NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duniahiburan / Rumahhantu / Mafia / Cintapertama / Berondong
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ulina Simanullang

Di Universitas Harapan Bangsa, cinta tumbuh di antara dua insan dari dunia yang berbeda. Stefanus, pemuda cerdas yang hidup serba kekurangan, menempuh pendidikan berkat beasiswa.Di sisi lain, ada Stefany, gadis cantik dan pintar, putri tunggal Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang ternyata menyimpan rahasia kelam Ia adalah bos mafia kejam.Pertemuan sederhana di kampus membawa Stefanus dan Stefany pada perasaan yang tak bisa mereka tolak. Namun, cinta mereka terhalang restu keluarga. Pak Arman menentang hubungan itu, bukan hanya karena perbedaan status sosial,hingga suatu malam, takdir membawa malapetaka. Stefanus tanpa sengaja menyaksikan sendiri aksi brutal Pak Arman dan komplotannya membunuh seorang pengkhianat mafia. Rahasia berdarah itu membuat Stefanus menjadi target pembunuhan.Akhirnya Stefanus meninggal ditangan pak Arman.stelah meninggalnya Stefanus,Stefany bertemu dengan Ceo yang mirip dengan Stefanus namanya Julian.Apakah Julian itu adalah Stefanus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulina Simanullang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8:Buruan yang sangat mematikan

Salah satu mobil hitam berhenti tidak jauh dari tempat Stefanus bersembunyi. Dua pria turun, berbicara singkat, lalu menyalakan senter ke arah semak-semak di sekitar jembatan.

Stefanus menahan napas. Jika mereka maju lima langkah lagi, ia akan ketahuan.

Namun sebuah suara di radio genggam memanggil mereka kembali. “Target terlihat di sisi barat kota. Semua unit bergerak ke sana.”

Mereka berlari kembali ke mobil, meninggalkan tempat itu.

Stefanus menghembuskan napas lega. Ia sadar pengepungan kota ini semakin ketat. Cepat atau lambat, ia akan kehabisan tempat untuk bersembunyi.

Di rumah mewahnya, Pak Arman berjalan mondar-mandir di ruang kerja. Setiap laporan yang masuk membuatnya semakin marah.

“Bagaimana mungkin anak satu ini belum ditemukan?” bentaknya melalui telepon.

“Bos, dia bergerak cepat. Seperti sudah tahu cara bersembunyi,” jawab Boris di seberang sana.

Pak Arman mengepalkan tangannya. “Aku tidak peduli. Besok pagi, aku tidak mau mendengar namanya lagi. Mengerti?”

“Siap, Bos.”

Telepon ditutup. Pak Arman menatap keluar jendela besar. Di kejauhan, lampu-lampu kota berkelip, tapi pikirannya hanya dipenuhi satu hal: menghapus saksi sebelum semuanya terlambat.

Menjelang fajar, Stefanus akhirnya menemukan gudang kecil kosong di pinggir sungai dan memutuskan bersembunyi di sana. Tubuhnya lelah, matanya berat, tapi ia memaksa dirinya tetap terjaga.

Di luar, suara mobil dan motor sesekali terdengar, tapi tidak ada yang mendekat.

Untuk pertama kalinya sejak malam itu dimulai, Stefanus bisa bernapas sedikit lebih lega. Tapi ia tahu ini hanya sementara. Begitu mereka menemukan namanya, permainan akan berubah menjadi pertarungan hidup dan mati.

Dan ia tidak tahu bahwa saat ini, di rumah besar di sisi lain kota, Stefany tidur tanpa tahu bahwa ayahnya sendiri sedang memimpin perburuan untuk membunuh lelaki yang ia cintai.

Fajar mulai mengintip di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat oranye pucat. Namun bagi Stefanus, pagi ini bukanlah pertanda kedamaian. Ini adalah awal dari hari yang mungkin akan menjadi hari terakhir dalam hidupnya.

Di dalam gudang kecil di tepi sungai, Stefanus duduk bersandar di dinding dingin yang retak. Matanya merah, tubuhnya lelah, tapi pikirannya bekerja keras mencari jalan keluar.

Ia memandang jam di pergelangan tangan kirinya yang sekarang kosong. Jam tangan kesayangannya—satu-satunya benda berharga yang ia miliki—telah jatuh di tempat kejadian semalam. Ia belum sadar bahwa jam itu sudah berada di tangan orang yang paling berkuasa di kota ini: Pak Arman.

“Harus pergi dari kota ini… atau aku mati,” gumamnya pelan.

Namun kabur tidak semudah itu. Ia tidak punya uang, tidak punya kendaraan, dan tidak tahu siapa saja yang sudah dikerahkan untuk memburunya.

Sementara itu, di rumah besar di tengah kota, Pak Arman duduk di ruang kerjanya dengan wajah muram. Di mejanya tergeletak sebuah jam tangan dengan tali kulit coklat, tergores di beberapa bagian tapi masih berfungsi.

“Stefanus,” gumamnya pelan setelah mendengar laporan dari Boris. “Anak kuliahan miskin yang hidup dari beasiswa… tapi berani sekali main-main dengan nyawa.”

