NovelToon NovelToon
Cinta Mulia

Cinta Mulia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mulia adalah seorang wanita sukses dalam karir bekerja di sebuah perusahaan swasta milik sahabatnya, Satria. Mulia diam-diam menaruh hati pada Satria namun sayang ia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Tiba-tiba Mulia mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan dengan Ikhsan, pria yang juga teman saat SMA-nya dulu. Kartika, ibu dari Ikhsan sudah membantu membiayai biaya pengobatan Dewi, ibu dari Mulia hingga Mulia merasa berutang budi dan setuju untuk menerima perjodohan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan Balik Tak Terduga

Soraya menghela napas. Kebenciannya pada Mulia ternyata begitu besar hingga ia rela menerima rencana keji ini. "Baiklah. Aku akan melakukannya. Aku akan sebarkan isu itu di semua lingkaran sosial dan bisnisku."

Dinda, yang mendengarkan, tersenyum puas. "Dan saat Satria sudah menjadi suamiku, dia akan melihat betapa menjijikannya wanita itu. Dia tidak akan pernah kembali pada Mulia."

Di waktu yang sama, di ruang kerjanya, Satria membaca berita di ponselnya. Berita tentang dugaan malpraktik di Rumah Sakit Medika Sejahtera. Hatinya sakit. Ia tahu Ikhsan sedang berada di titik terendah. Ia tahu Mulia pasti menderita.

Pintu ruangannya terbuka. Soraya masuk dengan senyum dingin.

"Satria, sudah waktunya kamu membuat keputusan. Bulan depan kamu akan menikah dengan Dinda," ujar Soraya tanpa basa-basi.

Satria berdiri, matanya dipenuhi amarah. "Aku tidak akan menikahinya, Ma! Aku sudah bilang, aku tidak mencintainya!"

"Cinta itu tidak penting!" balas Soraya, suaranya meninggi. "Perusahaan penting! Reputasi penting! Kamu harus menikahi Dinda, Satria. Aku tidak mau tahu! Dan lupakan wanita sialan itu. Dia adalah pembawa masalah. Dia bahkan dicurigai menembak Ikhsan karena ingin hartanya!"

"Mama bicara apa?!" Satria terkejut.

"Itu yang beredar, Satria! Dia wanita gila! Kamu harus menjauh darinya!" Soraya maju, memegang bahu putranya. "Mama mohon. Demi perusahaan, demi nama baik kita. Nikahi Dinda. Lupakan Mulia."

Satria menatap ibunya, melihat tekad keras yang tak bisa digoyahkan. Ia merasa tercekik. Ia tahu, jika ia menolak, ibunya akan benar-benar mencabut semua haknya di Menggara Group. Ia tidak akan punya kekuatan finansial untuk membantu Mulia dan Ikhsan. Ia terjebak. Ia harus memilih: Cinta atau Kekuatan untuk Melindungi yang Dicintai.

Dengan hati hancur, Satria menundukkan kepalanya. "Baik, Ma. Aku akan menikahinya."

Soraya tersenyum puas. "Itu baru putra Mama."

Tapi Satria tidak tersenyum. Matanya kosong. Ia membuat keputusan pahit itu bukan karena cinta, melainkan karena harapan terakhirnya untuk mendapatkan kekuasaan yang ia butuhkan untuk melawan Bu Hanim dan membantu Mulia di masa depan. Ia menikahi Dinda sebagai pengorbanan terbesarnya. Di kejauhan, Bu Hanim telah menang lagi. Pernikahan Satria adalah jebakan yang sempurna.

****

Kartika berdiri di depan televisi ruangannya, menyaksikan berita utama di berbagai kanal. Wajahnya yang biasanya tenang kini memerah padam. Narasinya selalu sama, menyakitkan, dan tidak masuk akal: Mulia Anggraeni, calon istri Ikhsan, diduga dalang di balik penembakan Ikhsan sendiri. Motifnya? Ingin menguasai harta Ikhsan setelah pernikahannya hancur karena teror.

Kartika mengepalkan tangannya. Ia tahu siapa dalang di balik fitnah keji ini. Bu Hanim. Wanita itu tidak hanya membeli hukum, kini dia juga membeli opini publik.

"Beraninya dia! Beraninya wanita iblis itu memutarbalikkan kenyataan seperti ini!" geram Kartika. Ia menoleh ke arah Ikhsan, yang masih dalam masa pemulihan, duduk di sofa dengan lengan tersangga perban.

"Ma, sudahlah. Jangan biarkan berita itu memengaruhimu," ujar Ikhsan, suaranya lemah.

"Tidak bisa, Ikhsan! Mereka menuduh Mulia gila! Mereka menuduh calon istrimu pembunuh bayaran! Mereka menghancurkan Mulia!" seru Kartika, air mata kemarahan membasahi pipinya. "Aku melihat bagaimana Mulia mencintai ibunya! Aku melihat bagaimana dia shock di hari pernikahanmu! Dia bukan wanita seperti yang mereka gambarkan!"

