Semenjak sekolah malam diberlakukan, banyak murid yang hilang secara misterius. Semua orang mengira kalau menghilangnya para murid itu karena kuntilanak penghuni pohon beringin belakang sekolah.
Zara sendiri sebagai anak indigo, tahu kalau menghilangnya murid-murid itu bukan karena hantu.
Lalu siapa yang benar? Rumor itu atau Zara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 - Menghilang
Erin terkejut saat mendengar perkataan Pak Danu. Seketika air matanya bercucuran. Sambil menangis, Erin berucap, "Nina menghilang, Pak... Tadi aku pikir dia balik duluan ke kelas... Tapi dia ternyata juga nggak ada di sini..."
"Apa? Hilang? Erin! Kau sebaiknya tenangkan dirimu." Pak Danu membawa Erin duduk. Firda selaku teman satu geng Erin dan Nina, jadi ikut cemas. Ia ikut menangis bersama Erin.
Mendengar kabar tidak mengenakkan, Pak Danu segera memberitahu kepala sekolah dan guru lain terkait menghilangnya Nina. Mereka sepakat untuk melakukan pencarian ke seluruh penjuru sekolah malam itu juga.
Kabar tentang menghilangnya Nina tersebar dengan cepat ke telinga murid lain. Termasuk Zara. Gadis itu baru saja mendapat kabar dari teman kelasnya.
Karena keadaan yang terbilang darurat itu, semua murid disuruh tetap di kelas dan mengerjakan tugas dari guru.
Zara sejak tadi sebenarnya ingin pipis. Namun sengaja ditahan karena enggan ke toilet. Sayangnya dia sudah tak tahan lagi dan berlari ke toilet.
"Mau kemana, Ra?" tegur Lukman. Tapi tidak digubris, karena Zara terlanjur pergi.
Kini Zara sudah di toilet. Ia buru-buru menyelesaikan urusannya.
"Aku nggak mau lama-lama!" gumam Zara. Hanya hitungan detik, dia selesai. Namun saat keluar dari bilik toilet, langkahnya terhenti. Zara melihat Max dan gengnya sudah menunggu.
"Sungguh momen yang sangat tepat. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengurus urusan kita kan?" ujar Max sambil menyeringai jahat.
"Tempatnya juga pas banget, Max. Bisa nih kita cocol dikit kan?" timpal Ferry.
"Kalian mau apa?! Jangan coba macam-macam ya! Gue akan teriak!" balas Zara. Ia mencoba tenang, padahal dirinya merasaa takut. Di saat begini, Zara sadar kalau manusia lebih menakutkan dari hantu.
Max malah mengejek, "Jangan coba macam-macam, Gue akan teriak..."
Sontak dua temannya terbahak.
"Kenapa? Mau manggil anak baru itu ya? Lo pikir gue nggak tahu kalau kalian nggak sedekat itu?" Max berjalan mendekati Zara.
Zara yang merasa terancam, segera masuk kembali ke dalam bilik toilet. Ia juga tak lupa menguncinya.
Melihat itu, Max dan gengnya kembali tertawa. Puas melihat sasarannya ketakutan.
"PERGI!" pekik Zara. "Tolong! Tolong! Pak Ridwan! Bu Mila!" lanjutnya lantang.
Sayangnya kala itu, para guru sedang berpencar mencari Nina. Toilet tempat Zara berada berbeda dengan toilet tempat Nina terakhir kali terlihat. Mengingat kelas mereka berada di lokasi yang jauh.
"Sialan nih cewek." Max segera bergerak. Dia tidak mendobrak pintu, melainkan masuk melewati bilik di sebelah Zara berada. Max menyuruh Ferry naik ke atas closet dan bisa melihat Zara di dalam bilik.
"Mau kemana, cewek?" ujar Ferry yang mencoba masuk ke bilik toilet Zara lewat atas.
Zara semakin didera ketakutan. Dia memilih membuka pintu. Saat itulah Max berhasil menangkap Zara.
Ferry yang tadinya hendak naik, mengurungkan niatnya. Akan tetapi dia malah terpeleset dan jatuh ke lantai.
"Arghhh!" rintih Ferry.
"Kenapa lo jatuh, bego!" geram Rifan.
"Kayak ada yang dorong gue, Fan!" sahut Ferry seraya menahan sakit.
Sementara Max, memegangi kedua tangan Zara. Ia kunci tangan gadis itu ke balik punggung, hingga Zara tak bisa berkutik.
"Semok juga ya pantat lo. Nih gue kasih pisang gue ya." Max melakukan aksi tak senonoh. Ia menggesekkan alat vitalnya ke bokong Zara.
Dahi Max berkerut, dia merasa tubuh Zara mendadak lemas. Ia bahkan tak memberontak.
"Kenapa diam aja? Enak ya?" tanya Max.
Tapi Zara bergeming.
"Eh, kenapa tuh cewek, Max? Lo apain dia?" cecar Rifan. Dia tampak membantu Ferry berdiri.
"Gue nggak tahu. Dia mendadak begini," sahut Max.
"Aaaaarkhhhh!!!"
