Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.
Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"
"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ya mulia? siapa aku?"
"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."
Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[13] Memilih Pakaian
"Tidak, tidak Ya Mulia, jangan lakukan itu," mohon Rosalind ingin merangkak kearah kaki Magnus, Vivienne melihat hal itu langsung mendorong tubuh Rosalind agar menjauh dari suaminya.
"Jangan lakukan?! aku punya bukti lain untuk memberatkan hukuman mu hingga kau tak bisa keluar dari penjara bawa tanah," ungkap Vivienne menatap Rosalind dengan sinis.
Dia kemudian menoleh pada Magnus, "Ya Mulia, saya punya bukti penggelapan dana Rosalind di kamarnya,"
Magnus terlihat menganggukkan kepala dengan datar, "Kalau begitu, pengawal geledah kamar Rosalind,"
"Baik Ya Mulia,"
Para pengawal mengikuti instruksi Kaisar dan kemudian bergerak meninggal tempat itu menuju kamar Rosalind, Rosalind terlihat menggelengkan kepalanya mencoba mencegah Pengawal itu dengan coba meraih kaki mereka namun tidak bisa.
Rosalind kembali menoleh pada Magnus, "Ya Mulia, maafkan saya, saya sudah berjasa di istana ini,"
"Ya, kau memang berjasa pada istana ini, tapi kau sudah mengambil jasa itu dan menyentuh yang bukan milik mu. Jadi siapakah yang harus membalas jasa sekarang, kau atau aku?" jawab Magnus datar dengan padangan lurus kedepan nya tak ingin melihat wajah Rosalind yang menurutnya menjijikkan.
Rosalind hanya bisa terdiam sekarang, beberapa saat kemudian pengawal membawa harta yang telah di rampas dari istana dan beberapa kertas yang menurut pengawal penting. Kemudian menyerahkannya pada Magnus.
Magnus kemudian membacanya lalu menggebrak meja, "Berani kau membawa antek-antek mu pula kesini dan menguras harta istana," bentaknya.
"Ampun Ya Mulia," ucap Rosalind bersujud.
"Hah… baru sekarang kau meminta ampun, sebelum nya kau kemana? aku tidak akan memaafkan mu, pengawal bawa dia dari hadapan ku," dengus Magnus.
Pengawal yang mengatahui titah kaisar yang arti mereka harus membawa Rosalind kepenjara paling gelap dan suram, kemudian menarik tubuh Rosalind yang tergeletak di lantai.
"Ya Mulia, ampun Ya Mulia" berontak Rosalind meminta di lepaskan meskipun dia tau, dia salah.
Namun, pengawal tak melepaskan nya dan terus menyeretnya dengan kasar menuju keluar ruangan dewan istana.
"Hem… keras kepala juga, sudah tau salah. Memang makannya saja enak, tapi tak berkah." gumam Vivienne tersenyum sinis melihat Rosalind menderita.
"Baik lah semuanya, aku akan menyelidiki masalah Rosalind lebih lanjut. Ternyata masih banyak antek-anteknya disini, selama sepuluh tahun dia bisa mengelabui kita dan memasukkan para penjahat itu." ucap Magnus pada semua orang di ruangan itu.
"Baiklah Ya Mulia, karena ini juga menyangkut anggaran istana yang di ambil dari kas kerajaan kami akan bersikap kooperatif," jawab bendahara kerajaan dan di anggukkan oleh dewan kerajaan lainnya.
"Sampai sini dulu diskusi kita, silahkan pergi," titah Magnus pada para dewan yang mengikuti rapat itu.
"Baik Ya Mulia, kami permisi dulu," salam para dewan istana kemudian menyusun berkas yang ada hadapannya, detik berikut nya mereka keluar dari ruangan itu satu persatu.
Hingga kini tinggal lah Vivienne dan Magnus, yang saling bertatapan dengan datar tanpa rasa apapun.
"Bagaimana Ya Mulia, kemampuan ku tidak bisa di ragukan, kan," ucap Vivienne berbangga diri.
"Ya aku akui, setelah ini apa yang kamu inginkan dari ku?" tanya Magnus.
Vivienne nampak berfikir sejenak, namun tidak ada yang dia inginkan saat ini semua sudah tersedia. Dia tinggal menjentikkan jari saja sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.
