NovelToon NovelToon
The Runway Home

The Runway Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yayalifeupdate

Setelah menaklukan dunia mode internasional, Xanara kembali ke tanah air. Bukan karena rindu tapi karena ekspansi bisnis. Tapi pulang kadang lebih rumit dari pergi. Apalagi saat ia bertemu dengan seorang pria yang memesankan jas untuk pernikahannya yang akhirnya tak pernah terjadi. Tunangannya berselingkuh. Hatinya remuk. Dan perlahan, Xanara lah yang menjahit ulang kepercayaannya. Cinta memang tidak pernah dijahit rapi. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya Xanara siap memakainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sentuhan Yang Semakin Terbiasa

Pagi ini Xanara sedang memeriksa stok kain di butik seperti biasanya, dan ketika suara pintu di buka, ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang, karena aroma parfum maskulin yang begitu familiar langsung mengisi ruangan.

“Kamu gak ada kerjaan, setiap hari kesini?” Tanya Xanara

“Ada, ngurusin kamu”

Kalimat itu di lontarkan Harvey sambil berjalan mendekatii Xanara. Harvey pagi ini menggunakan kemeja putih dengan lengan yang di gulung, membuatnya terlihat santai tapi tetap rapi. Ia berdiri terlalu dekat, jarak yang tidak memberi Xanara ruang untuk mundur tanpa menabrak meja potong kain di belakangnya.

“Harvey, kita lagi kerja” ucap Xanara

“Kerja sambil aku disini kan tidak masalah”

Tangannya terulur meraih gulungan kain di samping Xanara. Namun bukannya benar-benar mengambil kain itu, jarinya menyentuh tangan Xanara lalu menahannya disana, sedikit lebih lama dari seharusnya.

“Kalau stafku lihat..”

“Biar, biar mereka tahu, aku gak cuma pelanggan biasa”

Mata mereka bertemu, dan di detik itu Harvey semakin maju satu Langkah, membuat tubuh mereka hampir bersentuhan. Tangannya berpindah ke pinggang Xanara, hanya sebentar tapi cukup untuk membuat napasnya tercekat.

“Kamu gak akan larang aku kan?”

“Harvey…”

Suara Xanara terlihat terdengar setengah peringatan, setengah gugup, namun Harvey hanya tersenyum tipis, senyum yang mengisyaratkan bahwa ia tahu jika Xanara tidak benar-benar menolaknya.

Sebelum menjauh, ia membungkuk sedikit, menyentuh sisi wajah Xanara dengan punggung jarinya. Sentuhan ringan itu justru membuat jantung berdetak kencang dari pada sentuhan di pinggang.

“Kamu bikin aku gak bisa tenang, Xanara”

Harvey akhirnya mundur, meninggalkan Xanara yang mencoba kembali fokus bekerja meski pikirannya sudah terpecah.

Dan siang itu, Harvey kembali muncul membawakan makan siang, duduk di ruang kerja butik, dan tanpa diminta, meraih kursi hingga duduk begitu dekat.

Saat ia menyodorkan piring, lutut mereka bersentuhan dibawah meja. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.

Dan Harvey tidak berusaha menghindar, malah menekan sedikit, seolah ingin menguji seberapa lama Xanara akan bertahan tanpa menarik kakinya.

“Kalau kamu terus diam, aku anggap kamu nyaman” Ucap Harvey.

“Kamu terlalu percaya diri”

“Bukan percaya diri, aku hanya tahu kamu gak benci aku”

Setelah makan siang, ketika Xanara mengantar Harvey sampai pintu butik, pria itu tak langsung pergi. Sebaliknya, dia berdiri diambang pintu, menatap lekat lalu menunduk sedikit.

“Aku akan bikin kamu terbiasa sama sentuhanku” Bisik Harvey.

Kalimat itu meningalkan jejak panas di kulit Xanara, bahkan setelah Harvey melangkah pergi.

Setelah makan siang itu, suasana diantara mereka semakin berubah. Tidak ada yang mengucap secara langsung tapi kedekatan mereka mulai memiliki pola.

Di hari berikutnya, Harvey mulai muncul lagi di butik, dengan alasan dia ingin mengawasi proyek jasnya, padahal Xanara tahu alasan itu hanya kedok semata.

Ia membantu membawa gulungan kain besar di rak atas, saat berdiri di belakangnya, lengannya terulur melewati bahu Xanara, dan tubuh mereka nyaris menempel.

“Berat ya, biar aku” sahut Harvey

“Aku bisa sendiri”

“Aku tahu kamu bisa, tapi aku tetap mau bantu”

Saat menurunkan kain, tangannya sempat menyentuh punggung Xanara, seolah menjaga keseimbangannya. Sentuhan itu singkat, tapi tidak terburu-buru.

Dan setelah itu, mereka duduk di meja kecil dekat jendela untuk memeriksa katalog. Jari Harvey sesekali menyentuh jari Xanara saat mereka menunjuk halaman yang sama. Awalnya Xanara menarik dengan cepat, tapi Harvey hanya tersenyum tipis.

“Kalau terus kaget, aku bisa tersinggung lho” Ucap Harvey

Lalu, ketika Xanara hendak berdiri, kursinya tersangkut. Harvey meraih tangannya secara spontan untuk menahannya agar ia tidak kehilangan keseimbangan. Menyadari genggaman itu erat tapi hangat, bukan hanya sebagai reaksi cepat, tapi seolah Harvey memang ingin memegangnya lebih lama.

Setelah itu Harvey ikut berdiri, mereka berjalan keluar butik. Harvey melangkah disisi trotoar, tangannya otomatis menyentuh punggung Xanara setiap kali mereka melewati orang atau motor yang melintas terlalu dekat. Gerakan protektif itu terasa begitu alami, sampai Xanara tak sadar ia mulai terbiasa.

“Kamu gak keberatan kan?” Tanya Harvey

“Kalau aku bilang keberatan, kamu akan berhenti?”

“Gak”

Mereka tertawa, dan tawa itu mengikis jarak diantara mereka. Saat berpamitan, Harvey tidak hanya mengucap hati-hati, tapi merapikan sedikit rambut Xanara yang tertiup angin.

“Udah, biar rapi. Besok ketemu lagi”

Dan kali ini, Xanara tidak protes.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!