Tiba-tiba Zara berteriak. Teriakannya melengking dan memekakkan telinga. Max dan kawan-kawan sampai harus menutup telinga. Hingga kini Zara bisa lepas dari belenggu Max.
Saat itulah Zara menatap Max. Matanya melotot marah, dengan ekspresi yang menyeramkan. Tangan Zara terulur dan langsung mencengkeram leher Max.
"Max! Kayaknya dia kerasukan!" pekik Ferry.
"To.... Lo... Ngin... Gu.... E..." Max berusaha bicara walau tenggorokannya sekarang tercekat. Dia merasakan kekuatan luar biasa dari Zara.
"Jangan ganggu, Zara... Jangan ganggu, Zara..." ucap Zara dengan suara mendesis seperti orang kehabisan nafas.
Melihat keadaan Max terancam, Ferry dan Rifan segera bertindak. Mereka mencoba melepas cengkeraman tangan Zara dari leher Max. Namun bukannya membantu, Ferry dan Rifan malah terdorong dan jatuh ke lantai.
"Cepat! Kita harus panggil pertolongan!" seru Ferry. Dia dan Rifan berlari keluar toilet untuk mencari pertolongan.
"Anjir! Kenapa kau ikut? Kau harusnya tetap di sana!" kata Rifan.
"Gue nggak bisa!" sahut Ferry.
"Nggak bisa, apa takut?!"
"Kalau lo berani, lo aja sana!"
Seketika Rifan terdiam. Karena pada nyatanya dia juga takut.
"Ada apa ini? Mana Zara?!" seorang cowok muncul. Menghentikan perdebatan di antara Ferry dan Rifan. Dia tidak lain adalah Lukman.
Ferry dan Rifan lantas memberitahu Lukman apa yang terjadi. Tanpa pikir panjang, Lukman segera pergi ke toilet. Sedangkan Rifan dan Ferry pergi meminta pertolongan guru.
Setibanya di toilet, Lukman melihat Zara jatuh tak sadarkan di lantai. Dia sama sekali tidak melihat Max di sana.
"Zara!" Lukman langsung menggendong Zara. Ia bawa gadis itu ke UKS.
...***...
Waktu hampir menunjukkan jam sebelas malam. Zara akhirnya sadarkan diri. Ia perlahan membuka mata. Namun dirinya langsung dikejutkan dengan sosok kuntilanak yang duduk di atas lemari. Sosok itu menatapnya dengan wajah datar.
Zara ingin bangkit dari ranjang, akan tetapi dia merasakan tubuhnya tak bisa bergerak. Zara bahkan tidak mampu mengeluarkan suara sedikit pun. Meskipun begitu, Zara tak menyerah. Sambil berdoa, dia mencoba melawan semua itu.
Sampai akhirnya Zara sukses terbangun dari tidurnya. Dia bangun dengan nafas yang memburu.
"Zara! Kamu nggak apa-apa?" Bu Mila langsung menyambut. Sejak tadi memang dialah yang menemani Zara di UKS.
"Ibu... Apa yang terjadi?" tanya Zara bingung. Seingatnya tadi dia berada di toilet dan dikeroyok oleh geng Sadewa. "Dan Max, Bu. Dia dan gengnya tadi nyerang aku. Mereka..."
"Max hilang, Ra. Kau orang terakhir yang bersamanya," ujar Bu Mila.
"A-apa?" Zara semakin dibuat bingung. Dia sampai tak bisa berkata-kata lagi.
"Tapi kabar baiknya, Nina ditemukan. Dia ditemukan di pohon beringin belakang," jelas Bu Mila.
Zara lagi-lagi membisu. Dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Apa dirinya sekarang menjadi tersangka atas hilangnya Max? Tapi tidak mungkin, karena seingat Zara, justru Max yang telah berbuat jahat kepadanya.
"Kau sebaiknya bersiap. Biar Ibu antar pulang. Ini sudah larut malam," tutur Bu Mila.
"Lalu bagaimana dengan Max?" Zara akhirnya angkat bicara.
"Kita masih berusaha mencari. Doakan saja agar Max bisa cepat ketemu," jawab Bu Mila.
Pihak kepolisian berhasil menguak data² kasus pembunuhan berencana yg menewaskan beberapa orang berkaitan dengan pembunuh hantu Ita.
Motif pelaku pembunuhan dari hasil pemeriksaan, pelaku melakukan tindakan itu dikarenakan dendam dan sakit hati terhadap salah seorang korban yaitu Juwita Kumala murid SMA Gemilang...🕵🏻♂️🕵🏻♂️🕵🏻♂️
Ada sesuatu maksud yang tampak, maka ada sesuatu maksud yang lain yang tersembunyi.
Peribahasa umumnya kan "Ada Udang Di Balik Rempeyek".....😅😂😜
Tak ada bedanya dengan manusia, makhluk gaib ternyata juga memiliki gairah dan bisa naksir alias jatuh cinta kepada kita yang masih hidup.
Yang lebih menyeramkan, karena tidak bisa memiliki manusia seutuhnya, makhluk gaib yang jahat akan melakukan berbagai cara supaya tidak ada yang bisa mendekati orang yang mereka sukai.
Bahkan sampai menjauhkan orang tersebut dari lawan jenisnya, termasuk jodohnya...🤭🤧