NovelToon NovelToon
Laluna (Cinta Si Gadis Lugu)

Laluna (Cinta Si Gadis Lugu)

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cintapertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: rizkysonia

"aku...aku hamil Rayan !!" teriak frustasi seorang gadis
" bagaimana bisa laa" kaget pemuda di depannya.

Laluna putri 19 tahun gadis desa yatim piatu yang tinggal bersama neneknya sejak kecil.
Rayyan Aditya 22 tahun mahasiswa semester akhir anak orang berada asal kota.
Alvino Mahendra 30 tahun CEO perusahaan besar AM grup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rizkysonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 30

.

.

.

.

Saat hendak mematikan lampu, ponselnya bergetar pelan di atas meja.

Seketika hatinya berdebar, nama “Rayyan” terpampang di layar.

Rayyan: “Sayang, aku masih di jalan. Hujan deras banget. Jangan tunggu, ya. Tidur duluan, aku kayak nya cari penginapan deh.”

Luna menatap pesan itu lama. Bibirnya melengkung, perasaan hangat merayap di dada.

“iya kak itu lebih baik, Hati-hati Kak… Aku sayang kamu,” balasnya sambil mengusap perut yang perlahan menegang.

Ia menatap layar ponsel, menunggu tanda “terbaca”, tapi sinyal menghilang, berganti tulisan pesan terkirim.

“Ya sudah… yang penting dia sempat balas,” gumamnya, tersenyum tipis.

Di luar, hujan masih turun, semakin deras.

Luna menarik selimut, mencoba memejamkan mata, tapi pikirannya tak berhenti berputar.

Ia membayangkan Rayyan menyetir sendirian di jalan gelap yang licin.

“Semoga dia baik-baik saja ,” bisiknya.

Angin dari celah jendela membawa hawa dingin, membuat bulu kuduknya meremang tanpa sebab.

Ia memeluk perutnya, berbisik pelan,

“Nak, ayahmu lagi di jalan. Doakan ayah cepat sampai dengan selamat ya...”

Perlahan, kelopak matanya menutup. Ia tak sadar, air matanya jatuh tanpa alasan yang jelas.

tok..tok..tok..

tidak lama kemudian pintu kamar Luna di ketuk. Luna yang baru mau terlelap langsung bangun kembali dan bergegas membuka pintu.

" mama..." ternyata Bu Meri yang di depan pintu dengan wajah cemas

" kamu kok bisa tidur nyenyak sih, padahal suami mu belum ada kabar?" dengan nada sinis nya Bu Meri berkata

" maaf mah, Luna baru aja mau tidur... Maaf ya mah Luna gak kasih tau mama, kak Rayyan katanya ke jebak ujan deras jadi dia cari penginapan dulu" jelas Luna

" kamu ini ya, bukannya cepet-cepet kasih tau orang rumah, malah mau enak enakan tidur, gak tau apa yang nunggu kabar Rayyan tuh bukan cuma kamu doang" Bu Meri kembali menggerutu, tapi jelas di wajahnya terlebih lega, tidak seperti tadi.

" maaf mah..." Luna menunduk merasa bersalah

" sudahlah lah teruskan tidur mu.. Mama juga mau tidur " ucap Bu Meri sambil berlalu

....

Pagi itu, udara masih lembap, aroma tanah basah memenuhi halaman. Sisa hujan malam tadi menetes dari atap, menciptakan irama pelan yang menenangkan.

Luna terbangun lebih awal. Tubuhnya terasa berat, tapi pikirannya langsung melayang pada pesan terakhir dari Rayyan.

Ia meraih ponsel di samping bantal,tidak ada pesan baru. “Mungkin dia sebentar lagi giba,” gumamnya, mencoba menenangkan diri.

Namun hatinya tetap gelisah. Ia berjalan ke jendela, membuka tirai, dan menatap langit yang masih kelabu.

Tak lama, terdengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah. Jantungnya berdegup cepat. Ia hampir tak berani berharap, tapi langkahnya refleks berlari ke luar kamar, tanpa sempat merapikan rambut atau mengganti daster.

Begitu pintu depan dibuka, angin pagi menerpa wajahnya bersamaan dengan bayangan yang sudah sangat ia rindukan.

Rayyan berdiri di depan rumah, wajahnya kelelahan tapi matanya hangat menatap Luna.

“Lalaa…” suaranya serak tapi lembut, “maaf ya, aku baru sampai.”

Luna terpaku. Antara ingin menangis atau tersenyum, ia justru menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya memerah.

“Kakak… pulang?” suaranya bergetar.

Rayyan tersenyum kecil dan mengangguk.

Dalam sekejap Luna berlari ke arahnya, memeluknya erat tanpa peduli penampilan Rayyan yang sama berantakan nya dengan dirinya

“Aku takut banget, Kak… aku pikir…,” katanya tersendat.

Rayyan mengusap kepala Luna pelan, menatapnya dengan pandangan teduh.

“Maaf, sayang. Hujannya deras banget, aku sempat berhenti di pinggir jalan. Aku gak mau ambil risiko. Tapi sekarang aku di sini,” katanya sambil mengecup kening Luna lembut.

Pelukan mereka terasa lama, seperti ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi.

Dari dalam rumah, Bu Meri yang baru keluar dari kamar sempat terdiam di ambang pintu.

Ia melihat Luna menangis di pelukan Rayyan, dan untuk sesaat hatinya hangat bercampur rasa bersalah.

Pak Robi menepuk bahu istrinya pelan. “Tuh, kan, Rayyan baik-baik aja,” ucapnya dengan senyum lega.

