Maid Pribadi Tuan Muda Anderson

💝.....

💝.....

💝.....

"Ya ampun jantung ku kenapa ya, sedari tadi gak berhenti berdetak kencang, rasanya mau copot, apa aku punya riwayat penyakit jantung, ah tidak tidak mungkin kan, inti terjadi saat tuan Adrian nyuruh aku temenin dia makan, tapi apa iya aku penyakitan? aku harus periksa ke dokter kayanya, nanti aku bakal tanya sama Bi Inah deh." monolog Azkia sambil membereskan bekas makan tuan Adrian dan Kia tadi.

Setelah mengantar kepergian Papah dan Mamah nya Adrian pun pulang kembali bersama Mang Sarif.

30 menit perjalanan dari bandara ke Mansion Anderson karena jalanan lenggang, setelah sampai Adrian pun bergegas ke ruang kerja bukan ke kamarnya, karena ada pekerjaan yang mendesak yang sempat dia Terima e-mail dari Bian, Adrian yang menerima itu sewaktu di perjalanan pulang.

Tepat pukul 1.00 WIB dini hari Adrian pun menyelesaikan pekerjaannya itu, besok hari minggu jadi tak ada kegiatan ke kantor, Adrian pun bergegas menuju kamarnya yang bersebelahan.

Pagi hari tepat jam 6 pagi, Azkia masuk ke kamar tuan Adrian, Kia pun membangunkan tuan nya, tapi tuan nya itu malah mengigau.

"Tuan.. tuan.. bangun sudah pagi!"

"Emm... Siska sinih sayang, aku sangat merindukanmu!" Adrian yang di bangunkan malah menarik Kia ke atas kasur.

"Tu-tuan sa-saya bukan Siska tapi saya Azkia," Kia pun memberontak agar tuan nya tersadar dari mimpinya.

Adrian semakin erat memeluk Kia dan terus meracau, dan sesekali menciumi seluruh wajah Kia, Kia yang merasa risih terus memberontak dan berusaha untuk menyadarkan tuan nya.

Azkia sudah tak bisa bernapas karena pelukan tuan nya yang begitu erat, dan tak kunjung sadar akhirnya Kia pun berinisiatif membangunkan dengan cara berteriak tepat di telinga tuan nya, "kebakaran..... kebakaran....."

Al hasil Adrian pun terbangun dengan tergesa-gesa dan "bugh.... "

Azkia yang baru terlepas dari pelukan tuan nya langsung mengambil napas sebanyak mungkin, dan setelah itu Kia tersadar melihat tuan nya terjatuh dari ranjang nya.

"Aawww..... " teriak Adrian kesakitan.

"Tu-tuan.. anda tak kenapa kenapa kan, mana yang sakit?"

"Apa yang terjadi Kia? apa kau membangun kan ku dengan cara menggulinkan ku di atas ranjang?" tanya Adrian dengan pentuh intimidasi.

"Ti-tidak tuan ta-tadi saat membangunkan tuan.. " Kia menjeda pembicaraan nya.

"Apa Kia, apa kamu menyangkal hmm?"

"Ti-tidak tuan, tadi tuan malah memeluk saya dengan erat, dan tuan menyangka kalau saya itu Siska, tadi saya berusaha melepaskan pelukan tuan yang sangat erat tapi tak bisa, ja-jadi saya berteriak di telinga anda dengan kata ke-kebakaran tu-tuan, " Azkia menjelaskan itu sambil terbata dan menunduk sedalam-dalamnya.

"A-apa... !" Adrian masih syok atas penuturan Kia barusan, dia pun mengingat ingat tadi dia sedang bermimpi bertemu Siska dan memeluk nya dan menciumi nya, mata Adrian melotot saat ingatan nya berhasil menyadarkannya.

"Apa saya mencium kamu Kia?"

"Iy-iya.. tuan" Kia pun semakin menunduk dan raut muka Kia bersemu merah.

"Ehmm.. maaf Kia, itu saya tak sadar atas perlakuan saya tadi, ya sudah sana siapkan air untuk mandi saya!"

"Ba-baik tuan" Kia pun bergegas ke kamar mandi untuk menyiapkan air untuk mandi tuan nya.

