Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.
Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.
Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.
Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.
Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?
__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌
[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[PIAIT] Bab 14 : Trauma Berenang
Sementara itu, di tengah kebahagiaan anak-anak yang sedang menikmati liburan mereka, Daniel masih berkutat dengan setumpuk pekerjaannya. Pertemuannya memang sudah selesai, namun ia masih harus menyelesaikan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.
Ting!
Sebuah notifikasi pesan muncul di layar ponsel Daniel. Dengan cepat, Daniel melirik ponselnya. Nama Lucianna tertera sebagai pengirim pesan.
Daniel segera membuka pesan itu, merasa khawatir jika ada sesuatu yang terjadi pada anak-anak. Saat ia melihat gambar yang dikirimkan oleh Lucianna, tanpa sadar ujung bibirnya tertarik ke atas. Bukan karena Lucianna, melainkan karena senyum cerah anak-anaknya yang terpancar dari foto itu.
'Senangnya bisa melihat senyuman mereka,' batin Daniel, hatinya menghangat melihat kebahagiaan anak-anaknya. Tanpa ragu, Daniel menekan tombol interkom di telepon kantornya.
"Hana, tolong kosongkan jadwalku untuk minggu depan," ujar Daniel pada manajernya dengan nada tegas namun penuh harap. Setelah itu, ia kembali menatap gambar di ponselnya, senyumnya semakin mengembang.
......................
Hari ini, Daniel kembali pulang lebih awal. Jam menunjukkan pukul 9 malam, namun ia yakin anak-anaknya sudah terlelap.
Daniel memasuki rumah, menghela napas lega. Saat hendak menaiki tangga, ia menyadari ada sosok yang tertidur di ruang keluarga.
Ternyata itu si kembar dan Lucianna. Mereka tertidur pulas di sofa, dikelilingi mainan miniatur hewan yang berserakan di lantai. Mungkin mereka kembali bercerita tentang pengalaman mereka di kebun binatang.
Daniel meletakkan tasnya dan mulai mengangkat si kembar satu per satu ke kamar mereka. Setelah selesai mengantar si kembar, kini tersisa Lucianna.
Awalnya, Daniel berniat untuk membiarkannya saja. Namun, rasa tidak tega mengalahkan egonya. Ia pun memutuskan untuk menggendong Lucianna ke kamarnya.
Saat mengangkat tubuh Lucianna, Daniel merasa ada yang aneh. Tubuh Lucianna terasa berat dan kaku. Bukan karena berat badannya, melainkan ada sesuatu yang janggal. Daniel menatap wajah Lucianna. Bibir wanita itu terlihat berkedut, membentuk senyuman tipis sambil terus memejamkan mata.
'Dia ternyata tidak tertidur. Baiklah, jika itu permainanmu,' batin Daniel, menyadari sandiwara Lucianna. Ia tetap menggendong Lucianna, namun tidak membawanya ke kamar.
'Kenapa lama sekali sampai kamar? Kamarku kan di samping kamar anak-anak,' batin Lucianna, merasa heran. Wanita itu benar-benar berpura-pura tidur.
'Apa aku coba mengintip?' Lucianna mencoba membuka sedikit matanya. Namun, tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dan menghantam sesuatu yang cair dengan keras.
Byur!
Lucianna terengah-engah, berusaha mengamati sekelilingnya. Ia mendapati dirinya berada di kolam renang. Daniel ternyata melemparnya ke kolam renang! Sungguh kejam!
"Daniel!! Tolong! Aku tidak bisa berenang!!" teriak Lucianna, berusaha menjaga kepalanya tetap berada di atas air agar bisa bernapas. Daniel mengabaikannya, mungkin ini adalah salah satu tabiat buruknya.
Saat Daniel hendak masuk ke dalam rumah, ia tidak lagi mendengar suara Lucianna. Ia menoleh ke belakang. Permukaan air kolam yang awalnya beriak keras kini terlihat tenang. Daniel tidak melihat keberadaan Lucianna.
"Sial!" gumamnya panik. Daniel langsung berlari dan melompat ke kolam. Ia menarik tubuh Lucianna yang sudah hampir menyentuh dasar kolam. Dengan susah payah, ia membawa Lucianna ke tepi kolam dan mulai memompa dadanya.
Lucianna masih tidak bergerak. Daniel dapat merasakan detak jantung Lucianna yang semakin melemah.
"Luci!" teriak Daniel, panik. Ia memompa dada Lucianna semakin keras, berusaha mengeluarkan air yang menghalangi pernapasannya. Akhirnya, air keluar dari mulut Lucianna, namun ia masih kesulitan bernapas.
