang berada di laboratorium, Sofyan menunjukkan lemari pendingin yang di dalamnya terbaring seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Dinda. Pria berkacamata itu menyuruh Hani mendekat dan memperkenalkan Dinda padanya. Meski masih bingung dengan semua yang terjadi, Hani perlahan-lahan bisa menerima. Sejujurnya dia sendiri pun sudah curiga kalau dirinya bukan manusia biasa sejak umurnya menginjak 20 tahun, pasalnya banyak sekali keanehan yang terjadi pada dirinya yang tidak bisa dijelaskan secara logika.
"Jadi benar ini ibu? Tapi kenapa ibu ada di dalam sini? Apa yang terjadi? Apakah ibu bisa keluar dari sini?" tanya Hani bertubi-tubi.
"Bisa, kok. Kita berdua akan menyelamatkan Ibu," jawab Sammy dengan bersungguh-sungguh.
Hani bertanya bagaimana caranya? Sofyan pun menjelaskan bahwa dia dan kakaknya harus menyalurkan darah kepada ibunya agar bisa hidup kembali.
Hani sangat bersemangat untuk melakukannya saat itu juga. Namun, tiba-tiba saja perutnya bersuara. Dia merasa lapar. Semua orang di sana ikut tersenyum, kemudian Sarah pergi ke dapur untuk memasak.
"Ups, sorry."
Sammy menggeleng lirih melihat tingkah laku adiknya.
Di dapur, Hani membantu Sarah memasak, dia melihat kedua tangan Sarah yang diperban.
"Maaf Prof tentang semalam," ujarnya lirih.
"Iya, santai saja. Aku tahu itu bukan keinginanmu. Kamu bisa panggil aku Kakak, sama seperti Sammy."
"Iya Kak Sarah," ujarnya seraya tersenyum.
***
Hari sudah berganti hari. Namun, para mahasiswa di kampus masih saja membicarakan kejadian kemarin. Telinga Arya sampai bosan mendengarnya. Dia menatap bangku milik Hani yang tidak jauh dari sana, rasanya seperti ada yang hilang. Sampai tidak terasa, pelajaran di kelas itu pun telah usai
“Sepi juga, ya. Enggak ada si cupu,” kata Feby tanpa sadar.
Hana menatapnya tajam. Dia tidak suka jika semua orang membicarakan tentang Hani karena nama keluarganya bisa ikut tercemar.
Saat jam istirahat, Bayu duduk di bawah pohon, tempat di mana Hani dan dirinya sering berteduh. Pemuda itu teringat masa-masa bersama Hani, bayangan gadis itu pun sering muncul di hadapannya. Tetapi, apa yang bisa dilakukannya, hanya menghela nafas berat. Berharap Hani baik-baik saja di luar sana. Dari kejauhan Arya melihat Bayu, kemudian dia membeli dua botol minuman dan langsung menghampiri pemuda yang masih termenung itu.
“Ini,” ujarnya seraya memberikan salah satu minuman kepada Bayu.
Bukannya menerima itu dengan baik dan mengucapkan terima kasih. Bayu malah menarik kerah baju Arya.
“Ini semua karena ulah ayahmu! Kalau dia tidak datang ke sini, Hani tidak mungkin menghilang!”
“Aku juga marah, sama sepertimu! Tapi aku bisa apa? Dia terlalu kuat.” Arya menyentakkan tangan Bayu.
Bayu pun merasa putus asa dan menyalahkan dirinya sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia juga bersalah pada Hani. Andai saja, dia tidak melarang Hani untuk meminum obat yang diberikan profesor Sammy, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
“Maksud kamu apa, Yu?”
“Hari itu, aku membuang obat yang seharusnya diminum Hani. Jika saja dia meminumnya, mungkin semua ini tidak akan terjadi, haaaa!”
“Jangan menyalahkan diri sendiri, aku yakin Hani berada di tempat yang aman sekarang,” sahut Arya menenangkan temannya itu.
Bayu tidak tahu harus ke mana lagi dia mencari Hani. Namun, Arya berkata bahwa dia akan mencarinya juga. Mereka pun bekerja sama untuk mencari tempat tinggal Profesor Sammy. Jika salah satu dari mereka menemukannya, maka harus segera memberitahu.
Bersambung.