Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Luna berdiam diri di kamar rawatnya. Menatap langit pagi Beijing. Melihat ada sebuah pesawat yang terbang, Luna memikirkan bahwa seharusnya dirinya ada di pesawat itu dan pulang ke Indonesia. Namun, karena kesalahannya sendiri membuatnya harus berada di rumah sakit saat ini.
Marcel yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat Luna, menatap Luna yang hanya diam duduk di ranjangnya. Merasa bahwa Luna sedang bersedih, Marcel menatap bunga dan makanan yang mungkin akan disukai Luna.
Luna yang melihat sebuket bunga cantik dihadapannya, mendongak untuk melihat siapa pemilik bunga itu. Terlihat Marcel berdiri dan membawa sebuket bunga dan satu kotak penuh dengan coklat. Luna menatap diam Marcel, sejak sampai di Beijing. Luna memikirkan bagaimana Marcel mengenal kedua orang tuanya.
"Sampai kapan kamu akan mendiami saya. Sejak sampai di Beijing, anda mendiami saya terus menerus." Sebenernya tak mendiami sepenuhnya. Luna masih melakukan kontak saat bekerja, namun akan menghindar saat tak ada pekerjaan yang mengharuskan kontak dengannya.
"Saya ingin tau, bagaimana anda mengenal kedua orang tua saya, apakah boleh?"
Marcel diam, dirinya menatap Luna sebentar sebelum menerawang masa lalu. Dengan menghembuskan nafas perlahan, Marcel mengangguk untuk mengiyakan dan mulai bercerita.
Mendengarkan cerita Marcel, Luna tak percaya bahwa Marcel dulunya adalah pasien yang di sembuhkan oleh mamanya.
"Lalu, apa yang anda bicarakan dengan kedua orang tua saya saat di bandara?" Luna penasaran dengan pembicaraan antara kedua orang tuanya dengan Marcel.
"Saya meminta izin, untuk dekat dengan anda," Luna tercengang dengan apa yang baru saja dia dengar. Menatap Marcel dengan pandangan tidak percaya. Menatap tepat di mata Marcel seolah mencari kebohongan, namun dirinya tak mendapati hal itu.
"Mendekati saya karena berhutang budi kepada mama saya?" tanya Luna yang skeptis mengenai dugaannya terhadap Marcel.
"Tentu saja tidak. Saya mengenal anda sebelum saya mengenal mama anda," ujar Marcel pelan. Dirinya takut tanggapan Luna setelah ini terhadapnya.
"Lalu, apa alasan anda mendekati saya?"
Marcel terdiam sejenak. Dirinya belum siap untuk mengungkap jati dirinya di hadapan Luna. Dirinya merasa malu tentang perbuatannya saat putus asa dulu.
"Mungkin kamu sudah lupa dengan saya. Apakah kamu ingat lelaki yang berada di atap rumah sakit sekitar 9 tahun yang lalu?" Marcel mencoba mengingatkan pertemuan pertama mereka. Meskipun bukan yang pertama, namun baginya pertemuan saat itu adalah pertemuan paling berkesan baginya.
Luna mencoba menggali ingatannya mengenai masa lalu. Dirinya dulu memang selalu ikut mamanya saat bekerja di rumah sakit, namun dirinya tak merasa pernah bertemu Marcel sebelumnya. Mengingat sebuah kejadian, Luna menatap kembali Marcel yang sejak tadi terus memperhatikannya.
"Saya ingat, ada laki-laki yang buta pernah mau..." Luna menghentikan perkataannya dan menatap Marcel dengan pandangan tak percaya.
"Jangan-jangan itu,...."
"Benar, itu saya. Kamu adalah penyelamat saya, Luna," Marcel memandang teduh Luna yang sedang diliputi keterjutan. Luna tak menyangka, orang yang ia temani di atap rumah sakit adalah Marcel.
"Jika anda mendekati saya karena hal itu, saya..."
"Saya jatuh hati pada anda bukan karena menyelamatkan saya. Saat itu saya putus asa, tapi kamu mau menolong saya. Saya jatuh hati pandangan pertama terhadap anda," Marcel memotong perkataan Luna, dirinya tak ingin Luna salah paham atas rasa suka yang dirasakan saat ini.
"Saat itu, saya baru saja mengetahui kekasih yang selama ini bersama saya selingkuh dengan teman dekat saya. Mama saya membuang saya dan papa saya. Dan perusahaan papa saya bangkrut,"
Marcel menunduk, dirinya tak sanggup mengingat apa yang terjadi di masa lalu. Cobaan bertubi-tubi datang, dan yang paling menyakitkan adalah kehilangan sang papa yang selama ini berada dekat dengannya.
"Saat itu, papa saya baru saja meninggal. Saya merasa tak sanggup sendirian. Tapi kamu, kamu datang seolah menjadi cahaya kecil untuk saya. Karena itu, karena itu kamu sangat berarti bagi saya..."
Tak terasa, air mata jatuh begitu saja dari mata Marcel. Mengingat sakitnya di masa laku, membuat rasa sakit itu kembali hadir.
"Saat kamu menghilang di saat saya mampu melihat kembali, saya merasa kosong. Keinginan saya saat itu adalah orang yang pertama kali saya lihat adalah kamu, tapi ternyata..."
Luna yang sejak tadi diam mendengarkan mulai merasa bersalah. Dirinya merasa bersalah karena pergi tanpa berpamitan. Saat itu, dirinya harus ke Perancis untuk menemui kakeknya yang sedang sakit dan pindah kesana. Seharusnya dia datang dan berpamitan bukannya pergi begitu saja.
Tak tahan dengan kesedihan Marcel, Luna dengan berani memeluk Marcel. Luna mencoba menenangkan Marcel, memeluknya dengan erat.
"Saya menunggu kamu selama ini. Saya membangun P&LuBel agar bisa menemukan kamu. Saya membangun P&LuBel agar bisa, agar bisa..." Marcel kehilangan kata-katanya. Merasa tak kuat untuk berucap kembali.
Luna yang tau bahwa Marcel sudah tak sanggup untuk bercerita, kembali untuk menenangkannya. Luna menepuk punggung Marcel pelan, berharap Marcel dapat tenang.
Marcel yang berada di pelukan Luna, menghirup aroma tubuh Luna yang memabukkan baginya, aroma yang menenangkan. Marcel yang merasa nyaman semakin menenggelamkan wajahnya di bahu Luna.
Saat sudah merasa Marcel tenang, Luna mencoba melepaskan pelukannya. Melihat jejak air mata di wajah Marcel, dengan perlahan menghapus air mata yang terus saja menetes itu. Merasakan usapan lembut dari Luna, Marcel menggenggam tangan Luna dengan erat. Dirinya menatap Luna, seolah meminta agar Luna hanya melihat dirinya semata. Luna yang seolah terkunci, hanya menatap Marcel.
Marcel mencium tangan Luna yang berada di wajahnya. Kemudian kembali menatap Luna, melihat rona wajah Luna yang memerah karena perbuatannya.
Seakan terbawa suasana, Marcel mengusap lembut wajah Luna. Kemudian mendekat ke arah Luna. Luna yang melihat wajah Marcel yang mendekat, dengan segera menutup matanya.
Cup
Luna merasakan kecupan lembut di dahinya. Terkejut dengan perbuatan Marcel, Luna kembali membuka matanya. Terlihat Marcel yang masih saja memandangi wajah Luna dari dekat.
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.
mmpir punyaku juga kakk😻😻