Mengandung benih kekasih sahabatnya sendiri, sungguh bukanlah hal yang pernah terbayangkan oleh Meisya. Akibat obat perangsang yang tanpa sengaja ia minum di acara party membuatnya terjebak melewatkan malam panas bersama Kenzo. Teman sekaligus kekasih dari sahabat baiknya.
Niat hati ingin melupakan kejadian malam panas bersama Kenzo, Meisya justru mendapatkan kenyataan pelik karena ia dinyatakan hamil tepat sebulan setelah kejadian malam kelam itu.
“Menikahlah denganku demi anak kita, setelah anak kita lahir, kita akan berpisah.” Kata Kenzo ingin bertanggung jawab.
Tak punya pilihan, Meisya menerima tawaran Kenzo. Dengan syarat menutupi pernikahan mereka dari Bianca karena Meisya tidak ingin menyakiti hati Bianca bila dia mengetahuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBKS 14 - Pekerjaan Kenzo
Perasaan Meisya sudah jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya saat ia sudah terlibat perbincangan dengan teman-teman dekatnya. Rasanya dia senang sekali bertemu dengan mereka setelah cukup lama tak bertemu. Meski tidak semua teman-temannya hadir malam itu, tapi Meisya merasa lebih tenang dan nyaman karena yang tidak hadir tidak termasuk teman dekatnya.
“Aku ke kamar mandi dulu. Mau pipis.” Kata Meisya di saat percakapan masih terasa sangat asik.
“Mau aku temani, Mei?” Tawar Bianca.
Meisya menggeleng. “Gak usah. Aku bisa pergi sendiri kok. Lagian cuma ke kamar mandi doang.”
Bianca mengangguk. Setelah Meisya pergi dari tempat duduknya, Bianca sudah kembali terlibat percakapan dengan teman-teman mereka. Kenzo yang sejak tadi mencuri pandang pada Meisya pun sudah tak lagi memandang Meisya karena wanita itu sudah pergi dari hadapannya. Kini dia hanya fokus berbicara dengan teman-temannya.
“Aw!” Beberapa saat berlalu, terdengar suara teriakan dari arah kamar mandi yang berada tidak jauh dari Kenzo berada. Pandangan Kenzo lantas tertuju pada suara yang menarik perhatiannya itu. Saat melihat Meisya sedang dipegang oleh seorang pria, membuat Kenzo segera bangkit dari posisi duduk.
“Sayang, kamu mau kemana?” Tanya Bianca. Kini dia sudah ikut bangkit dari posisi duduk seperti yang Kenzo lakukan.
Kenzo tak memberikan jawaban. Dia terus saja berjalan ke arah Meisya berada. Pergerakannya pun lantas membuat banyak perhatian teman-temannya tertuju kepadanya.
“Maaf, kamu gak papa, Kak?” Tanya pria yang tidak sengaja menabrak tubuh Meisya.
Meisya mengangguk sambil menahan sakit di bagian pelipisnya karena menabrak dada bidang pria di depannya saat ini. “Gak papa. Tapi lain kali—“ belum selesai Meisya berbicara, Kenzo sudah datang dan mengeluarkan suara.
“Ada apa ini?” Tanya Kenzo cepat. Merasa amat penasaran dengan apa yang terjadi.
Meisya menatap wajah pria itu dengan dahi mengkerut. Heran kenapa Kenzo tiba-tiba saja datang. “Gak papa. Memangnya kenapa?” Tanya Meisya.
“Tadi aku dengar kamu teriak. Makanya aku datang ke sini.”
Meisya melotot mendengarnya. Kenapa juga Kenzo sampai menghampiri dirinya seperti itu. Tidakkah Kenzo sadar jika pergerakannya membuat perhatian banyak orang tertuju padanya?
“Maaf, tadi aku gak sengaja menabrak kakak ini. Makanya dia sampai berteriak.” Balas pria yang masih berada di hadapan Meisya.
“Apa kamu jatuh ditabrak pria ini?” Kenzo langsung saja bertanya pada Meisya. Dengan wajah polosnya Meisya pun mengangguk membenarkannya.
Kedua bola mata Kenzo menatap tajam wajah pria yang ada di depan matanya saat ini. “Apa kamu gak bisa menggunakan kedua mata kamu dengan benar untuk melihat?” Sentak Kenzo. Dia begitu marah mengetahui wanita yang sedang mengandung darah dagingnya hampir saja terjatuh.
Pertanyaan Kenzo lantas membuat Meisya kaget dan melotot pada Kenzo. “Kamu ini apa-apaan sih? Ngapain bertanya kayak gitu segala? Lagian dia udah minta maaf sama aku. Gak ada hal yang perlu dipermasalahkan lagi!” Tegur Meisya. Dia sungguh tidak suka dengan sikap Kenzo yang menurutnya terlalu berlebihan.
