NovelToon NovelToon
Dendam Putri Pengganti

Dendam Putri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Asa terkejut saat membuka matanya semua orang justru memanggilnya dengan nama Zia Anggelina, sosok tokoh jahat dalam sebuah novel best seller yang menjadi trending topik paling di benci seluruh pembaca novel.

Zia kehilangan kasih sayang orang tua serta kekasihnya, semua terjadi setelah adiknya lahir. Zia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat keluarga Leander.

Asa yang menempati raga Zia tidak ingin hal menyedihkan itu terjadi padanya. Dia bertekad untuk melawan alur cerita aslinya, agar bisa mendapat akhir yang bahagia.

Akankah Asa mampu memerankan karakter Zia dan menghindari kematian tragisnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

"Zia," Zia dan Maddy menoleh, mereka terkejut melihat Haris tiba-tiba berlari kecil ke arah mereka.

Dengan rambut basah dan handuk kecil yang dikalungkan di lehernya, Haris datang sambil tersenyum lebar.

"Kalian belum pulang?" Tanya Haris ketika sudah berdiri di hadapan mereka.

"Iya, belum," jawab Zia canggung, ini pertama kalinya mereka berbicara setelah kejadian di kantin di mana Zia memanfaatkan pemuda itu untuk membalas Aven.

"Ngomong-ngomong makasih ya kalian udah sempat datang hari ini," kata Haris dengan mata berbinar. Rona wajah pemuda itu terlihat cerah, mungkin karena masih menikmati euforia kemenangan timnya atau karena berhadapan dengan Zia?

"Terutama buat lo, Zia. Makasih, ya." Hariz menatap Zia lembut.

"Sama-sama, gak sia-sia kok gue datang hari ini, ternyata gosip tentang kehebatan lo di lapangan bukan cuma sekadar gosip, it's true, lo memang hebat, Ris." Ungkap Zia yang membuat pemuda itu menarik sudut bibirnya.

Maddy merengut masam menyaksikan mereka, hanya sekali melihat saja ia sudah bisa menyadari jika ada ketertarikan yang jelas di mata Haris pada sahabatnya. Kening Maddy mengerut ketika merasakan ponselnya bergetar tiba-tiba di sakunya.

"Zi, bentar, ya. Gue angkat telepon dulu." Zia menoleh pada Maddy lalu mengangguk. Setelah itu Maddy menyingkir ke tempat yang agak jauh untuk mengangkat telepon.

Haris menatap Zia lurus sambil berusaha menahan senyum lebar yang ingin membentang keluar setelah mendengar pujian Zia. Sejujurnya sekarang ia sangat gugup, ia sudah menyukai Zia sejak lama, tapi baru sekarang ia berani mendekati gadis itu.

Zia mengangkat alis merasa aneh dengan cara pemuda itu melihatnya. "Ris, lihat gue-nya gitu banget. Ada yang aneh di wajah gue?"

Seketika Haris berdeham gugup karena tertangkap basah. "Lo mau gak kalau hari ini pulang bareng gue?"

Zia terdiam sejenak, baru saja ingin menjawab tawaran Haris, tetapi Maddy sudah keburu datang dan membuatnya mengurungkan niat untuk berbicara.

"Zia, tiba-tiba gue disuruh jemput nenek sama sepupu gue di bandara, mereka baru pulang dari luar kota terus pengen mampir dulu ke rumah gue. Kalau lo ikut gue ke bandara dulu baru nanti gue antar lo pulang gimana, lo mau gak?" Tanya Maddy.

Kalau ia mengantar Zia terlebih dahulu ke rumahnya, pasti neneknya akan marah-marah karena terlalu lama menunggu. Neneknya itu salah satu tipe orang cerewet yang sangat sensitif, Maddy sangat malas kalau ujung-ujungnya dia harus mendengar ceramah dadakan neneknya.

"Gak usah, Dy. Gue pulang bareng Haris aja. Supaya nanti lo juga gak capek bolak-balik," kata Zia sambil melirik Adam.

Mendengar itu, Haris langsung tersenyum lebar mendengar ucapan Zia yang secara tidak langsung menerima tawarannya.

"Beneran gak apa-apa, Zi?" Tanya Maddy tidak enak hati. Zia mengangguk meyakinkan. "Ya udah, gue duluan ya."

