Three Minds, One Darkness

POV Satu Jam Sebelumnya

"Jadi Oom Gami sudah keliling dunia?" tanya Killian yang mengajak Yagami masuk ke dalam kamarnya.

Yagami melihat ada tiga sabuk taekwondo bewarna putih, kuning dan hijau dan seragam yang tergantung.

"Iya. Oom sudah keliling dunia ... Hampir semua negara. Kamu ikut taekwondo?" Yagami memegang sabuk yang ada di gantungan tembok.

"Iya Oom. Sudah sabuk hijau. Mama tadinya tidak setuju aku ikut bela diri tapi aku ngotot. Akhirnya setalah debat dua hari, Mama mengijinkan jadi umur tujuh tahun aku masuk taekwondo," jawab Killian.

"Kenapa taekwondo? Kenapa tidak karate?"

"Karena taekwondo lebih luwes sih menurut aku. Apalagi dia harus kuat di kaki kan?" Killian menatap Yagami. "Oom Gami bisa bela diri?"

"Bisa." Yagami berjalan di kamar Killian yang ada konsol dan keyboard tapi dua barang yang tidak ada. Ponsel dan Laptop. "Kamu tidak ada ponsel dan Laptop?"

Killian menggeleng. "Mama tidak memberi ijin. Pemerintah Belanda juga melarang anak-anak memakai gadget sampai usia lima belas tahun. Aku memang ada konsol game tapi jarang main juga. Lebih suka baca buku."

Yagami melihat rak buku yang penuh dengan manga dan komik tersusun rapi disana. Yagami salut dengan didikan Kirana yang selalu menekankan hidup rapi dan bersih karena kamar Killian sangatlah tertata dan teratur.

Kamar Killian

"Bukumu banyak sekali," puji Yagami.

"Mama tidak marah kalau aku minta dibelikan buku atau Lego tapi Mama bakalan ngomel kalau aku minta mainan aneh-aneh," kekeh Killian yang langsung mengambil buku Atlas tebal. "Oom, cerita dong di masing-masing negara yang sudah Oom datangi."

Yagami menatap Killian. "Kamu ingin tahu apa?"

"Negaranya gimana, makanannya dan suasananya. Tenang Oom, aku tidak akan tanya Oom Gami ngapain disana. Aku hanya ingin tahu secara umum."

Yagami tersenyum. "Ayo, Oom ceritakan."

Killian pun naik ke atas tempat tidur begitu juga dengan Yagami yang melepaskan alas kakinya. Keduanya bersandar di kepala tempat tidur dengan Yagami membuka buku atlas besar itu.

"Mau negara mana?" tanya Yagami sambil membuka peta dunia.

"Negara yang paling berkesan di Oom Gami."

Yagami lalu mencari benua Eropa. "Belgia."

"Aku belum pernah ke Belgia." Killian tertawa kecil. "Padahal sebelahan ya negaranya."

"Mungkin Mamamu sibuk," ucap Yagami.

"Bisa jadi Oom. Mama sangat profesional kalau sudah bekerja. Mungkin liburan besok, Mama bisa cuti sebentar dan mengajak aku ke Belgia."

"Biar nanti Oom bicara sama mamamu."

Killian mengangguk. "Apa yang menarik Oom?"

Yagami lalu bercerita tentang negara kekuasaan Arsyanendra Léopold. Yagami juga menceritakan sepupu Killian disana, anak-anak Amira dan Akira.

"Aku tidak menduga punya sepupu pangeran dan putri kerajaan."

"Emir Timur Tengah juga ada, Killy. Tapi ingat, meskipun mereka anak bangsawan, mereka tidak pernah show off atau flexing mereka itu siapa. Keluarga Oom tidak pernah pamer di sosial media. Bukan apa-apa, seluruh dunia tidak harus tahu! Ingat itu Killy. Posting sesuatu di internet, selamanya akan ada disana. Apalagi dengan teknologi AI yang berbahaya. Makanya, berbagai negara di dunia memang melarang anak-anak diperkenalkan gadget usia dini, karena dunia nyata dan digital itu kejam!" ucap Yagami.

"Oom punya Instagram? Sosial media lainnya?"

