NovelToon NovelToon
Legenda Hua Mulan

Legenda Hua Mulan

Status: tamat
Genre:Mengubah sejarah / Romansa / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Cerita ini tidak melibatkan sejarah manapun karena ini hanya cerita fiktif belaka.

Di sebuah kerajaan Tiongkok kuno yang megah namun diliputi tirani, hidup seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Hua Mulan, putri dari Jenderal Besar Hua Ren, pangeran ketiga yang memilih pedang daripada mahkota. Mulan tumbuh dengan darah campuran bangsawan dan suku nomaden, membuatnya cerdas, kuat, sekaligus liar.

Saat sang kaisar pamannya sendiri menindas rakyat dan berusaha menghancurkan pengaruh ayahnya, Mulan tak lagi bisa diam. Ia memutuskan melawan kekuasaan kejam itu dengan membentuk pasukan rahasia peninggalan ayahnya. Bersama para sahabat barunya — Zhuge sang ahli strategi, Zhao sang pendekar pedang, Luan sang tabib, dan Ling sang pencuri licik — Mulan menyalakan api pemberontakan.

Namun takdir membawanya bertemu Kaisar Han Xin dari negeri tetangga, yang awalnya adalah musuhnya. Bersama, mereka melawan tirani dan menemukan cinta di tengah peperangan.
Dari seorang gadis terbuang menja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 — “Bayangan dari Utara”

Salju turun deras di utara, menutupi seluruh daratan Xianbei dengan lapisan putih dingin. Di atas menara batu tertinggi, pamannya Mulan Raja Batu, pria bertopeng perak itu berdiri menatap ke arah selatan. Angin menggulung jubahnya yang panjang, sementara matanya yang tajam memantulkan cahaya bintang merah yang menggantung di langit.

“Sudah waktunya,” katanya dingin. “Putri Naga akan kembali ke asal darahnya.”

Di belakangnya, seorang wanita berpakaian hitam muncul dari bayangan. Ia menunduk dalam-dalam. “Yang Mulia, mata-mata kita di ibu kota Han melaporkan: Kaisar sendiri akan berangkat ke utara bersama Hua Mulan.”

“Han Xin…” suara Raja Batu rendah, nyaris seperti desis ular. “Aku ingin dia hidup. Untuk menyaksikan bagaimana dunia yang dia bangun sendiri runtuh di depan matanya.”

Wanita itu mengangguk. “Dan pasukan?”

“Siapkan tiga divisi Penunggang Salju. Kita tidak akan menyerang belum. Biarkan mereka datang… lalu kita tutup jalan pulang mereka.”

Langit bergetar pelan oleh suara gong perintah. Dari lembah bersalju, ribuan kuda meringkik bersahutan. Api obor menyalakan malam.

Sementara itu, jauh di selatan di istana Han.

Han Xin berdiri di ruang strategi bersama Mulan dan tiga panglima besarnya, Zhao Ren, Liang Fei, dan Zhuge Wei. Peta besar terhampar di atas meja kayu giok. Titik-titik merah menggambarkan pos penjagaan di sepanjang perbatasan.

“Pasukan Xianbei bergerak di bawah kabut,” ujar Zhuge Wei dengan nada cemas. “Mereka tidak menyerang, tapi memperluas barisan setiap hari. Seolah mereka menunggu sesuatu.”

“Menunggu aku,” kata Mulan lirih.

Semua mata menoleh padanya.

Ia menatap peta itu dalam-dalam, lalu menunjuk titik hitam di utara. “Di sini. Lembah Batu Putih. Itu tempat kelahiran ibuku, dan benteng pertama suku darah naga. Kalau mereka membangun markas di sana, artinya pamanku sedang memanggil sisa-sisa klan untuk bersatu.”

Han Xin berjalan mengitari meja. “Berapa lama kita bisa sampai ke sana?”

“Jika menempuh jalur timur, tiga minggu. Tapi medan berat. Jalur barat lebih cepat, tapi ada jurang Niu Ling.”

Han Xin menatap Mulan. “Kau tahu medan itu lebih baik daripada siapa pun. Pilih jalanmu.”