Bu Meri hanya mengangguk, lalu bergumam, “Iya… mama memang kebanyakan khawatir.”

Rayyan masuk ke rumah sambil menyalami ayahnya dan mencium tangan ibunya.

“Maaf ya, Mah, bikin Mama khawatir. Tadi hujan deras banget di jalan.”

Bu Meri menatap anaknya lama, lalu memeluknya pelan.

“Udah… yang penting kamu pulang. Lain kali kabarin lebih cepat, Nak. Mama ini kalau gak denger kabar bisa gak tenang,” katanya dengan suara bergetar.

Rayyan tersenyum kecil. “Iya, Ma. Tadi sinyalnya hilang terus, makanya aku cuma sempat kirim pesan ke Luna.”

Bu Meri melirik menantu perempuannya itu, lalu tersenyum malu. “maafkan mama ya lun, semalam mama sempet gangguin istrahat kamu, pasti kamu juga sedang khawatir kan?”

Luna mengusap matanya yang masih basah, lalu menjawab pelan, “Iya, ma… tapi sekarang udah lega.”

Suasana rumah berubah hangat. Rayyan menaruh tasnya, lalu duduk di ruang tamu. Luna membuatkan teh hangat, dan Bu Meri langsung menyuruh bi Ida siapkan sarapan kesukaan Rayyan,roti bakar dan telur dadar.

Tawa kecil mulai terdengar di antara mereka.

“istri kamu ini Lo yan,” goda Pak Robi, “baru ditinggal dua bulan aja udah kayak ditinggal setahun.”

Rayyan terkekeh, “Bukan Luna aja, Pa. Aku juga kangen banget. Di jalan malah kepikiran terus, mau cari penginapan juga gak dapet jadi ya istrahat di mobil aja sambil nunggu hujan reda, ehh tau nya sampe subuh.”

Bu Meri yang mendengar itu tersenyum sambil pura-pura menunduk. “Dasar anak muda… manis banget ngomongnya.”

Mereka tertawa bersama, suasana yang sempat tegang kini berganti dengan kehangatan.

" Ouh ya... Yan bagaimana kuliah kamu?" tanya pak Robi

" Alhamdulillah semua lancar pah, insyaallah dua mingguan lagi wisuda"

" bagus dong, biar kamu cepat-cepat bantuin Kaka kamu di kantor, papa rasanya sudah tua, cape kalau harus ke kantor terus"

" iya pah, aku juga rencana begitu, aku udah resign dari tempat kerja pah"

" Ouh ya... Nanti pas wisuda gimana rencana kamu, Luna mau di ajak?" kata Bu Meri

" mau nya si gitu ma, tapi apa tidak apa-apa dengan Beby nya" cemas Rayyan sambil menatap Luna

"iya terserah kamu lun, mau ikut apa nggak, tapi kalau menurut mama sih lebih baik kamu di rumah aja, kan usia kandungan kamu juga udah masuk sembilan bulan kan nanti?, takut nya brojol di sana apalagi perjalanan nya jauh" Bu Meri bicara dengan hati hati

" bagaimana laa?" Rayyan bertanya lembut pada Luna

" kalau menurut mama itu yang terbaik, aku ikut saran mama aja" jawab Luna yakin

" tapi kamu gak apa-apa kan laa.." Rayyan takut Luna sedih

" aku gak apa-apa, beneran... Lagian benar kata mama perjalanan nya jauh, aku gak sanggup duduk lama-lama kak" jelas Luna sambil tersenyum

" ya udah kalo itu keputusan kamu, tapi beneran ya kamu gak boleh sedih.."

" iya.. Kak aku janji gak akan sedih.."

" sudahlah nanti kita bahas lagi... Sekarang sana istrahat dulu kamu pasti cape kan? Luna temenin suami mu ke kamar " titah Bu Meri

....

Luna duduk di samping Rayyan, menatap wajah suaminya yang lelah tapi damai.

Dalam hatinya, ia bersyukur sedalam-dalamnya.

“Tuhan, terima kasih… Kau jaga dia,” bisiknya dalam hati.

Rayyan menoleh dan menatapnya. “Kenapa liatin aku terus?”

Luna hanya tersenyum. “Takut kalau ini mimpi.”

Rayyan menggenggam tangannya, mengangkat ke bibirnya, lalu berkata,

“Kalau ini mimpi, aku juga gak mau bangun.”

Mereka saling menatap dalam diam, seolah seluruh kekhawatiran semalam terhapus oleh satu pagi yang tenang.

Di luar, matahari mulai menembus sisa awan, memantulkan cahaya lembut di jendela.

Tapi jauh di dalam hati Luna, masih ada sedikit rasa ganjil, firasat halus yang belum bisa ia jelaskan.

Ia tak tahu, pagi penuh kelegaan itu hanyalah sebelum badai yang sesungguhnya

....

.

.

.

Terimakasih buat yang udah nungguin kisahnya Laluna ya🤗

Jangan lupa dukung author dengan like dan komen dan vote ya.. Biar author semangat 😄

love

You

😍

1
kalea rizuky
sosok alvino kok belom muncul
inchieungill
paling ceritanya klasik, Rayyannya accident, trus koma, paling banter mati.. 😆
Suanti: nanti yg salah kan luna, ibu meri kembali benci ke luna, gara2 luna ank nya rayyan kecelakaan 🤭
total 1 replies
Maryatul qibthiyyah
semangat author, sehat selalu ya, kalau berkenan mampir yuk🙏
Shoot2Kill
Thor, kapan update lagi?
Nia Sonia: mohon di tunggu ya ka☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!