"Nope. Satu-satunya sosial media hanya aplikasi chat karena untuk keluarga dan bisnis. Lainnya, ponsel Oom macam keluaran pabrik."

Killian tersenyum. "Sangat praktis."

"Oom tidak ada waktu untuk sosial media apapun," ucap Yagami.

"Lalu apalagi Oom yang keren dari Belgia?"

Yagami bercerita tentang museum Tintin, coklat dan berbagai macam tempat bersejarah disana hingga Killian tertidur. Yagami melihat wajah tampan putranya yang mirip dengan Kirana tapi ada perpaduan dengannya. Pria itu mengelus rambut hitam putranya.

"Kamu jangan seperti papamu ini ya Killy. Tetap dibawah ajaran mamamu karena itu yang membuat kamu menjadi manusia yang baik," bisik Yagami. Entah kenapa tiba-tiba matanya berat dan Yagami pun mulai terseret kantuk. Tak lama, dia pun tertidur bersama dengan Killian.

***

Yagami terbangun dan melihat lampu kamar putranya sudah menggunakan lampu kecil. Yagami melihat Killian sudah memakai selimut dengan benar dan pria itu yakin, Kirana lah yang melakukannya. Yagami melihat jam Tag Heuer nya yang menunjukkan pukul satu malam.

Damn it! Aku tidur nyenyak sekali meskipun hanya sekitar tiga jam. Yagami menoleh ke arah Killian yang tetap terlelap dengan nyenyak.

Perlahan Yagami pun bangun dan memakai sandal rumah yang diberikan Kirana. Wanita itu benar-benar mengadaptasi cara orang Jepang menjaga rumah tetap bersih seperti ingin menerapkan budaya asal Yagami.

Sedikit berjinjit, Yagami keluar dari kamar Killian setelah mengelus rambutnya lembut.

"Oom pergi dulu," pamitnya lalu Yagami berjalan keluar.

Pria itu melihat semua sudah gelap kecuali lampu kecil diatas meja kecil di sofa. Yagami lalu berjalan ke kamar Kirana dan dirinya tersenyum karena pintunya tidak terkunci. Perlahan pria itu masuk ke dalam dan melihat Kirana sudah terlelap dengan selimut menutupi tubuhnya hingga ke bahu. Wanita itu tidur miring membelakangi Yahamj.

Yagami melihat kamar Kirana tidak banyak perubahan dan dirinya tidak terkejut kalau tidak ada foto dirinya karena mungkin, wanita itu tidak tahu bisa bertemu lagi dengan Yagami atau tidak.

Yagami melepaskan kemejanya yang kusut dan celana panjangnya, meninggalkan boxer hitam merk Calvin Klein. Perlahan Yagami pun naik ke atas tempat tidur, membuat Kirana terusik dan terbangun. Betapa terkejutnya dia saat sebuah tangan kekar memeluk dirinya dari belakang. Wanita itu segera menoleh ke belakang dan terkejut saat tahu siapa yang memeluknya.

"Gami ...?"

"Sshhh ... Aku mau tidur Kirana." Yagami meraih tubuh Kirana hingga punggungnya menempel dada bidang pria itu.

"Tapi ... Kenapa kamu tidak tidur di kamar Killy?" desis Kirana.

"Aku ingin tidur denganmu." Yagami mendusel ke tengkuk Kirana yang memejamkan matanya karena tahu, daerah itu adalah titik sensitifnya. Dan Yagami tahu itu!

"Gami ... tolong ... jangan begini," bisik Kirana. "Kita ... Jangan buat anak lagi."

Yagami tersenyum di tengkuk Kirana. "Yang mau buat anak lagi siapa, Kirana. Aku cuma mau tidur."

"Eh?"

"Apa kamu mau bercinta denganku?" bisik Yagami dengan nada seduktif.

"Eh? Bu ... Bukan begitu ...." Kirana memekik pelan saat Yagami membalikkan tubuhnya hingga dia berhadapan dengan ayah putranya.

"Sekarang, katakan padaku. Kamu mau bercinta denganku atau mau tidur?" Mata hitam Yagami menatap dalam ke mata hijau Kirana.

"Ti ... tidur ... Aku harus bangun pagi besok ... Jadi ...."

Suara Kirana menghilang saat Yagami mencium bibirnya.

***

Yuhuuu up malam yaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu