Wajib membaca novel sebelumnya "Suami pengganti (menikah dengan calon kakak ipar).
Karena Kejadian yang tak terduga membuat Rahma harus menerima kenyataan pahit di benci oleh calon suaminya sendiri.
Demi kesehatan sang ayah pria bernama Riko harus tetap menikahi seorang gadis yang di jodohkan oleh ayahnya, meski kenyataannya sehari sebelum pernikahan dirinya memergoki gadis itu di sebuah hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah adik sepupunya sendiri.
Akankah Rahma mampu membuktikan kepada Riko jika dirinya tak seburuk pemikiran Riko?? akankah Rahma bisa membuktikan jika dirinya hanyalah korban fitnah keji seseorang???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam keluarga.
Jika sedang bersama Ratu, Rahma selalu menampilkan senyum cerianya, berbeda jika sedang menyendiri seperti saat ini. Tidak jauh berbeda dengan malam malam sebelumnya, Rahma kembali menitihkan air mata dalam kesendiriannya.
Sudah kurang lebih sebulan terakhir Kamar Tamu di rumah Ratu menjadi saksi bisu tangisan pilu Rahma. Merindu kepada seseorang yang jauh di sana, seseorang yang belum tentu mengharapkan kehadirannya.
Tok
Tok
Tok
Mendengar Ratu mengetuk pintu kamarnya membuat Rahma segera mengusap air matanya.
"Kenapa lama se_." kalimat Ratu terhenti begitu saja saat melihat wajah Rahma yang nampak seperti habis menangis.
"Ada apa denganmu???." tanya Ratu yang kini masih berdiri di ambang pintu.
"Tidak ada apa apa, aku hanya merindukan kedua orang tua ku." dusta Rahma dan tentunya Ratu percaya dengan ucapannya, mengingat baru kali ini Sahabatnya itu jauh dari kedua orang tuanya.
"Sudahlah jangan bersedih..!!! kan masih ada aku di sini." Ratu kemudian memeluk tubuh sahabatnya itu barang sejenak.
"Ada apa??." tanya Rahma setelah pelukan keduanya terlepas.
Ratu masuk ke dalam lalu duduk di tepi ranjang.
"Kau tahu tidak, pemilik rumah sebelah itu ternyata batal berangkat ke luar negeri karena suaminya kembali di tugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk mengawasi salah satu perusahaan tambang di kabupaten XXX. Untung saja tadi kau segera melunasi uang sewa untuk setahun ke depan, jika tidak sudah pasti kau tidak jadi menempati rumah itu karena pemiliknya tidak jadi menyewakannya." jelas Ratu dan Rahma pun merasa bersyukur telah melunasi sewa rumah untuk setahun ke depan, jika tidak sudah pasti dia akan kembali di sibukkan dengan mencari hunian baru.
"Sepertinya keberuntungan selalu berpihak padamu Ra." lanjut Ratu seraya tersenyum, begitu pun dengan Rahma yang ikut tersenyum, meski terkesan di paksakan.
"Sebaiknya istirahatlah....!!! Aku juga akan segera kembali ke kamarku." ucap Ratu sebelum meninggalkan kamar Rahma dan Rahma pun mengiyakannya.
**
Riko serta kedua orang tuanya dan juga adiknya, Sisil sudah berada di kediaman Oma nya.
Selain papa Abraham yang membawa serta keluarga kecilnya, nampak juga kakaknya, papa Perdana, beserta keluarga kecilnya.
Oma yang sudah mendengar tentang kabar kepergian cucu menantunya itu sengaja tidak menanyakan tentang Rahma pada Riko, karena tidak ingin cucunya itu bersedih hati.
Malam ini merupakan jadwal makan malam bersama di rumah Oma Marta, yang rutin digelar setiap sebulan sekali. Oma Marta merupakan ibu kandung dari papa Abraham dan juga papa perdana.
Sebenarnya selain papa Abraham dan papa Perdana, oma Marta punya seorang anak perempuan yang merupakan kakak dari papa Abraham dan papa Perdana, sayangnya anak perempuan Oma Marta telah berpulang saat melahirkan putrinya, dan suaminya kini telah menikah lagi dan kini tinggal di kota Surabaya.
Oma Marta sengaja menunda waktu makan malam karena salah seorang cucunya yang merupakan anak dari putrinya belum juga tiba.
Sembari menunggu kedatangan anggota keluarga yang lainnya, mereka mengobrol hangat di ruang tengah. Di antara anggota keluarga, nampak juga Andika dan juga istrinya Reva. Meski Andika bukan anak kandung dari putranya namun Oma Marta memperlakukan Andika layaknya cucu kandungnya sendiri.
Tiga puluh menit kemudian akhirnya yang di nanti pun tiba.
"Assalamualaikum....Oma." suara cempreng cicitnya membuat wanita yang masih terlihat gesit meskipun usianya tak muda lagi tersebut langsung menoleh ke sumber suara dan di ikuti oleh yang lainnya.
