Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.
Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?
Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Selebgram Cilik
Pada akhirnya, Tessa berhenti membahas mengenai niatnya untuk kembali aktif menjadi seorang selebgram. Namun hal itu tak serta merta membuat kerinduan Tessa pada hobinya menghilang. Pesan yang ditinggalkan oleh para penggemarnya, membekas dalam benak Tessa. Pergulatan batinnya sungguh membuatnya bimbang.
Siang itu, seluruh pekerjaan rumah telah selesai dikerjakan oleh Tessa. Putri kecilnya juga sudah terlelap, setelah menghabiskan makan siangnya. Tessa mulai bingung memikirkan hal apa yang bisa ia lakukan saat ini.
Bisa saja ia ikut terlelap bersama putrinya, mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Sayangnya, meski sudah dipaksa, kedua netranya tak kunjung terpejam.
Tessa menghela napasnya berkali-kali, sebelum akhirnya ia kembali berseluncur di dunia maya dengan gawainya. Tak ada kata bosan bagi Tessa, saat ia membaca satu per satu komentar yang ditinggalkan oleh penggemar di akun sosial medianya. Susah payah Tessa mencegah agar jemarinya tak membalas pesan-pesan tersebut.
Setelah puas membaca pesan di kolom komentar, Tessa beralih melihat-lihat foto dan video yang mengisi halaman sosial medianya. Senyumnya mengembang, manakala ia melihat foto-foto dirinya sendiri.
“Lihatlah! Dulu kau begitu ceria, Tessa,” gumamnya mengomentari fotonya.
Melihat kembali kumpulan foto dan video di sosial medianya, berhasil membuat Tessa lupa waktu. Ibu muda itu tak menyadari jika ia sudah menghabiskan berjam-jam, hanya untuk mengenang momen-momen bahagia yang pernah ia lewati.
“Aku jadi merindukan Sea dan Phila,” monolognya seraya menatap foto dirinya bersama kedua sahabatnya.
Saat ia mulai lelah dan hendak berhenti, netranya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Tessa begitu terkesima, saat melihat sebuah akun sosial media berisikan banyak foto-foto bayi yang lucu dan menggemaskan.
“Ah … benar juga! Bagaimana jika aku membuat akun sosial media untuk Ayasya.”
Beberapa saat Tessa terdiam, ia kembali memikirkan ide yang tiba-tiba saja terlintas di benaknya. “Akun sosial media itu bisa kugunakan untuk menyimpan foto-foto Ayasya. Bisa menjadi kenangan untuknya nanti,” lanjut Tessa.
Lalu tanpa pertimbangan lagi, Tessa segera mewujudkan idenya. Sebuah akun sosial media dengan nama putrinya, telah dibuat oleh Tessa. Keraguan mulai muncul saat kembali ia mengingat pesan suaminya.
“Lalu bagaimana jika Bang Owen tak setuju?”
Memikirkan besar kemungkinan jika suaminya tak akan setuju, membuat semangat dan antusiasme Tessa seketika menghilang. Hanya helaan napas berat yang terdengar, saat Bunda Ayasya itu akhirnya memutuskan untuk berhenti mengunggah foto putrinya.
...…...
Malam pun akhirnya tiba. Owen menyadari gelagat istrinya yang tak bersemangat seperti biasanya. Saat makan malam, Tessa lebih banyak diam. Saat mereka sedang menonton film bersama, Tessa bahkan kembali ke kamar lebih awal, dengan dalih jika putrinya sudah mengantuk.
Merasa bosan dan sepi setelah ditinggal oleh Tessa dan Ayasya, Owen menyusul ke kamar. Dilihatnya Ayasya yang lagi-lagi tidur di bagian tengah tempat tidur.
Huft … sepertinya malam ini kesabaranku kembali diuji, batin Owen.
Meskipun begitu, Owen tetap bergabung bersama istri dan putrinya di tempat tidur. Aneh rasanya, sebab malam ini Tessa tidur memunggunginya.
Jika boleh jujur, Owen tak menyukai keadaan itu. Melihat wajah damai Tessa dan Ayasya yang terlelap, selayaknya obat penenang bagi Owen.
“Bun, apa kamu sudah tidur?” tanya Owen dengan suara pelan seperti berbisik.
Tessa yang memang belum tidur, berbalik badan menghadap pada suaminya. “Ada apa, Bang?”
“Apa Ayasya masih sering rewel sebelum tidur?” tanya Owen.
Tessa menggeleng. “Nggak … memangnya kenapa, Bang?”
“Nggak terasa, ya … sekarang Aya sudah semakin besar. Sepertinya dia juga sudah jarang tidur di box bayinya,” ucap Owen.
“Bagaimana jika box bayi milik Aya kita berikan saja pada orang yang lebih membutuhkan?” usulnya.
