Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Perpisahan
Arkan terdiam sejenak, namun di detik berikutnya dia malah tertawa, “alasan macam apa itu Reen, apa kamu pikir aku akan percaya. Sayang, aku memang sudah menikah tapi kamu, aku gak mungkin percaya kamu sudah menikah.” dia kembali tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku serius Arkan, aku sudah menikah.” tegas Maureen tanpa ragu.
Arkan mengulum senyum, “baiklah-baiklah, kau sudah mengakui kalau kita sudah menikah, itu tidak masalah itu berarti kau sudah setuju untuk menjadi istri kedua ku.” Arkan meraih tangan Maureen.
Maureen menepis tangan itu dari tangannya, “kau gila, aku bilang aku sudah menikah usia pernikahan ku sudah dua Minggu, kau juga pernah bertemu suamiku.”
Senyum di wajah Arkan perlahan memudar, dia mundur satu langkah ke belakang, “katakan kalau itu gak bener Reen? Katakan!” desaknya diiringi tatapan kecewa.
Maureen melengos membuang muka, “kenapa kamu bohongin aku Reen, kenapa kamu malah nikah sama orang lain?”
Maureen mendengus kesal, “Bohong? Kebohongan kamu jauh lebih besar dari kebohonganku Arkan, kau bilang Ibumu sudah setuju dengan hubungan kita dan kamu akan datang ke rumah untuk melamarku, heh dalam hal ini kita berdua sudah impas kan.”
Arkan mengepalkan tangannya, dia menatap mata Maureen dengan tatapan antara kecewa dan tak percaya, mencari kebohongan di netra itu.
“Lalu kenapa kamu masih berpacaran denganku saat kamu sudah menikah?” Maureen diam tak menjawab, Arkan menyeringai, “jawabannya karena kau mencintaiku, benar?” terkanya.
Maureen menghela nafas berat, “ayo kita akhiri semuanya sampai disini, aku tidak akan mengganggumu begitu pun sebaliknya, kau jalani pernikahanmu dan aku jalani Pernikahanku. Jujur aku memang masih mencintaimu, tapi cinta seperti ini bukan satu hal yang dibenarkan Arkan, pergilah pada Anak dan istrimu mereka lebih membutuhkanmu.” Lirihnya.
Arkan menunduk dalam, dia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Sakit, itu yang Maureen rasakan saat melihat pundak Arkan bergetar.
‘Arkan, dia menangis.’ Maureen mengulurkan tangan hendak menyentuhnya, namun ia mengurungkannya dan menurunkan kembali tangannya. Dia mengusap lelehan air mata dari ujung matanya sendiri, kemudian merogoh ponsel dari tas yang di sampirkan di pundaknya.
“Halo Maureen?” Suara Essa dari sebrang telpon.
“Essa tolong jemput aku.” Ucapnya dengan bibir bergetar.
“Hah? Kamu gak papa kan?” tanya Essa bingung.
“Bisa jemput aku sekarang?” desaknya tak ingin di bantah.
“Tapi...”
“Sekarang Essa,” desak Maureen.
“Oke-oke. Pak, saya ada urusan sebentar nanti saya sambung benerin motornya ya, maaf banget Pak.” Ucap Essa, entah dia bicara dengan siapa.
“Gimana sih Mas, saya juga buru-buru ini. Gak profesional banget sih,” keluh suara asing yang ikut terdengar.
“Maaf banget Pak, soalnya urusannya penting banget. Saya kasih gratis deh sampek motornya beres.” Ujarnya.
“Ya sudah kalau begitu.”
“Reen, gua kesana sekarang.” Dan sambungan telepon pun terputus.
Maureen kembali menaruh ponselnya kedalam tas, “apa dia suami kamu?” tanya Arkan.
“Ya,” sahut Maureen datar.
Dia mengusap wajahnya kasar, “kamu cinta sama dia?”
“Cinta akan tumbuh seiring waktu.” Sahut Maureen tanpa menatap lawan bicaranya.
“Hmp, kamu yakin akan bisa mencintai dia? Kamu tidak bercermin dariku, aku tidak bisa melupakan kamu sampai detik ini.” ujarnya.
“Aku akan berusaha.”
Arkan mendengus kasar, “jadi hubungan kita sudah benar-benar berakhir?”
“Ya.”
“Aku gak rela Reen, aku gak bisa relain kamu sama laki-laki lain.”
Maureen diam tak menjawab.
“Aku pergi dulu Arkan.” pamitnya, namun saat Maureen hendak berlalu Arkan kembali menarik tangannya dan menarik Maureen dalam dekapannya, dia memeluk tubuh itu dengan erat, seolah Maureen adalah benda paling berharga dalam hidupnya.
Untuk beberapa saat Maureen tetap membiarkan Arkan dalam posisi ini tanpa membalas ataupun menolak perlakuannya, ‘biarkan saja lah, ini adalah pelukan terakhir antara aku dan Arkan, setelah ini aku tidak akan lagi menemuinya.’
Lama mereka dalam posisi ini menyalurkan rasa rindu sekaligus rasa sakit dalam sebuah tindakan, hingga akhirnya suara Essa membuyarkan segalanya.
“Maureen!” panggilnya.
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