Maddy memeluk singkat Zia untuk berpamitan kemudian menoleh pada pemuda yang masih berdiri di belakangnya.

"Ris, antar teman gue sampai rumah dengan selamat, ya. Awas aja kalau ada yang lecet." Mata Maddy menyipit sedikit mengancam.

"Pasti. Zia aman sama gue. Lo tenang aja."

Setelah kepergian Maddy suasana hening sejenak. Haris melirik Zia canggung, ia kembali berdeham pelan. "Zia, lo tunggu bentar ya, gue mau pamitan dulu sama teman-teman gue yang lain."

Zia menoleh lalu mengangguk. Namun, keningnya mengernyit kaget ketika tiba-tiba ada seorang gadis berlari ke arah mereka dan langsung memeluk Haris begitu saja.

"Haris!" Pekik gadis itu dengan suara ceria. "Gue cariin dari tadi, ternyata lo di sini."

"Shena, lo belum pulang?" Tanya Haris kepada gadis yang memeluknya.

Haris tidak terlihat marah dengan apa yang telah dilakukan gadis itu. Melihat responsnya, Zia menganggap mungkin keduanya sudah saling mengenal sejak lama karena tidak ada kecanggungan di antara merek berdua.

"Belum, gue nyariin lo, Ris. Mau ngucapin selamat. Akhirnya latihan bagai kuda lo beberapa minggu belakangan ini gak sia-sia," kata Shena menatap bangga pada pemuda itu.

Hariz tersenyum, ia menyentil kening gadis itu pelan. "Kan bisa di rumah ngucapinnya, Shena."

Siapa pun yang melihat interaksi mereka, jelas bisa menarik kesimpulan bahwa hubungan keduanya sangat dekat, termasuk Zia.

"Kebiasaan lo main sentil gue sembarangan," keluh Shena sewot.

Haris terkekeh lalu mengusap lembut bekas sentilannya di kening gadis itu, tapi ia tertegun sesaat seolah menyadari sesuatu. Haris segera menoleh pada Zia yang tidak mengucapkan apa-apa sama sekali setelah kedatangan Shena.

"Eh, sorry." Shena ikut menoleh pada Zia dan baru menyadari ternyata ada orang selain Haris di sana. "Ini siapa?" Tanya gadis itu menatap Haris dan Zia bergantian dengan bingung.

Haris mengerjapkan matanya ia lupa belum memperkenalkan Shena kepada Zia begitu pun sebaliknya.

"Oh iya, Zia. Ini Shena sahabat sekaligus tetangga gue dan Shena ini Zia, ia…" Haria menatap Zia lalu menghela napas. "Teman gue."

"Hai, gue Shena. Seperti yang Haris bilang barusan gue sahabat sekaligus tetangganya cowok culun ini." Shena mengulurkan tangan ramah.

Zia mengembuskan napas ketika akhirnya mereka menyadari keberadaannya. "Zia, salam kenal Shena," Zia membalas uluran tangan Shena sambil tersenyum tipis. "Lo bukan siswa sekolah ini, ya?" Tanya Zia sekadar basa-basi.

"Bukan, gue sekolah di SMA Gemilang. Tadinya gue juga mau masuk sini bareng sama Haris, tapi sayangnya pas tes seleksi gue gak masuk," ucap Shena blak-blakan.

Zia mengangguk dan sedikit tersenyum canggung mendapatkan informasi lebih banyak dari pertanyaannya.

"Bego sih," celetuk Haris yang membuat Shena melempar lirikan sinis.

Haris terkekeh pelan kemudian kembali bertanya. "Lo pulang sama siapa, Shen?"

"Rio. Gue pulang bareng dia." Sisa-sisa senyuman di wajah Haris menghilang. "Gue udah bilang, jangan terlalu dekat sama dia, Shena. Dia gak baik buat lo."

"Apasih, selama ini gue baik-baik aja sama dia."

"Gak," larang Haris.

"Lo ngeselin banget sih! Terus gue pulang sama siapa, kalau gak sama dia, Ris. Teman-teman gue juga udah pulang dari tadi," sungut Shena mulai terbawa emosi.

"Lo pulang sama," Haris terdiam sesaat lalu menoleh pada Zia kemudian mengembuskan napas pelan.

