NovelToon NovelToon
Mati Rasa

Mati Rasa

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Anak Yatim Piatu / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:142.5k
Nilai: 5
Nama Author: Serra R

Terlahir menjadi anak yang terbuang tak membuatnya berkecil hati. Semangat yang dimilikinya kembali berkobar kala melihat banyaknya orang yang menyayanginya.

Namun dunianya berubah kala dirinya memutuskan untuk menikah. Meski harus merasakan kepahitan akan cinta pertamanya. Denisa tetap bisa bertahan meski pada akhirnya dia memilih mematikan hatinya demi membuang rasa sakitnya.

~Kau tak pernah tahu perihnya luka yang tak nampak namun terasa sangat menyayat jiwa. Jika luka gores itu akan hilang dengan sendirinya namun tidak dengan luka hati, sampai kapanpun dia akan tetap kekal abadi.... Denisa

~ Kuakui aku bodoh. Seharusnya aku menggunakan akal dan hatiku bukan menggunakan emosiku... Raka.

Bagaimana kisah mereka mengarungi biduk rumah tangga dengan bayang bayang cinta lain yang masih melekat di hati Raka.
Mampukah Denisa kembali merasakan cinta dalam hatinya yang telah mati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 . Sebercis goresan Luka.

"Cinta itu selalu ada, dia akan memilih dan memilah dimana dirinya nyaman untuk tinggal. Akan tetapi meskipun demikian, manusia itu sendirilah yang bisa menemukannya. Entah itu dengan rasa nyaman atau dengan luka. Namun Cinta akan selalu ada dalam diri setiap manusia."

********

Malam yang semakin larut namun keduanya enggan pergi. Raka kembali memeluk tubuh mungil yang hanya sebatas dagunya itu dengan erat. Hawa dingin tak menyurutkan keduanya untuk tetap bertahan menikmati malam. Seolah engan untuk menyudahi waktu kebersamaan yang mungkin tak akan terulang lagi.

Tak ada yang bisa memastikan, bahkan keduanya pun masih ragu dengan apa yang mereka rasakan. Untuk saat ini keduanya hanya ingin menjalani dan menikmati apapun yang harus mereka lewati.

Makanan sudah tandas sejam yang lalu. Keduanya hanya menikmati dinginnya malam dengan saling memeluk. Tepatnya, Raka yang memeluk tubuh Denisa dengan erat. gadis manis tersebut bahkan merebahkan kepalanya di dada bidang sang suami dengan nyaman.

"Kita pulang ya? ini sudah hampir tengah malam. Lain kali aku janji akan mengajakmu kembali kemari."

"Benarkah?"

"Hem, aku berjanji sayang."

Ya, panggilan sayang untuk ke berapa kalinya malam ini terdengar sangat manis di telinga Denisa. Ada rasa haru dan bahagia yang menyeruak dalam hatinya.

Bolehkah aku berharap?

Meski terasa berat kini pasangan tersebut telah meninggalkan tempat itu. Tempat dimana ada kenangan yang akan selalu Denisa kenang disepanjang waktu. Tempat dimana dirinya melabuhkan harapan terbesar dalam kehidupan rumah tangganya. Bukan wanita satu satunya yang dimiliki sang suami namun setidaknya dialah yang mempunyai hak penuh akan lelaki itu sebagai seorang istri.

Perpisahan yang diminta Raka di awal pernikahan mereka setiap hari menjadi momok yang menakutkan baginya.

.

.

.

Kota A

Ke empat remaja yang baru saja sampai itu keluar dari mobil. Meski nampak lelah, ke empat nya terlihat sangat senang. Terlebih Citra dan Radit yang bisa menikmati waktu liburan kali ini.

"Kita istirahat dulu. Nanti sore barulah kita menuju lokasi sambil jalan jalan disekitar sini." Rico menghempaskan tubuh lelahnya di sofa. Sebuah rumah minimalis bergaya modern menjadi tempat tinggal mereka selama berada di kota A.

Ini adalah kota yang di pilih oleh si kembar untuk berinvestasi. Keduanya sudah mempunyai usaha sendiri. Tak banyak yang tahu bahkan Raka pun tak mengetahui tentang ke dua adik kembarnya. Beruntungnya mereka selalu di kelilingi orang-orang baik yang bisa dipercaya untuk menjaga usaha mereka selama ini.

"Cit, ayo kita juga perlu istirahat." Citra mengangguk dan berjalan mengikuti langkah kaki Rena menuju lantai atas.

Sementara Rico telah terlelap di sofa. Pemuda itu terlihat sangat kelelahan. Sementara Radit memilih untuk berkeliling di bangunan dua lantai tersebut.

Dari atas balkon dapat di lihat pemandangan yang indah. Radit tersenyum tipis, sejak kecil dirinya hanya menghabiskan waktunya di dalam panti. Bersama dengan Denisa dan Citra. Ketiganya bahu membahu menghadapi kesulitan demi kesulitan mereka. Hidup dengan serba keterbatasan yang ada di panti ternyata membentuk pribadi mereka yang tangguh.

"Kak, apapun yang terjadi, aku akan tetap berada disisi kakak. Jangan takut, karena kakak tak pernah sendiri. Ada kami yang akan selalu menjadi perisai untuk kakak." Gumamnya menatap jauh kedepan.

.

.

.

Ponsel Raka berdering nyaring padahal hari masih menunjukan jam 5 pagi. Lelaki tampan yang sedang memeluk erat tubuh sang istri itu mengernyap pelan.

Diambilnya ponsel secara cepat karena tak ingin tidur Denisa yang lelap terganggu karenanya. Matanya memicing kala melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini. Dengan perlahan Raka beringsut dan melangkah menuju balkon setelah berhasil menggeser tubuh Denisa dan menyelimuti nya.