“Aku setuju, Bang. Tapi … untuk Aya, hem-“
“Tenanglah, aku sudah memikirkan hal itu,” ucap Owen. “Aku berniat untuk menyiapkan kamar tidur untuk Aya, tepat di samping kamar kita.”
Tessa hanya mengangguk untuk merespon ucapan suaminya.
“Meski akan berat pada awalnya, namun kita memang harus mulai untuk mengajarkan Aya untuk mandiri. Kamu setuju kan?”
“Iya … aku ikut apa katamu saja, Bang,” jawab Tessa singkat.
Sejujurnya, Tessa ingin sekali tertawa saat melihat Owen yang tersenyum penuh kemenangan. Tentunya ia paham apa penyebabnya hingga suaminya terpikirkan ingin membuat kamar tidur untuk putrinya.
Tessa pun sebenarnya sama, dirinya juga merindukan sentuhan suaminya. Namun, hari ini ia tak bersemangat. Tessa masih memikirkan mengenai keinginannya untuk kembali bekerja seperti dahulu. Alhasil, malam ini Tessa sengaja menghindari Owen dengan menggunakan putrinya sebagai alasan.
...…...
Seminggu telah berlalu. Sedikit demi sedikit, Owen mulai mewujudkan rencananya. Sebuah kamar tidur bertemakan negeri dongeng spesial untuk putrinya, sebentar lagi akan rampung. Tessa juga perlahan mulai belajar untuk mengesampingkan egonya. Keluarga kecilnya adalah yang terpenting saat ini.
Namun suatu hari Tessa kembali dibuat bimbang dengan keputusannya. Hari itu, Tessa berniat mencari perabotan yang akan mengisi kamar tidur putrinya. Ia memutuskan untuk mencari barang-barang tersebut melalui toko online.
Betapa terkejutnya Tessa, saat ia melihat jutaan akun yang telah mengikuti akun sosial media milik putrinya. Padahal baru enam foto yang Tessa sempat unggah.
“Apa?! Hanya dalam seminggu dan jumlah pengikutnya sebanyak ini,” pekik Tessa. “Putriku memang sungguh mengagumkan,” imbuhnya.
Ribuan pujian diterima Ayasya melalui kolom komentar pada akun sosial medianya. Hampir seluruhnya memuji betapa cantik dan menggemaskannya putri Tessa dan Owen. Tak hanya pujian yang diterima Ayasya, beberapa pesan dengan tawaran menggiurkan juga kini semakin membuat Tessa dilema.
Tessa menelan salivanya berkali-kali, saat membaca beberapa pesan yang masuk ke akun sosial media putrinya. Sebagian besar berasal dari para pemilik usaha yang menjual macam-macam perlengkapan dan kebutuhan bayi.
“Aya, lihatlah ini … banyak yang ingin kamu mempromosikan produk mereka,” ucap Tessa pada putrinya yang sedang asyik bermain dengan bonekanya.
“Mungkin ini bisa menjadi solusi. Kita bisa membantu Ayah untuk menyiapkan kamar tidur untukmu,” jelas Tessa pada putri kecilnya, yang hanya meresponnya dengan senyum dan tawa.
Tessa mulai memilih barang paling sederhana yang akan dipromosikan oleh putrinya. Betapa bersyukurnya Tessa, sebab Ayasya seakan mengerti dengan apa yang mereka lakukan.
Aya begitu pintar saat Tessa mengarahkannya untuk berpose di depan kamera. Feedback yang diterima Tessa dan Ayasya juga sangat baik.
Seiring waktu, berawal dari satu barang hingga akhirnya cukup banyak barang yang telah dipromosikan oleh Ayasya. Hasilnya pun tak pernah mengecewakan. Tanpa sepengetahuan Owen, putri kecilnya telah mulai mengikuti jejak sang Bunda.
Hingga suatu hari … pada akun sosial media Ayasya, Tessa menerima pesan dari sebuah perusahaan yang cukup besar dan terkenal. Perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk pakaian bayi itu, mengajukan kontrak kerjasama jangka panjang untuk putrinya.
Nominal yang ditawarkan juga tak tanggung-tanggung. Tak hanya akan mempromosikan barang melalui sosial medianya, Ayasya juga terpilih menjadi brand ambassador perusahaan tersebut.
Tessa hendak menolak, namun semua penawaran terasa begitu menguntungkan. Ia akhirnya meminta waktu untuk berpikir. “Mungkin ini waktunya aku jujur pada Bang Owen. Kerjasama ini terlalu besar untuk kuputuskan sendiri.”
Hari itu Tessa sudah menyusun rencana untuk bicara jujur pada suaminya. “Ya, malam nanti aku akan mengatakan yang sebenarnya pada Bang Owen.”
...-------------...
nawra wanita licik, ben..
wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.
kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...