Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Nindi
"Wah janjian lu yaa ... !" Salah satu temannya menunjuk Yori dan Rena bergantian yang ternyata memakai baju dengan warna yang sama. Seketika yang lainnya mengarahkan pandangan ke arah mereka berdua.
"Nggak kok!" Rena menyangkalnya dengan cepat sambil menggeleng.
"Dia ikut-ikutan tuh!" Yori berkata sambil menunjuk Rena mencoba meyakinkan mereka.
"Hah ... siapa yang ikut-ikut kamu. Aku dari datang tadi pake baju ini!" Rena nggak mau kalah.
Melihat perdebatan itu teman-temannya tersenyum. Namun tidak dengan Nindi, dia makin bersungut kesal karenanya.
"Come on gaess, kita makan ... udah laper ni!" Nindi berkata dengan manja pada teman-temannya demi mengalihkan perhatian mereka.
Teman-temannya pun segera beranjak menuju parkiran. Yori, Rena dan Yanti menyusul di belakang. Sebagian dari mereka menggunakan motor berboncengan.
"Yori, gue ikut lu ya?" Nindi sudah menunggu disamping mobil Yori.
"Nin, lu sama gue aja!" Kevin berusaha mencegah Nindi.
"I say no!" Dengan nada tegas Nindi menjawab. Yori dan Kevin menghela nafas. Mereka sangat hapal dengan sifat Nindi yang keras kepala.
"Oke, lu ikut gue juga, Vin!" Yori akhirnya mengalah. Kevin melempar kunci motornya ke arah temannya dan dengan tangkas ditangkap.
"Lu yang bawa. Ketemu di sana aja" katanya pada temannya.
Temannya segera menghidupkan motornya dan melaju bersama yang lain dengan motor masing-masing.
Sepeninggal teman-temannya, Yori masuk ke dalam mobil disusul Nindi yang dengan cepat mengambil posisi di samping pemuda itu. Yori melirik Nindi.
"Di sini Kevin, cewek-cewek dibelakang semua!" Yori mengusir Nindi secara halus. Dengan kesal Nindi pun turun dari mobil dan pindah ke kursi belakang. Yang lain pun ikut masuk ke dalam mobil mengambil posisi duduk masing-masing. Sesaat kemudian mobil yang membawa mereka pun itu pun melaju meninggalkan gedung itu menyusul teman-temannya.
"Yori, besok gue ke rumah lu yah. Udah lama gue gak ketemu sama nyokap lu." kata Nindi memecah kesunyian diantara mereka sambil melirik Rena. Posisi duduk Nindi yang berada di tengah memudahkan dia dengan bebas melihat ekspresi Yori juga Rena. Tapi Rena tidak berekspresi sedikitpun, dia terus menatap jalanan.
"Besok aku gak dirumah!" Yori menjawab datar tanpa melihat Nindi.
"Kemana?" tanya Nindi lagi.
"Ye ... kepo aja lu, Nin!" Kevin menimpali.
"Biarin suka-suka gue!" jawab Nindi sewot.
"Yori, gue ikut ya!" rengek Nindi.
"Gue nggak suka diganggu!" jawab Yori cuek sambil terus fokus mengemudi.
"What?" Nindi mendelikkan matanya.
"Hahaha ... maksa si lu!" Kevin tertawa mengejek.
Nindi meninju lengan Kevin. Seketika Kevin meringis kesakitan. Yanti yang mendengarnya ikut tertawa mengejek, meski tanpa suara karena ia menutup mulutnya.
Tak terasa mobil sampai di sebuah parkiran Cafe & Resto. Mereka turun dari mobil dan hendak melangkah masuk tapi di tahan oleh Kevin.
"Eh kalian belum pada kenalan kan tadi?" Kevin mengarahkan matanya ke Nindi, Rena dan Yanti.
"Oh iya ya, kenalin aku Rena!" Rena mengulurkan tangannya ke Nindi.
Agak lama Nindi diam sambil menatap tidak suka pada Rena. Tapi kemudian ia menyambut uluran tangan Rena saat melihat Yori menatapnya dingin.
Selanjutnya Yanti juga ikut berkenalan dengan Nindi.
"Ayo masuk!" ajak Kevin kemudian.
Mereka masuk ke dalam cafe itu dan mendekati meja teman-temannya. Kemudian mereka duduk di kursi kosong yang sudah disediakan. Seorang pramusaji datang memberi menu pada Kevin.
"Lu pada, udah pesan?" tanya Kevin pada teman-temannya.
"Udah Bro!" Mereka menjawab serempak. persis seperti siswa SD yang ditanya gurunya. Pramusaji kemudian mencatat pesanan makanan Kevin, Nindi, Yori, Rena dan Yanti.
"Yori, besok lu ada acara, ya?" Nindi bertanya lagi pada Yori yang sedang sibuk bermain game di ponselnya. Sepertinya dia belum menyerah.
"Hmm." Yori menjawab singkat sambil terus asik dengan gamenya.
"Can I go with you, please ...?" Rengek Nindi dengan manja.