Mulan menarik napas dalam. “Kita ambil barat. Tapi dengan pasukan kecil. Bayangan Timur saja. Ini bukan perang besar. Ini penyusupan.”

Zhao Ren memprotes, “Tapi, Putri! Kalau itu jebakan—”

“Kalau itu jebakan,” potong Mulan, “aku ingin menjadi orang pertama yang menjebak balik.”

Han Xin tersenyum tipis. “Begitulah cara naga berpikir.”

...****************...

Tiga malam kemudian.

Kabut menutupi lembah. Dua ribu pasukan elite Han berbaris diam, hanya suara embusan napas kuda yang terdengar. Di depan, Mulan mengenakan baju perang hitam dengan jubah merah tua. Di pinggangnya tergantung pedang panjang bertuliskan nama kuno: Tianlong, pedang darah naga.

Han Xin, di sisi lain, mengenakan zirah perak dan helm berukir lambang matahari Han. Tatapannya tajam, tapi ketika ia memandang Mulan, ada sesuatu yang lembut di sana rasa takut kehilangan.

“Kalau terjadi sesuatu,” bisiknya, “jangan berani mati mendahuluiku.”

Mulan menatapnya dengan senyum miring. “Barbar tidak pernah mati duluan.”

Ia lalu menunduk, menepuk dada Han Xin pelan. “Kau kaisar. Tapi malam ini, di medan perang, kita dua prajurit yang sama. Setuju?”

Han Xin menatapnya lama. “Setuju.”

Pasukan bergerak di bawah cahaya bulan.

Namun, di sisi lain gunung, sepasang mata mengintai dari balik kabut. Wanita berpakaian hitam yang tadi melapor pada Raja Batu itu tersenyum samar. Di tangannya, burung gagak bertengger, membawa gulungan kecil.

“Putri Naga datang,” bisiknya. “Rencana tahap kedua, mulai.”

Burung itu terbang, sayapnya memercikkan serpihan salju yang jatuh seperti abu perang.

Menjelang fajar, rombongan Mulan tiba di lembah Niu Ling. Kabut begitu tebal hingga hanya beberapa langkah ke depan yang terlihat. Tiba-tiba, suara terompet panjang terdengar di kejauhan.

“Serangan!” teriak Zhao Ren.

Anak panah meluncur dari balik kabut. Tapi yang aneh, panah-panah itu tidak diarahkan pada manusia melainkan kuda. Kuda-kuda terpelanting, mengacaukan barisan.

Mulan menunduk, menghindari panah, lalu berteriak, “Bentuk lingkaran bertahan!”

Han Xin sudah menarik pedangnya, memotong panah yang melesat ke arah Mulan. “Mereka tahu kita datang!”

Dari balik kabut, pasukan berkuda hitam muncul penunggang Xianbei dengan topeng serigala, jumlahnya tak terhitung.

Namun Mulan memperhatikan sesuatu. “Tunggu… panah mereka tidak beracun, dan tak menargetkan nyawa.”

Han Xin menatapnya cepat. “Artinya?”

“Mereka tidak datang untuk membunuh kita… mereka datang untuk menangkapku.”

Mulan melompat ke kuda, menarik tali kendali. “Han Xin! Lindungi pasukan! Aku akan memancing mereka keluar dari kabut!”

“Jangan gila!” teriak Han Xin, tapi Mulan sudah melesat.

Panah berdesingan, tapi Mulan melaju cepat di antara kabut, matanya menajam. Ia melihat bayangan besar di puncak bukit sebuah kereta perang berlapis baja dengan lambang naga bersayap.

Ia berhenti, menatap sosok di atasnya: pria bertopeng perak.

“Paman.”Suara itu menggema di antara lembah.

Pria itu turun perlahan, langkahnya berat. “Kau akhirnya datang, Hua Mulan. Darah naga dalam dirimu memanggil, dan kau menjawab.”

“Aku datang bukan karena darah,” jawab Mulan dingin. “Aku datang karena manusia.”

Raja Batu tertawa pelan. “Manusia? Mereka hanya tahu menakluk, bukan menghormati. Mereka akan mencaci darahmu begitu tahu siapa ibumu.”

Mulan mengangkat pedang Tianlong. “Mungkin. Tapi mereka juga punya keberanian untuk berubah. Dan aku akan menjadi alasan pertama mereka.”

Pamannya menatapnya lama. “Kau lebih mirip ibumu daripada yang kukira.” Ia lalu mengangkat tangannya.

Tiba-tiba, puluhan panah menyala diarahkan ke arah Mulan.

Mulan siap menangkis, tapi sebelum ia bergerak—

Suara gemuruh datang dari belakang. Pasukan Han menerjang kabut, dipimpin Han Xin sendiri. “Lindungi Mulan!”

Api meledak di antara kabut, pertarungan pecah.

Mulan dan pamannya bertarung di atas salju. Pedang Tianlong beradu dengan tombak hitam Raja Batu, percikan api membelah malam.

“Kenapa kau melawan darahmu sendiri, Mulan?”

“Karena aku ingin mengakhiri kutukan darah itu!”

Pertempuran berlangsung sengit. Akhirnya, Mulan berhasil menebas topeng pamannya — memperlihatkan wajah lelaki tua penuh luka, tapi matanya tidak menunjukkan kebencian… melainkan kesedihan.

“Kalau begitu… biarlah naga menguji nasibmu sendiri.”

Ia menekan jimat di dadanya tanah bergetar, dan jurang Niu Ling runtuh!

Han Xin berlari sekuat tenaga, menarik Mulan dari tepi tebing tepat sebelum tanah di bawah mereka ambruk. Mereka terjatuh ke lereng salju, berguling sampai berhenti di dataran rendah.

Pasukan Han kacau, kabut menelan medan perang.

Han Xin menarik napas berat. “Kau gila.”

Mulan tertawa kecil, darah menetes di bibirnya. “Barbar memang begitu.”

Namun sebelum mereka sempat berdiri, dari kejauhan terdengar bunyi terompet panjang suara kemenangan Xianbei.

Pamannya berdiri di atas jurang, menatap ke bawah. “Selamat, Mulan. Kau sekarang tahu arti perang darah. Ini baru permulaan.”

Salju kembali turun, tapi kini berwarna merah.

Mulan terdiam, menggenggam tangan Han Xin yang dingin karena salju.

Ia berbisik, “Ini bukan lagi perang antar kerajaan, Han Xin. Ini perang untuk masa depan manusia.”

Han Xin menatapnya lemah tapi tegas. “Kalau begitu… mari kita menulis sejarah bersama.”

Langit menggulung, dan di ufuk utara, cahaya merah naga membelah awan.

Badai sejati… baru saja dimulai.

Bersambung

1
Ilfa Yarni
huhuhuhu aku nangis lo bacanya cinta mereka abadi sampe seribu tahun
Ilfa Yarni
wah ternyata han Xin hidup lg mereka skrudah bersama lg trus han Xian jg ada ya
Wulan Sari
ceritanya sangat menarik trimakasih Thor semangat 💪👍 salam sukses selalu ya ❤️🙂🙏
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
yah han Xin ga hidup lg kyk mulan
Ilfa Yarni
apakah mereka akan ketemu lg kok aku deg degan ya
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
trus apakah han Xin msh ada jadian dong mulan sendiri hidup didunia
inda Permatasari: tentu saja masih karena Han Xin juga bukan manusia biasa tapi tidak seperti Hua Mulan yang spesial
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aaaa sedih mulan pergi apakah mulan bisa kembali
Ilfa Yarni
ceritanya seru walupun aku kurang memgerti
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aku ga ngerti tentang naga yg aku ngerti cinta mereka ditengah peperangan hehe
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
si mulan ini manusia apa naga sih thor? sy kurang paham dg istilah keturunan naga🤔🤔
Ilfa Yarni
berarti han naga jg ya
Ilfa Yarni
apakah mereka mati bersama asuh penasaran banget
Ilfa Yarni
ceritanya menegangkan
Ilfa Yarni
ternyata pamannya msh hidup kurang ajar skali tp aku salut sama mulan dia hebat dan berani
Ilfa Yarni
seru thor lamjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!