Magnus mulai berfikiran negatif ketika Vivienne membuka mulutnya mungkinkah keinginan istrinya bersama Baron Lucius, jika itu keinginan Vivienne maka Magnus akan tegas menolak.
"Aku ingin tempat kerja ku nanti di sayap kanan kerajaan, tempat anak-anak belajar," ucap Vivienne mengingat tempat belajar Asher kemarin yang tenang penuh dengan buku dan jauh dari keramaian istana.
"Hah… kamu ingin itu rupanya,"
Hampir saja Magnus mengelus dadanya karena mendengar perkataan Vivienne yang menenangkan menurutnya, namun dia ingin stay cool tidak ingin istrinya mengetahui perubahan ekspresi nya yang akan menujukan isi hatinya.
"Mengapa tidak di area istana mu saja, aku menyetujuinya, kamu bisa mengarahkan seorang arsitektur untuk membuat ruangan sesuai keinginan mu," ujar Magnus tidak masalah dengan keinginan yang satu itu.
"Terima kasih, Ya Mulia," jawab Vivienne tiba-tiba mencium pipi Magnus dan memeluk nya.
Kemudian Vivienne menarik tangan Anna menuju keluar ruangan dewan istana, Magnus yang masih merasakan pipi nya yang terasa panas karena gerakkan Vivienne barusan, lalu menyentuh pipinya.
Entah desiran apa yang membuat detak jantungnya berdebar yang membuat dia malu saja, dia celingak-celinguk takut orang lain tau saat ini, jantung berdegup dengan kencang dan tak bisa berhenti.
"Sial, Permaisuri," gerutu Magnus.
*
*
Hari berikutnya, Vivienne terlihat menggandeng tangan Asher sitting room yang merupakan ruang keluarga di istananya.
Dan di ujung sana, terlihat Madam Bella, dari butik Gabrielle menatah baju-baju buatannya sendiri di gantungan, rencana nya dia akan menujukan baju-baju itu pada permaisuri.
Setelah mendengar langkah kaki kemudian Madam Bella menoleh pada Permaisuri dan Pengeran, Madam Bella mulai terkagum-kagum dengan postur tubuh mereka. Meskipun mereka menggunakan model yang tidak tren saat ini tetap saja terlihat elegan.
"Memang layak di sebut royal family," gumam Bella menautkan kedua tangannya kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menurunkan tangannya.
"Ya Mulia," salam Bella.
"Ya, tidak perlu singkan," ucap Vivienne mengangkat tangannya kemudian mengajak Asher duduk bersama di sofa yang telah di sediakan.
"Maafkan saya Ya Mulia, saya tidak tau itu ulah kepala pelayan ternyata dia sangat kejam, ya" tutur Bella merasa bersalah karena selama ini menuduh permaisuri kasar dan sombong.
"Tidak perlu di bahas, maaf juga aku selalu menganggu waktu mu karena wanita itu terus meminta mu datang. Namun, tidak membeli apapun," sahut Vivienne.
"Tidak masalah Ya Mulia saya senang bisa datang ke istana,"
Madam Bella terlihat menganggukkan kepala seperti mengatakan tidak perlu ada kesalahpahaman lagi semuanya sudah selesai sekarang.
"Dan sekarang waktunya kita lihat design yang kamu buat," ujar Vivienne melihat kearah kumpulan baju yang sudah di siapkan oleh Madam Bella.
Madam Bella nampak menepuk tangannya kearah dadanya, dan menoleh pada kumpulan gaun dan baju yang dia siapkan dengan sepenuh hati sembari mengingat Permaisuri dan Pengeran ke-tiga.
"Benar juga Ya Mulia, disini saja telah menyiapkan baju tren terbaru untuk permaisuri dan Pengeran,"
Vivienne kemudian menoleh pada Asher, "Asher, kamu coba lebih dulu, dan pilih sebanyak yang kamu suka," ujar Vivienne tersenyum simpul.
Namun, raut wajah Asher nampak tidak suka terlihat penolakan dari wajahnya membuat Vivienne bingung dengan kerutan di dahi putranya.
"Aku tidak mau mama," ucap Asher gugup.
"Kenapa?" tanya Vivienne bingung.
"Nanny Cordelia pernah bilang aku tidak perlu memakai barang bagus karena itu menghamburkan uang," jawab Asher murung dan menundukkan kepala nya.