Kenzo baru hendak menjawab. Tapi Bianca sudah datang menghampiri mereka. Kedatangan Bianca lantas membuat Meisya kalang kabut. Takut Bianca berpikiran yang macam-macam
“Meisya, ada apa ini?” Tanya Bianca.
Meisya menatap wajah Kenzo sejenak sebelum akhirnya menatap wajah Bianca. “Gak papa. Ini kami lagi ngobrol biasa aja kok.” Balas Meisya.
Dahi Bianca mengkerut mendengarnya. “Ngobrol kok di depan kamar mandi. Tadi juga kenapa kamu berteriak?” Tanya Bianca lagi.
“Emh, gak papa kok. Tadi kakak ini gak sengaja nabrak aku jadinya aku kaget dan spontan teriak. Tapi kamu tenang aja, aku beneran gak papa. Gak jatuh juga dan kakaknya udah minta maaf sama aku.” Jelas Meisya agar Bianca tak ikut sewot seperti Kenzo.
Bianca sebenarnya ingin memarahi pria yang sudah menabrak Meisya. Tapi jawaban Meisya barusan mengurungkan niatnya. Apa lagi Meisya sudah meminta pria itu untuk pergi.
“Sayang, kamu khawatir banget ya sama Meisya sampai samperin dia ke sini?” Tanya Bianca. Sebelah alis matanya terangkat ke atas saat bertanya.
Meisya dibuat panik mendengarnya. Dia berharap Kenzo akan memberikan jawaban yang tidak membuat Bianca jadi curiga.
“Bukan gitu. Aku cuma penasaran aja apa yang terjadi sama Meisya sampai dia teriak gitu tadi.” Jelas Kenzo.
Bianca mengangguk saja. Dia tahu jelas bagaimana perhatiannya Kenzo pada teman-temannya. Bukan hanya Meisya saja. Sikap Kenzo yang seperti itu pun sudah biasa ia lihat saat mereka masih berada pada tahap audisi dulu.
“Ya sudah, kalau begitu ayo balik ke meja.” Ajak Bianca. Dia tak menyimpan rasa curiga sedikit pun. Membuat Meisya merasa lega mendengarnya. Karena tidak ada hal yang harus dia takutkan dari jawaban Bianca barusan.
Kenzo mengiyakannya. Sembari melangkah kembali ke meja, dia melirik wajah Meisya. Memastikan jika wanita itu benar baik-baik saja. Karena saat ini dia sangat khawatir kalau Meisya dan janinnya tidak baik-baik saja.
Pukul sebelas malam, perkumpulan mereka pun berakhir. Meisya yang sudah hendak pergi dari hadapan Kenzo dan Bianca pun terhenti saat Bianca menahan pergerakannya.
“Pulang bareng aku sama Ken aja yok, Mei. Lagian udah malam. Kasihan anak kecil kayak kamu pulang sendirian.” Ajak Bianca.
Meisya sontak menggeleng dengan wajah tersenyum. “Tak perlu mengkhawatirkan aku. Aku udah biasa pulang sendiri. Lagian aku udah pesan taksi online. Bentar lagi juga nyampe.”
Bianca selalu dibuat tak dapat membantang jika jawaban Meisya sudah seperti itu. Meisya memang selalu lebih cepat memesan taksi sebelum Bianca memberikan tawaran lebih dulu.
Kenzo tak memberikan tanggapan meski sebenarnya dia sangat khawatir membiarkan Meisya pulang seorang diri. Apa lagi dengan kondisinya yang sedang hamil. Namun, dia juga tidak mungkin memaksa Meisya agar ikut dengannya. Karena bisa memancing kecurigaan Bianca nantinya.
“Selalu saja ada drama sebelum pulang.” Gumam Meisya saat sudah berada di dalam taksi. Dia lega karena selalu berhasil menolak ajakan pulang dari Bianca. Selain alasannya menolak karena tidak ingin merepotkan Kenzo dan Bianca, Meisya juga takut Bianca jadi curiga bila mengetahui tempat tinggalnya sudah pindah saat ini.
Di saat Meisya sudah tenang menikmati perjalanan pulangnya, di sisi lain Bianca terlihat cemberut saat Kenzo membawa mobil dengan kecepatan tinggi saat dirinya ingin menikmati waktu lebih lama dengan pria itu.
“Kenapa buru-buru banget sih sayang bawa mobilnya. Padahal gak ada yang dikejar juga.” Omel Bianca.
Kenzo masih fokus pada kemudi. Dia sama sekali tak menoleh untuk menatap wajah Bianca. “Aku harus pulang cepat, Sayang. Karena ada hal yang harus aku kerjakan setelah sampai di apart nanti.”
“Kerjaan apa?” Balas Bianca cepat.
“Pekerjaan mengurus anakku.” Balas Kenzo tanpa sadar.
“Apa?!”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Meisya dan Kenzo, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
tambah seru
Bianca mendapati Kenzo sedang bersama Meisya.