Boris berdiri di dekatnya, menunggu perintah.

“Kita sudah tahu di mana dia bersembunyi?” tanya Pak Arman.

“Belum pasti, Bos. Anak itu seperti hantu. Tapi beberapa orang melihat seseorang mirip dia di dekat jembatan timur,” jawab Boris.

Pak Arman mengangguk pelan. “Kerahkan semua anak buah. Jangan beri dia waktu untuk kabur. Ingat, sebelum matahari terbenam, aku tidak mau mendengar namanya lagi.”

Perintah itu meluncur seperti vonis mati. Boris segera keluar, menghubungi tim yang sudah tersebar di seluruh kota.

Di sisi lain kota, Stefany bangun dengan wajah letih. Semalaman ia menunggu pesan dari Stefanus, tapi tidak ada kabar.

Ia memeriksa ponselnya berkali-kali. Tetap nihil.

“Kenapa dia tidak balas?” gumamnya.

Ia mencoba menelepon, tapi nomor itu tidak bisa dihubungi. Hatinya mulai gelisah. Stefanus bukan tipe orang yang menghilang tanpa kabar.

Saat ia turun ke ruang makan, ayahnya sudah duduk di meja, wajahnya tenang seperti biasa. Tak ada tanda-tanda bahwa semalaman orang ini memimpin perburuan mematikan.

“Ayah,” Stefany memberanikan diri bertanya, “ayah tahu sesuatu tentang Stefanus? Dia tidak bisa dihubungi.”

Pak Arman menatap putrinya sekilas, kemudian tersenyum tipis. “Mungkin ponselnya rusak. Atau dia sibuk kuliah. Jangan khawatir.”

Stefany mengangguk, tapi di dalam hatinya ada rasa tidak enak. Ia tidak tahu bahwa senyum ayahnya menyembunyikan rahasia yang kelam.

Perburuan Dimulai Lagi

Di gudang tua, Stefanus akhirnya memutuskan untuk bergerak sebelum para pengejar menemukannya. Ia menyusuri jalan kecil di pinggir sungai, berusaha menuju rumah pamannya di pinggiran kota.

Namun di kejauhan, suara motor dan mobil mulai terdengar. Ia tahu itu bukan suara orang biasa. Itu suara orang-orang bersenjata yang dikirim Pak Arman.

Ia mempercepat langkah, menyelinap ke gang sempit, memanjat pagar, dan berlari melewati halaman rumah warga. Nafasnya terengah-engah, tapi ia tidak berhenti.

Di sisi lain, Boris menerima laporan dari salah satu anak buahnya.

“Bos, ada yang melihat dia di dekat pasar tua!”

“Blokir semua jalan keluar. Jangan biarkan dia lolos!” perintah Boris cepat.

Sekejap saja, puluhan orang menyebar ke segala arah. Kota ini berubah menjadi labirin maut bagi Stefanus.

Pertemuan yang Nyaris Terjadi

Stefanus berlari ke sebuah bangunan setengah roboh di dekat pasar tua. Ia bersembunyi di balik tumpukan kayu, berusaha mengatur napas.

Dari celah tembok, ia melihat beberapa pria bertubuh kekar dengan jaket hitam menyebar, membawa foto dirinya.

“Cari di setiap sudut!” teriak salah satu dari mereka. “Anak ini tidak boleh keluar dari sini hidup-hidup!”

Stefanus memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Jika mereka menemukan dia sekarang, semuanya akan berakhir.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Suara pesan dari Stefany muncul di layar:

“Kamu di mana? Aku khawatir. Tolong balas pesanku.”

Stefanus menggigit bibirnya. Ia ingin membalas, tapi tahu itu berbahaya. Satu kesalahan saja, lokasi ponselnya bisa terlacak.

Dengan tangan gemetar, ia mengetik cepat: “Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku akan jelaskan nanti.”

Pesan terkirim. Tapi apakah itu langkah yang benar, atau justru jebakan bagi dirinya sendiri?

Pak Arman Semakin Dekat

Di mobil hitamnya, Boris menerima laporan baru. “Bos, dia mengirim pesan ke seseorang. Lokasinya bisa kita lacak.”

Pak Arman yang duduk di kursi belakang membuka matanya. “Lacak sekarang. Aku ingin dia sebelum matahari terbenam.”

Mobil-mobil lain bergerak cepat, menuju lokasi yang ditunjukkan sinyal ponsel Stefanus.

Di pasar tua yang penuh kios kosong dan bangunan reyot, suasana mulai mencekam. Udara pagi yang biasanya dipenuhi suara pedagang dan pembeli kini berganti dengan langkah kaki para pria bertubuh kekar yang menyebar ke segala arah.

1
Ida Bolon Ida Borsimbolon
mantap,Tetap semangat berkarya💪☺️
argen tambunan
istriku jenius bgt lah♥️♥️
argen tambunan
mantap
Risno Simanullang
mkasi kk
Aiko
Gila keren!
Lourdes zabala
Ngangenin ceritanya!
Risno Simanullang: mkasi kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!