"Nggak bisa!" Yori menjawab dengan tegas dan dingin. Dia masih saja tidak peduli dengan Nindi yang membuat mimik wajah seimut mungkin.
Makanan mereka pun datang. Mereka segera menyantapnya.
"Yori ...!" Nindi masih penasaran.
"Makan dulu Nin!" Kevin menyela perkataan Nindi.
"Lu kaya nggak tau Yori aja Nin!" Yang lain pun menimpalinya.
"Iya Nin, lu mau mati beku nungguin pangeran kutub utara itu meleleh?" Temannya mulai ikut bergibah.
Rena dan Yanti yang mendengarnya hanya tersenyum penuh arti. Ternyata julukan temen-temennya gak jauh beda sama aku.
"Mending lu ikut gue aja besok!" kata Kevin lagi.
"Boring ah! Lu mainnya di kafe mulu sambil mabar," jawab Nindi ketus.
"Besok aku ke Studio, latihan band!" Kevin berusaha menarik perhatian Nindi.
"Oh ya ... latihan bareng Bryan juga?" Mata Nindi berbinar.
"Ye ile Nindi, lu kagak dapet kakaknya, eh adeknya lu sikat juga." Temannya ikut menyela.
"Ya kagak lah, Bryan kan adek gue juga, ya kan Yor?" Nindi masih berusaha mencari perhatian Yori.
"Terserah lu aja!" jawab Yori cuek. Yanti yang mendengar itu pun tersenyum mengejek.
Rasain lu! Dasar cewek nggak tau diri! umpat Yanti dalam hati.
Sementara itu Yori sedang menatap Rena yang juga asik dengan ponselnya sambil menghabiskan minumannya. Kemudian Rena mengalihkan manik matanya dan bertemu dengan tatapan Yori yang duduk di seberang meja. Yori bertanya dengan gerakan mulutnya yang mengatakan kata 'sudah' tanpa bersuara. Dan Rena pun mengangguk.
Nindi yang melihat adegan itu semakin kesal dibuatnya. Awas aja lu cewek ganjen!
Nindi mengencam dalam hati sambil menatap Rena dengan tatapan membunuh.
"Ayo balik!" kata Yori kemudian.
"Lu duluan aja Bro, kita masih mau mabar disini!" temannya menjawabnya.
Yori tersenyum tipis, dia tahu kebiasaan teman-temannya yang selalu menumpang WiFi gratis di kafe itu.
"Vin, lu bareng Nindi ya, gue mau anter mereka!" Kalimat Yori seketika mematahkan keinginan Nindi untuk bisa pulang dengan Yori. Dia hanya bisa pasrah karena dia sangat tahu jika Yori sudah memutuskan sesuatu maka tidak ada yang bisa merubahnya.
Mereka bertiga pun beranjak meninggalkan Nindi, Kevin dan teman-temannya menuju tempat parkir dan masuk ke dalam mobil.
"Memangnya aku supir kalian!" Yori melayangkan protesnya saat Rena dan Yanti duduk di belakang berdua.
"Kak Rena aja yang di depan. Aku kan duluan turunnya!" Yanti berbisik pada Rena.
Mau tidak mau Rena pun turun dan pindah posisi di samping Yori. Yori tersenyum. Yanti yang melihat senyuman Yori dari kaca spion untuk kesekian kalinya ia terpesona. Mobil pun melaju menuju rumah Yanti. Dalam beberapa menit mereka pun sampai. Setelah Yanti turun, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Rena.
"Kamu udah kabarin orangtuamu?" Yori membuka percakapan sambil terus fokus mengemudi.
"Iya sudah. Kamu nggak capek?"
"Capeklah! Kenapa?"
"Kalau kamu capek aku pulang naik taxi aja!"
"Kamu pikir aku setega itu?" jawabnya dengan nada tidak suka. Rena terdiam.
"Kamu nggak capek?" Yori kembali bertanya.
"Nggak terlalu!"
"Kalau ngantuk .. tidur aja dulu! Nanti aku bangunin kalo udah nyampe!" kata Yori kemudian.
"Nggak kok!" Rena menjawab yakin.
Hening ...
Yori melirik Rena. Tidak ada pergerakan sama sekali hanya terdengar dengkuran halus yang teredam dengan bisingnya mesin mobil. Ternyata Rena sudah tertidur pulas.
"Cih ... katanya nggak ngantuk!" Yori tersenyum.
Setelah sekian menit berlalu akhirnya mereka pun sampai di rumah Rena. Yori menatap lembut wajah cantik penuh misteri yang sedang terlelap dalam mimpinya.
"Ternyata dia lebih cantik lagi saat sedang tidur!"
Untuk beberapa saat Yori membiarkan gadis itu tertidur. Dia tidak tega membangunkannya. Sampai ketika ponsel Rena bergetar dan dia terbangun.
"Loh udah nyampe, ya?" Rena mengusap matanya sambil melihat sekelilingnya.
"Baru aja." Yori menjawab.
"Makasih ya Yori, eh besok jangan lupa ya!"Rena melepaskan seat beltnya.
"Oke, aku jemput kamu besok!"
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut