seandainya...
waktu bisa ku ulang mungkin aku tidak akan mengajakmu pergi hari itu...
seandainya...
waktu itu kita tetap di kamar masing-masing hanya menelfon mungkin smua itu tidak akan terjadi ..
kini hanya penyesalan yg menggerogoti ku ..
hidupku terasa sunyi tanpa mu...
arga.... aku merindukan mu...
hanya air mata dan doa yg selalu menjadi temanku untuk mengenang mu ...
***********
"Aku tidak mau Regan..!!!" jawab ku dengan lantang dan berurai airmata, aku menatap Regan nanar, bagaimana bisa hal gila itu terlintas di benaknya. aku adalah mantan calon kakak ipar nya walau pada akhirnya Arga ku meninggal. tetapi cinta ku seutuhnya hanya untuk dia.. mungkin seumur hidup aku akan tetap sendiri.
Regan menatap ku dalam seraya berkata rendah dan tampa mau di bantah.
"Gue tidak perlu persetujuan lho ..tidak ada pilihan lain, selain kita menikah Nirina!!"
Akankah pernikahan itu langgeng sementara cinta Nirina hanya untuk Arga seorang..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofie Fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. ( POV Regan..) hari-hari Arga setelah pertunangan.
Semenjak pertunangan itu. hari-hari bang Arga semakin cerah, dia selalu ceria dan seperti biasa kalau malem dia selalu ngerecokin gue dengan segala cerita tentang Nirina, sampai eneg gue dengernya.
Akhirnya KKN bang Regan selesai, dia pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri. Waktu itu gue duduk di ruang tamu sambil makan ciki,
"Assalamualaikum bunda Abang pulang."
"Berisik. " kat gue..Arga hanya tertawa dan langsung duduk di samping gue,
"Bunda mana dek.?"
"Lagi ngedate sama ayah, tambah alay mereka tuh bang, bucin parah tu ayah, masak tadi pagi gue ngajak ayah tinjau lokasi buat buka cabang baru bilang nya sibuk urusan kantor. Ehh giliran bunda minta anterin belanja bulanan langsung oke." jawab gue cemberut.
"Makanya cari pacar biar tau rasanya bucin." jawaban yang sangat menyebalkan.
"Gue udah punya kali, tapi tidak se alay Abang sama ayah, males gue ngurusin cewek ribet."
"Ya itu dek, ketika pasangan kita, dalam segala hal bergantung sama kita.rasanya gimana ya gak bisa di ungkapkan dengan kata, merasa bangga, merasa di butuhkan dan di hargai karena keputusan kecil yang mereka buat melibatkan kita. Pokoknya euforia tuh beda" gue hanya menye-menye mendengar perkataan Abang. Ribet amat hidup Abang gue ini, kalau ada yang simpel kenapa di buat susah sih.
HP bang Arga berdering wajahnya tambah cerah dan binar mata itu, menunjukkan bahwa bang Arga sangat bahagia.dia langsung mengatakan telfon.
"Assalamualaikum sayang.." gue memutar bola mata gue, jengah gua di kelilingi orang bucin. Gue kunyah CIKI itu dengan nyaring sambil meniru gaya bicara bang Arga.
"Ini baru sampai rumah, lagi di ruang tamu sama Regan." gue dekatkan Telinga gua ke HP bang Arga, penasaran cuy apa yang di bahas orang bucin.
"Kamu gak ngabarin sih.. Aku khawatir sama kamu. di tunggu in telfon nya dari tadi" kata Nirina di sebrang.
"Ia maaf. Tadi ngobrol sama Regan dulu,"
"Jangan gitu lagi lho. Aku khawatir."
"Ia janji gak gitu lagi "
"Kapan ke sini." tanya Nirina, gue males dengerin orang bucin. Gue beranjak pergi ke lantai atas kamar gue sama bang Arga sebelahan.
"Mau kemana?" tanya bang Arga,
"Ke kamar. Tidur"jawab gue
Gue sudah sampai di kamar dan merebahkan tubuh gue di kasur dan ngebayangin bucin nya bang Arga gue jadi geli sendiri.
********************
Hari-hari yang gue jalanin seperti biasa, pulang sekolah kadang ke bengkel atau langsung pulang ke rumah.
Hari ini. hari Minggu sudah berjalan dua bulan pertunangan bang Arga sama Nirina. Dan rencana nya bang Arga akan menjemput Nirina untuk menginap beberapa hari di sini. Selama liburan semester, ya.. Gue sama nirina lagi libur semester sebentar lagi masuk kelas tiga SMA.
Bunda sedang menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga, gue sudah duduk di meja makan tinggal menunggu ayah sama bang Arga. Ayah turun dari tangga langsung menghampiri bunda dan mencium pipi bunda.
"Pagi cantik " bunda hanya tersenyum.
Abang berlari menuruni tangga langsung mencium pipi bunda juga.
"Bun aku berangkat ya.."
"Lho gak sarapan dulu bang?" tanya bunda
Bang arga sudah mencium tangan ayah dan bunda .
"Sarapan di sana bun. Rina sudah telfon dari tadi katanya dia udah masak untuk aku."
Gue mencibir, "emang dia bisa masak?"
"Bisa lah. Tapi masakan sederhana saja jangan yang rumit dia bingung nanti. " jawab bang Arga sambil tertawa.
" Kampungan dia" kata gue.
"Biarin. tapi masakan dia enak dan Abang butuh pendamping yang bisa membuat hidup Abang lebih berwarna"
"Alay"
Bang Arga tertawa, "berangkat dulu ayah, bunda."
"Hati-hati "
"Ya.. Assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
Gue lihat kepergian bang Arga hingga hilang dari pandangan mata gue, sesungguhnya gue juga senang melihat bang Arga sebahagia itu, akhirnya dia menemukan wanita yang tepat. sebelum -sebelumnya dia sering di porotin sama mantan-mantannya.
Jam sepuluh siang, bang Arga sama Nirina sudah sampai di rumah, dia membawa kardus berisi, kue lapis, dadar gulung dan ada nasi, ayam bakar. Wah makanan yang dia bawa menggugah selera, walaupun sederhana tapi bau masakan itu buat gue lapar lagi. Hahaha
Bunda sudah antusias membuka bawaan menantunya,
"Kok sampai repot begini sayang, seharusnya tidak usah bawa apa-apa "
Gue tertawa mendengar ucapan bunda, kue yang di bawa Nirina ini kesukaan bunda semua.
"Bilang aja seneng, " celetuk gua sambil mencomot ayam bakar, langsung melahapnya. Mata gue berbinar wow rasanya seenak ini. Restoran yang biasa gue makan kalah cuy.
Tiba-tiba bunda memukul punggung gue.
"Cuci tangan dulu, sudah sapa kakak ipar belum,? Cuma makanan nya yang di lirik."
"Cuma ngicipi bunda. Pelit ihhh "
Abang sama Nirina tertawa, gue beranjak cuci tangan di wastafel setelah itu gue say hallo sama Kakak ipar gua. Canggung rasa nya punya kakak ipar baru.
Kita semua sudah duduk di ruang keluarga menikmati dadar gulung dan kue lapis buatan Nirina,
"Dek nanti siang Abang harus ke kampus. Nitip Rina ya temenin atau di ajak jalan-jalan"
"Tapi bang gua mau ke bengkel "
"Ke bengkel nya setelah Abang pulang"
Nirina memegang tangan Abang.
"Ar kamu gak usah khawatirkan aku. Aku bisa di sini sama bunda atau di kamar kamu baca novel hehehe " jawab nya.
"Bunda ada acara, masak kamu sendirian di sini, biar dah ikut Regan ke bengkel nanti aku jemput ke sana."
"Bang. Masak.."
"Gak ada bantahan Regan, nanti aku belikan yang kamu minta kemarin. asalkan jika Abang lagi pergi, kamu siap jagain dan antar Rina "
Mata gue berbinar .mendengar tawaran bang Arga yang menggiurkan itu, kapan lagi coba jadi bodyguard beberapa hari hadiahnya motor sport impian hahaha.
"Oke gue mau jagain Rina, dan lho kalau butuh sesuatu bilang gue aja. Gue siap ngelayani tuan putri" kata gua
"Tidak usah aku di sini saja"
"Lho harus ikut gue ke bengkel pokoknya, di sana tuh banyak mainan dan makanan"
Rina bingung dengan perkataan gue, sedang kan bang Arga sudah tertawa.dia membelai kepala Nirina lembut.sambil berkata.
"Rina bukan bayi Regan, dia tidak suka play ground deket bengkel kamu, kalau makanan boleh lah kamu ajak ke kafe deket alun-alun itu atau sekalian di alun-alun biar banyak pilihan"
"Tapi Arga aku di sini saja ya .." kata Nirina
"Gak sayang pergi sama Regan saja, nanti aku jemput kesana "
Gue hanya manggut-manggut tanda setuju. Pokoknya gak boleh gagal Rina harus ikut gua , biar gue dapet motor impian.
"Iya lho ikut gue di jamin ketagihan hahaha"
Ketagihan apa gue gak tau juga, yang penting mulut asal ceplos aja dah, gua kan gak tau ngerayu cewek.akhrinya Nirina setuju walaupun kayaknya dia terpaksa.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Terimakasih yang sudah berkenan membaca🙏😘
mampir juga ya..
Rangkaian kosakata kamu juga banyak.
Mulai baca2 lagi buat nambah kosakata.
Untuk gaya bahasa, udah sesuai karena kamu ambil genre teenlit.
Hai! Namaku Nirina. Aku tinggal di desa yang berada di pinggiran kota kecil. Aku hanya anak remaja yang baru beranjak kelas dua SMA. Tidak ada yang spesial dalam diriku, kecuali cantik.
jangan lupa baca karyaku juga ya..
boleh saran? kalau bisa nama orang awali pake kapital ya, Rina Ifa Dewi heheh
Setiap awal kalimat sebaiknya gunakan huruf kapital, termasuk untuk nama orang ya, Kak.
Tanda titik di akhir kalimat cukup satu aja, atau kalau dirasa kalimat terlalu panjang, bisa pakai tanda koma untuk memberi jeda.
▪Aku menoleh ke arah Nafi. Aku langsung menjerit melihat hewan berbulu coklat itu sedang melata di tangannya. "Apa tidak gatal? itu ulat ... hewan yang paling kutakuti."
Dewi refleks menutup mulutku, namun bu Fika terlanjur mendengar.
Untuk alur ceritanya udah bagus, Kak. Kita sama-sama belajar ya, semangat terus nulisnya. Bikin cerita apalagi sampai cerita panjang itu nggak gampang, lho. Kamu bisa memulai dan tetap bertahan itu hebat!! 🤗😉