Mulia, yang baru saja masuk membawakan teh, berhenti di ambang pintu. Ia mendengar semuanya.

"Tante, jangan buang energimu untuk wanita itu," Mulia berbisik, matanya terlihat kosong. "Biarkan saja. Tidak ada yang akan percaya pada kita."

"Aku percaya padamu, Mulia! Ikhsan percaya padamu!" Kartika mendekati Mulia, memeluknya erat. "Kamu sudah kehilangan ibumu karena kejahatannya. Aku tidak akan membiarkan kamu kehilangan segalanya lagi. Aku tidak akan membiarkan nama baikmu diinjak-injak."

Kartika melepaskan pelukan itu, tatapannya kini berubah menjadi tekad dingin. "Aku sudah cukup bermain cantik, Hanim. Kamu mau main kotor? Aku akan tunjukkan padamu apa artinya bermain kotor."

****

Malam itu, setelah memastikan Ikhsan dan Mulia tidur, Kartika duduk di ruang kerjanya yang gelap. Di atas meja, tergeletak sebuah flash drive kecil. Di dalamnya, tersimpan dokumen-dokumen rahasia yang ia dapatkan bertahun-tahun lalu dari seorang informan di Menggara Group. Dokumen yang membuktikan kejahatan terbesar keluarga Wibowo: Penggelapan Pajak dan Pencucian Uang.

Kartika membuka laptopnya. Ia membuat sebuah akun anonim di media sosial. Jari-jarinya bergerak cepat, menyusun sebuah unggahan yang ringkas, brutal, dan mematikan.

"Mereka mau menyerang Mulia dengan fitnah? Aku akan menyerang mereka dengan kebenaran yang menghancurkan," gumam Kartika.

Ia mengunggah screenshot dari beberapa dokumen penting, menunjukkan angka-angka fantastis, rekening bank rahasia di luar negeri, dan tanda tangan Pak Wibowo, suami Bu Hanim. Ia tidak hanya mengunggah screenshot—ia mengunggah tautan unduhan untuk seluruh dokumen lengkap kepada publik.

Judul unggahannya sederhana: "Siapa Penembak Ikhsan Sebenarnya? Cari Tahu Darimana Uang Tutup Mulut Mereka Berasal! Skandal Penggelapan Pajak Menggara Group."

****

Hanya dalam hitungan jam, bom digital itu meledak. Unggahan itu di-retweet ribuan kali, berita online dan akun gosip langsung menyambar. Nama Pak Wibowo dan Menggara Group mendadak menjadi sorotan utama. Masyarakat lupa dengan Mulia, lupa dengan Ikhsan. Fokus mereka beralih ke skandal keuangan yang melibatkan triliunan rupiah.

Kartika menyandarkan punggungnya di kursi, menghela napas lega. "Itu untukmu, Hanim. Balasan untuk Dewi, dan balasan untuk Mulia."

****

Pagi harinya, berita tentang penggelapan pajak Pak Wibowo telah menggantikan berita tentang Mulia di semua headline.

Bu Hanim sedang menikmati kopi paginya saat Dinda masuk, wajahnya pucat pasi. "Mama! Mama harus lihat ini!"

Dinda menyodorkan ponselnya. Bu Hanim melihat berita itu. Matanya membelalak, cangkir kopi di tangannya jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.

"Tidak! Tidak mungkin!" teriak Bu Hanim. Ia melihat screenshot dokumen yang diunggah. Tanda tangan Pak Wibowo, angka-angka itu... semuanya benar.

"Papa akan dipenjara, Ma! Semua aset kita akan disita!" Dinda mulai menangis histeris.

"Siapa?! Siapa yang melakukan ini?!" raung Bu Hanim. "Aku sudah membayar orang untuk memastikan semua dokumen ini terkunci rapat!"

Bu Hanim segera menghubungi Pak Wibowo. "Wibowo! Jawab! Apa yang kamu lakukan?!"

Suara Pak Wibowo dari seberang telepon terdengar panik dan putus asa. "Aku tidak tahu, Hanim! Semuanya bocor! Kantor Pajak sudah mengirimkan surat panggilan! Kita hancur!"

Bu Hanim menjambak rambutnya sendiri. Ia tahu, ini bukan kebetulan. Ini adalah balasan. Ini adalah serangan balik yang direncanakan dengan sempurna.

"Kartika," bisik Bu Hanim, namanya terdengar seperti kutukan. Ia tahu hanya Kartika, dengan jaringan lamanya, yang mungkin memiliki dokumen rahasia sekuat itu. "Dia membalas! Dia membalas dendam Mulia!"

Rasa sakit karena kehancuran finansial dan hukum tiba-tiba mengalahkan dendamnya pada Mulia. Kali ini, Bu Hanim berada di posisi terpojok. Ia tidak bisa menyuap Kantor Pajak, ia tidak bisa menyuap KPK. Kekuasaan uangnya kini di ambang kehancuran.

"Mulia! Kartika! Kalian akan membayar ini sepuluh kali lipat!" Bu Hanim bersumpah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!