Ia sudah berjanji untuk mengantarkan gadis itu pulang dan juga hari ini ia ke sekolah hanya membawa motor. Tidak mungkin Shena dan Zia ia angkut bersamaan.

"Lo tunggu disini, abis gue anterin Zia gue balik lagi ke sini," kata Haris berusaha mencari jalan tengah.

"Gak usah lah, ribet. Gue sama Rio aja."

"Haris," panggilan Zia menyita perdebatan antara dua sahabat itu. "Lo anterin Shena aja, gue bisa pulang sendiri kok. Gue juga udah minta jemput sopir gue, sekarang dia lagi di jalan," katanya.

"Tapi Zi," Haris menggeleng tegas. "Gue udah janji sama Maddy."

"Gak apa-apa, Maddy pasti ngerti," sela gadis itu cepat. "Lagian percuma kalau lo nganterin gue pulang, sementara pikiran lo masih ke mana-mana. Bahaya, bisa-bisa gue gak sampai rumah karena kecelakaan."

Haris menghela napas kasar. "Maaf, Zi, gue…" Ia menatap Shena sejenak kemudian kembali mengusap wajahnya frustrasi. "Shena itu bego dan ceroboh gue khawatir kalau dia dimanfaatin sama teman cowoknya," ucap Haris pelan.

Shena ingin menyanggah, tetapi Zia kembali bersuara. "Gue ngerti, santai aja."

"Lo beneran dijemput sama sopir lo kan, Zi?" Tanya Haria memastikan.

Zia mengangguk. Ia butuh waktu lama untuk meyakinkan Haris jika dirinya tidak apa-apa ditinggal sendiri. Pada akhirnya Haris berpamitan pulang walau dengan berat hati.

Zia hanya menatap dua punggung itu yang mulai menghilang. Ia menghela napas panjang lalu tersenyum masam. "Untung aja gue gak punya perasaan baperan, coba kalo ada pasti sekarang gue udah ngamuk."

Zia melangkah keluar gerbang sekolahnya. Ia mengangkat ponselnya yang sudah mati. Boro-boro menghubungi sopir rumahnya, ponselnya saja sudah kehabisan daya sejak tadi siang.

Terpaksa ia harus naik bus atau angkutan umum lainnya karena sedari tadi ia tidak melihat ada taksi yang bisa ditumpangi. Untungnya sekolahnya dekat dengan terminal bus sehingga ia tidak perlu berjalan terlalu jauh.

"Naik." Suara mesin motor yang berhenti di sebelahnya membuat Zia tersentak kaget, gadis itu menoleh dan mendapati motor besar berwarna hitam dan seorang pemuda memakai helm full face yang menutupi wajahnya.

"Naik, Zia!" Seru suara itu lagi sambil membuka kaca helm dan masker yang menutupi setengah wajahnya.

"Leon?" Ucap Zia spontan ketika melihat wajah di balik helm itu. "Ngapain lo datang ke sini?"

1
kriwil
jalang maruk🤣 semau laki mau di embat
Rossy Annabelle
no coment 🤧huhu
Heni Mulyani
lanjut author 💪
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: bsk² yak hehe
total 1 replies
Murni Dewita
👣👣
Wahyuningsih
kpn thor zia bahagia 🤔🤔kan kasihan q jdi males mau baca soalnya zia d tindas mulu haaaaaaaaaah
Zee✨: sabar belum jg pertengahan kak😄
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut
Dewiendahsetiowati
part yang bikin nyesek
Wahyuningsih
thor buat mereka yg menyakiti zia menyesal d buat segan matipun tk mau n buat gaby terpuruk n menderita oran g kok manipulatif gedek q sebel banget d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
Heni Mulyani
lanjut
Wahyuningsih
thor perasaan novel author yg lain blm pd tamat trus anda jga jrng up kk udah ada novel bru yg lma gimna d tamti dlu lah thor jgn d gantung syg klau gk d lanjutin 🤔🤔🤔🤔
Zee✨: itu udh tamat kak, sengaja di bikin gantung buat season 2 nanti hehe
total 3 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut up yg bnyak thor💪💪💪💪
Zee✨: Siappp, tungguin yakk
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Zee✨: okeee
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut 💪
Heni Mulyani
lanjut
Heni Mulyani
lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!