"Cicit Oma sudah datang." dengan senyuman manisnya ia menyambut cicitnya yang kini berlari ke arahnya.
"Pelan pelan dong sayang, nanti Oma bisa jatuh!!." Cristi nampak memperingati putranya.
"Tidak apa apa Cristi, lagi pula Oma masih sangat kuat kalau hanya untuk memangku cicit kesayangan Oma ini."
"Tuh kan, Oma saja nggak masalah mah."
Cristi hanya geleng-geleng melihat tingkah putranya.
Setelah menyalami Omanya, baik Cristi dan juga suaminya kemudian menyalami kedua paman dan bibinya serta sepupu sepupunya.
"Bagaimana kabar kalian nak??." tanya Papa Perdana dan juga papa Abraham secara bergantian pada keponakannya tersebut.
"Alhamdulillah baik Om." jawab Cristi
"Alhamdulillah kabar baik Om." Tian yang merupakan suami dari Cristi pun ikut menjawab.
"Kalian apa kabar??." Tanya Cristi pada adik adik sepupunya.
"Alhamdulillah kabar baik kak." Riko yang pertama kali menjawab dan di ikuti oleh yang lainnya.
"Maaf ya, sudah membuat kalian menunggu." kata Cristi merasa tidak enak.
"Tidak masalah nak." jawab papa Perdana sebagai perwakilan semuanya.
"Riko, sebelumnya kakak minta maaf karena tidak sempat Hadir di acara pernikahan kamu karena kesibukan mas Tian Waktu itu." ucap Cristi penuh sesal.
"Tidak mengapa kak." jawab Riko yang bisa mengerti dengan kesibukan kakak iparnya sehingga tidak bisa hadir di hari pernikahannya Tempo hari.
Setelah puas bermanja-manja dengan Oma Marta, Si kecil Boy pun beranjak kepada pamannya,Riko.
"Ponakan paman tambah ganteng saja, tapi sudah tidak usil lagi kan???." tanya Riko, namun bukannya Boy yang menjawab melainkan mamanya, Cristi.
"Kalau untuk kejahilan sepertinya belum ada yang berubah dari ponakan kamu itu, Ko." sela Cristi.
"Bahkan sebelum ke bandara tadi, Boy masih sempat sempatnya menjahili dua orang wanita yang datang bertamu ke rumah sore tadi." lanjut Cristi lalu menggeleng ketika teringat wajah sebal dari salah satu dari wanita tersebut.
"Oh ya... kenapa bisa begitu boy??" tanya Riko. Jika bersama keponakannya itu tentunya Riko memasang senyum manisnya. Senyum yang sudah sebulan terakhir hampir tak lagi terlihat semenjak kepergian sang istri.
"Habisnya Tante Tante itu pada cantik cantik Paman, jadi boy pikir salah satu di antaranya istri kedua papa, jadi boy nggak suruh masuk deh." jawaban polos boy menciptakan gelak tawa semuanya.
Sedangkan papanya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap polos putranya.
"Memangnya dari mana kamu dengar tentang istri kedua sayang??." tanya Cristi yang penasaran dengan jawaban putranya.
"Boy dengar dari salah satu teman boy di sekolah mah, karena istri kedua papanya sekarang papanya tidak sayang lagi sama teman boy."
Semuanya langsung terdiam mendengar jawaban boy.
Tian mengusap lembut rambut putranya yang baru saja turun dari pangkuan Riko.
"Boy tidak perlu cemas sayang, karena sampai kapanpun papa akan selalu sayang sama boy dan juga mama." janji Tian pada putranya di hadapan anggota keluarga istrinya. Terlihat kesungguhan di mata pria itu saat berujar, sehingga membuat semua yang ada di sana merasa tenang karena Cristi hidup bersama dengan pria yang tepat.
*
Demi makan malam yang rutin di gelar sebulan sekali tersebut, Cristi dan keluarga kecilnya bela belain terbang ke Jakarta.
Berhubung waktu makan malam telah terlewati hampir satu jam, maka mereka pun segera menuju meja makan untuk segera makan malam bersama.
Seperti biasa, saat makan malam berlangsung tidak ada yang bersuara karena itu sudah menjadi kebiasaan di keluarga mereka. Bahkan si kecil boy pun terlihat diam saat menikmati makan malamnya.
Di tengah makan malam, Cristi baru menyadari jika ada anggota keluarga yang tidak hadir yakni istri dari adik sepupunya, Riko. Walaupun saat itu ia tidak hadir di pernikahan Riko namun Cristi bisa menebaknya. waktu pernikahan Andika di gelar saat itu Cristi sempat menghadirinya, dengan begitu ia sangat mengenal wajah Reva. Jika selain Reva dan Sisil tidak ada wanita muda lainnya di sana, itu artinya saat ini istrinya Riko sedang absen dalam makan malam tersebut.
Meskipun begitu Cristi memilih diam saja mengingat aturan di keluarganya yang tidak boleh bersuara saat makan malam berlangsung. Rencananya Cristi akan menanyakan hal itu ketika makan malam selesai.