"Hah.. bisa bisanya aku bermimpi mencumbu Siska, ah sial mana junior ku on lagi" monolog Adrian sambil mengacak-acak rambutnya prustasi menahan hasrat dan sambil menahan rasa sakit di bokong dan punggung nya juga.

"Tuan air sudah siap."

"Terimakasih Kia." Adrian pun bergegas ke kamar mandi meskipun masih merasakan ngilu di seluruh tubuhnya.

Setelah taun Adrian masuk ke kamar mandi, Kia pun bergegas membereskan ranjang dan mengambil pakaian kotor dan tak lupa menyiapkan pakaian santai untuk tuan nya, setelah selesai semuanya Kia pun bergegas ke tempat laundry.

"Ya Allah jantung ku benar-benar bermasalah kayanya, ini beneran harus di periksa, apa hari minggu ada praktek dokter yang buka ya??? tar deh tanya Bi Inah."

Azkia pun bergegas setelah memasukkan pakaian kotor ke tempat mesin cuci, lalu menuju dapur untuk membantu Bi Inah menyiapkan sarapan pagi buat tuan Adrian.

"Bi sini Kia aja yang siapin, Bi apa Bibi tau ada praktek dokter yang buka hari minggu?"

"Iya Kia kita siapin sama-sama aja ya, emang siapa yang sakit?" Bi Inah balik bertanya dan dengan raut muka heran juga.

"Ini Bi buat aku kayanya jantung ku bermasalah deh!"

"Hah.. emangnya jantung kamu kenapa?" sahut Bi Inah dengan raut muka terkejut.

"Ini loh Bi setiap bersentuhan dengan tuan Adrian tak sengaja jangan Kia selalu berdebar kencang, kaya mau copot gitu bi!"

"Hah.. emang kamu bersentuhan bagaimana kok bisa begitu?" sahut Bi Inah sambil senyum mendengar cerita Azkia yang belum tau itu rasa apa karena jantung berdetak kencang.

Kia pun bercerita tentang kejadian tadi malam sampai kejadian tadi pagi, Bi Inah yang mendengar itu sontak menahan tawanya, karena melihat sikap Kia yang masih polos belum mengerti arti dari degupan jantung nya.

"Kia.. " belum sempat berbicara ingin menerangkan tentang rasa yang di rasakan Kia, pembicaraannya terpotong dengan kedatangan Adrian.

"Ehem... Bi sarapan udah siap, Iyan sudah lapar,"

"Eh.. tuan sudah datang, silahkan sarapan sudah siap, silahkan di nikmati."

"Saya juga pamit tuan."

"Terimakasih Bi, Kia,"

Bi Inah dan Kia pun meninggalkan tuan Adrian sarapan sendiri di meja makan.

"Kia kita duduk di ruang istirahat yuk buat lanjutin pembicaraan kita td yang terpotong!" lalu Bi Inah mengajak Kia ke tempat istirahat.

Mereka pun duduk di atas sofa, untung nya tak ada pelayan yang lain hanya ada mereka berdua, Bi Inah pun menjelaskan tentang keluhan Kia yang tadi dia ceritakan pada Bi Inah, bahwasannya itu bukan penyakit tapi rasa suka kepada lawan jenis.

Azkia yang mendengar penjelasan tentang itu pun kaget, karena rasa ini baru dia rasakan selama dia beranjak dewasa, pernah ada satu pria yang suka sama Kia, dan pernah memegang tangan nya juga tapi tak merasakan seperti bersama tuan muda nya.

"Apa benar aku suka sama tuan muda Adrian, Kia sadar diri dong kamu itu siapa," monolog Kia di dalam hatinya dan berusaha mengusir rasa itu.

"Kia kamu kenapa? kok kamu malah geleng-geleng kepala sih?"

"Eh eng-enggak kok Bi, hanya saja Kia belum mengerti yang Bibi katakan tadi, dulu waktu Kia SMA pernah ada yang nyatain cinta dan megang tangan kia, tapi Kia gak ngerasain jantung Kia mau copot Bi?"

"Hahaha... " akhirnya tawa Bi Inah pun pecah karena tah tahan untuk menahan nya lagi.

"Bi Inah, saya sudah makannya."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...