'Mau tidak mau,' batin Daniel, merasa putus asa. Ia tidak punya pilihan lain. Ia pun memberikan napas buatan pada Lucianna berulang kali.
Lucianna mulai membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjapkannya untuk menyesuaikan dengan cahaya. "Daniel..." lirihnya, suaranya lemah dan serak.
"Aku... masih hidup?" tanya Lucianna, tubuhnya masih terasa lemas dan menggigil. Daniel mengangguk, raut wajahnya menunjukkan penyesalan yang mendalam. Dengan hati-hati, ia mengangkat Lucianna ke kursi santai yang berada di dekat kolam renang. Kemudian, ia mengambil handuk tebal yang sedang dijemur dan menyelimuti tubuh Lucianna dengan itu, berusaha menghangatkannya.
"Maafkan aku," ucap Daniel dengan nada penuh penyesalan. Ia benar-benar merasa bersalah atas apa yang telah terjadi.
"Tidak masalah... Kau tidak tahu tentang hal ini," jawab Lucianna, suaranya masih pelan dan bergetar.
"Kau sudah mencoba memberitahuku tadi, tapi aku malah mengabaikanmu," kata Daniel, merasa semakin bersalah.
"Tidak apa-apa... Sepertinya aku terlalu sering berbohong padamu, jadi kau tidak mempercayai ucapanku," Lucianna mengakui kesalahannya juga.
"Kenapa kau tidak bisa berenang? Apa kau tidak pernah belajar berenang?" tanya Daniel, penasaran.
"Aku dulu sempat belajar berenang, tapi karena kejadian di masa lalu... aku jadi trauma berenang," jawab Lucianna. Daniel mengerutkan dahinya, seolah bertanya kejadian apa yang dimaksud.
"Dulu waktu sekolah, ada pelajaran olahraga berenang. Itu pertama kalinya aku pergi ke kolam renang. Aku belum pernah berenang sebelumnya," cerita Lucianna dengan nada sedikit getir.
"Teman-teman memaksaku untuk mencoba di kolam yang paling besar. Mereka bilang itu dangkal, tapi air itu bisa membuat ilusi mata. Jadi aku ragu, dan salah satu temanku mendorongku ke kolam itu," lanjutnya.
"Aku tenggelam dan penglihatanku buram. Kupikir aku akan mati... ternyata aku masih hidup. Kejadian itu membuatku trauma untuk berenang, mengingat apa yang kurasakan saat tenggelam," ucap Lucianna, senyumnya pahit.
Daniel tidak menyangka, wanita yang selama ini terlihat tegar di hadapannya ternyata memiliki masa lalu yang kelam.
"Apa ayah dan ibumu tidak pernah mencoba membawamu lagi ke kolam renang untuk menghilangkan traumamu?" tanya Daniel, merasa iba.
"Ayah dan ibu? Hahaha... Aku saja tidak tahu siapa orang tuaku. Aku tinggal di panti asuhan, Daniel," jawab Lucianna, tawanya terdengar hambar. Jawaban ini semakin membuat Daniel terkejut.
"Kau sudah hidup seperti itu, tapi masih memilih pekerjaan sebagai pelacur?! Kalau begitu, kau akan semakin dihina," ucap Daniel, nadanya sedikit meninggi, menunjukkan ketidaksetujuannya.
"Aku hanya terinspirasi dari pemilik panti asuhanku dulu," jawab Lucianna. Daniel menjadi bingung dengan perkataan Lucianna.
"Dia menjadi pelacur untuk menghidupi seluruh panti yang tidak pernah dilirik para donatur. Ia bekerja sampai akhirnya dia meninggal karena penyakit kelamin. Itu membuatku berpikir bahwa pelacur itu memang pekerjaan yang buruk, tapi tidak dengan pola pikir mereka. Ini hanyalah cara untuk bertahan hidup," ucap Lucianna, menatap langit yang bertaburan bintang.
Daniel menelan ludahnya, merasa terenyuh mendengar cerita Lucianna. "Kau tidak terkena penyakit kelamin, kan?" tanyanya, khawatir.
Lucianna tersenyum nakal ke arah Daniel. "Kenapa? Kau takut?" godanya.
Daniel mengalihkan pandangannya, terlihat jelas bahwa ia khawatir. "Tenang saja, aku selalu rutin melakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan terakhirku aman-aman saja," jawab Lucianna, menenangkan Daniel.
Daniel bernapas lega. Lucianna menahan tawanya melihat ekspresi lega di wajah Daniel.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Bersambung...
padahal dalam hati 🤭