"Ada apa?" Ketusnya ketika panggilan telah terhubung.

"... "

"Hem, biarkan saja dulu. Kau awasi terus dan kumpulkan banyak buktinya."

"... "

"Baiklah aku mengerti. Ku serahkan semua padamu, aku percaya kau mampu untuk melakukannya."

Raka memijit pelipisnya pelan setelah sambungan terputus. Dihembuskan nya nafasnya kasar. Rasa sesak itu kembali hadir menyusup relung hatinya.

Denisa menggeliat pelan, kedua mata indahnya mengernyap menyesuaikan diri. Di tengok nya samping kiri dan kanannya tak ditemuinya sang suami disana.

Semalam, setelah menghabiskan waktu berdua di rooftop mereka memutuskan untuk tidur bersama. Ini ke tiga kalinya mereka tertidur dalam satu kamar dengan kasur dan selimut yang sama. Namun semalam dengan sadar Raka merengkuh tubuh Denisa ke dalam dekapannya sepanjang malam.

"Dimana mas Raka?" Gumam Denisa pelan dengan menginjakkan kakinya ke lantai.

Langkahnya perlahan menuju balkon dimana terdengar suara samar samar disana. Pintu balkon yang sedikit terbuka dengan tirai yang masih menutup disana membuat pandangan Denisa sedikit buram. Namun dirinya yakin jika sosok yang sedang berdiri membelakangi nya dengan ponsel menempel di telinga itu adalah suaminya.

"Hem, ya. Istirahatlah."

"... "

"Tentu aku akan selalu mengingatnya."

"... "

"Aku juga merindukanmu, kau sangat tahu itu bukan?"

"..."

"Baguslah, Berhati-hatilah di jalan, aku akan menghubungimu lagi nanti."

"..."

"Love you too."

Denisa mengurungkan langkahnya, kakinya bergetar dengan tangan yang membekap erat mulutnya sendiri. Jantungnya berdetak kencang dengan dada yang bergemuruh hebat.

Gadis itu membalikkan diri dan memilih kembali masuk dalam selimut sebelum Raka mengetahui keberadaannya. Berpura-pura tak tahu mungkin akan lebih baik pikirnya. Namun Denisa benar-benar kacau. Ditekannya ego dan isakan siapa tak sampai terdengar.

"Kau harus kuat Denisa, harus kuat. Bukankah sejak awal kau sudah mengetahuinya? lalu kenapa sekarang harus terkejut? kau sudah tahu konsekuensinya bukan? jadi berhentilah bersikap bodoh karena kau bukan siapa-siapa baginya." Gumamnya pada diri sendiri seraya meremas kuat piyama tidur yang dikenakannya didepan dada untuk meredam rasa sakitnya.

Sakit?

Tentu sakit yang teramat terasa. Memendam cinta sendiri pada orang yang seharusnya halal baginya namun ternyata tak mampu karena adanya tembok tinggi menjulang di hadapannya.

"Sebentar lagi Denisa, hanya butuh waktu sebentar lagi maka semuanya akan kembali normal seperti dulu." Lanjutnya yang berusaha terpejam apalagi ketika dirinya mendengar langkah Raka yang kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Huuft, untung dia masih terlelap." Raka memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk mendinginkan otaknya yang terasa panas padahal matahari saja baru mengintip malu malu di ufuk timur.

Denisa membalik badannya ketika mendengar pintu kamar mandi tertutup. Ditatap nya nanar benda itu. Kembali kabut menyelimuti matanya. Namun Denisa tak ingin ketahuan dan itu akan membuatnya semakin malu nantinya.

Denisa memilih bangun dan segera membereskan kasur itu. Air matanya menetes tanpa diminta. Kebersamaan bersama sang suami ternyata tak indah selamanya. Ketika hatinya berbunga maka kenyataan akan selalu datang mengingatkannya.

Denisa bergegas keluar dari kamar Raka. Gadis itu memilih menyibukan dirinya di dapur dan membuat sarapan untuknya dan Raka.

1
Ray Aza
rendah hati...
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
wah rena hamil ....
tpi rayyan udah sama jennie kan thor di kota B..
selamat ya ren
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
halah modus si raka,, minta mandi sekalian minta jatah ya 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
apa yg membuat mu ragu citra??? jangan pernah berfikir yg aneh", rico tulus mencintaimu, apa kau masih punya perasaan sama radit ???
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
bram menikah saja sama kakka iparnya
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
yaaaaahhhh end nya sedih
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
oalah ternyata arlan bukan anak kandung toh
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
itu air mata beneran atau air mata buaya ren
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
ternyata tuhan lebih menyayangi kakek nya radit
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
dasar wanita edannnn, gak merasa bersalah atas apa yg di lakukannya
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
nah rena, gimana tuh..
jangan menunda momongan lah.. biar kan berjalan sesuai kehendak yg kuasa.. kalian cukup ngadon aja 🤭
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
gass lagi dit 🤭🤭🤭
mau liat live streaming ini 🤣🤣
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
astaga rico mau menguping ya 🤣🤣🤣
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
keramas lah biar wangi ... kan mau unboxing 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
wkwkwk malam pertama cuy...
gass yok
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
walah buk , maaf ya raka udah sold out ..
ibu telat 🤭🤭
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
terharuuuu.... akhirnya ada yg mengakui jennie sebagai keluarga walau tak ada ikatan darah
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
mau ada pembicaraan serius kah kok ngumpulnya di kamar ???
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
yeeee 👏👏👏
akhirnya rencana berjalan lancar.
selamat untuk rena dan radit
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ 𝐌𝐎𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ
ya ampun rena, awas kaget loh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!