menceritakan dua saudara kembar, yang berusaha menyelamatkan kalung peninggalan kakek mereka. kemudian mereka terpisah.
salah satu dari mereka nyasar ke zaman kuno. yang Dimana ia menggantikan posisi putri jendral Ricard.
ia menjalani kehidupan nya, sambil ia mencari jalan keluar dari sana, dan kembali ke dunia modern.
apakah melia dapat kembali menemukan jalan keluar ? apakah ia akan di pertemukan kembali dengan saudaranya ?
simak terus ya geng...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bagian 15
****
Jelita pun menyelinap kedalam, di dalam ia melihat seorang wanita yang sedang terbaring tidak berdaya diatas peraduan. Hati Jelita mencolos, ia merasa sesak dalam hatinya, ia merasa marah pada orang yang sudah bermain-main dengan nyawa ibunya. Jelita pun mendekat, ia meraba wajah yang pucat seperti mayat itu. air mata Jelita pun keluar tanpa izin darinya.
(Kenapa aku merasa sesak, padahal dia bukan ibuku) ujar Jelita dalam hati.
Jelita tersadar kembali, ia menyeka air matanya. Ia beralih Ke lengan ibunya. Jelita memeriksa denyut nadi yang sudah hampir tidak berdenyut lagi. Ia langsung mengetahui racun yang ada di dalam tubuh ibunya, racun yang sama yang diberikan pada Jelita asli. namun ini terlihat lebih parah. Ia menduga barang kali dosis yang digunakan sangat tinggi, atau racun itu sudah di konsumsi selama bertahun-tahun sebelum akhirnya ia sakit sampai sekarang.
"Huh..... Detak jantungnya begitu lemah, hampir tidak terasa olehku. Apa yang harus kulakukan untuk meminumkan obat padanya, kalau aku menggunakan teknik yang sama dengan Jelita, aku takut itu tidak akan bereaksi cepat. Mengingat peredaran darahnya juga sedikit tersumbat." Jelita mengelus dagunya berpikir.
"Aha.... Aku tau, bikin seperti koyo saja. Biarkan racun itu disedot keluar." Tanpa pikir panjang, dengan kejeniusan yang dimilikinya, ia langsung menyelesaikan koyo penyedot racun itu. Jelita melekatkan koyo itu pada bagian telapak kaki, belakang leher, lengan dan paling utama adalah bagian perut. Sekitar sepuluh koyo memenuhi tubuh Catrine. Setelah ia merasa cukup, ia meletakkan sisa koyo itu di samping ibunya dan menulis surat untuk pelayan itu.
Dalam surat ia mengatakan bahwa, ibunya diracuni dan bukan mengidap penyakit menular. Ia juga mengatakan sisa koyo itu digunakan sampai habis dan gunakan setiap hari. Setelah itu, ia meletakkan surat itu disamping ia meletakkan koyo tadi. Kemudian kembali menatap ibunya.
"Ibu, bersabarlah aku akan berusaha meyakinkan ayah untuk memindahkan mu agar lebih dekat dengan ku. Aku sendiri yang akan merawat mu ibu." Ujar Jelita mengelus tangan ibunya dan mengecupnya. Setelah itu ia berlalu pergi.
Selepas ia keluar dari kediaman atau pengasingan ibunya. Tiba-tiba ia merasakan ada sosok lain yang mendekati kediaman itu, Jelita menyempatkan diri untuk bersembunyi. Ia melihat ada tiga orang yang berpakaian hitam dari ujung kepala sampai kaki. Mereka sedang berusaha untuk memasuki kediaman itu.
"Siapa mereka, mau apa mereka kesini. Aura mereka tidak baik. mereka kesini pasti ingin membunuh." Ujar Jelita sambil mengamati gerak-gerik ketiga orang itu.
Ketiga penyusup itu memasuki kamar ibunya. Kediaman ibunya sudah mudah dimasuki, karena ulah Jelita. Para pelayan dan pengawal masih terpengaruh dengan obat bius yang ia taburkan tadi. Terdengar salah satu dari mereka bersuara.
"Cepatlah, lakukan. Kita harus segera pergi sebelum ada yang datang." Ujar salah satu orang yang berpakaian hitam tadi. Yang lain menganggukan kepala nya. Salah satu dari mereka mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan berseru.
"Selamat jalan nyonya..." Ujar nya di iringi dengan senyum sinisnya dibalik topeng. Ia mengayunkan pedangnya, namun tiba-tiba pedang itu terpental jauh dan tertancap di sebuah dinding kayu.
"Siapa yang kalian sebut selamat jalan....?" Ujar Jelita dengan dingin. Ia menatap ketiganya dengan tatapan membunuh.
"Siapa anda nona. Anda benar-benar tidak menyayangi nyawa anda lagi." Ujar salah satu dari mereka. Mereka bertiga membentuk sebuah formasi. Namun tidak membuat Jelita gentar. Ia memperhatikan mereka, lalu ia mencibir.
"Apa kalian merasa, kalian Itu seorang ninja ?, pakaian kalian itu tidak mencerminkan kecepatan kalian, itu tidak cocok. Kalian menodai reputasi seorang ninja." Ujar Jelita dengan seringainya. Ketiga saling menatap. Mereka bingung dengan sebutan ninja tadi. Namun salah satu dari mereka bersuara lagi.
"Tak perlu banyak bacot nona. Ucapkanlah selamat tinggal pada dunia. Karena anda sudah menghalangi pekerjaan kami...!!" Ujar pembunuh bayaran itu sambil memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang. Jelita menyeringai.
"Inikah yang kalian sebut pekerjaan, membunuh...? Namun, kalian lah yang harus mengatakan selamat tinggal pada dunia." Ujar Jelita langsung menyerang ketiganya.
***bersambung***
nggak ada pula yang berani bunuh sama aja membiarkan musuh hidup
bakal ada balas dendam
sungguh luar nalar.